🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Seolah tertampar melihat Shahnaz yang terbaring pasrah dibawahnya, dibawah kendalinya.
Radit mengerang frustasi. Ia hendak menarik diri, tetapi Shahnaz menahannya ketika dering berakhir, wanita itu memohon. "Mas, please?"
Radit gamang, namun dering kedua benar-benar menyadarkannya. "Maaf, Didi.. Salah saya hampir lewat batas." Radit mengecup kening Shahnaz kemudian bangkit dan mengusap wajahnya. Hampir saja..
Sementara Shahnaz kembali menghempaskan kepalanya pada sofa, berbaring, mengerjapkan mata linglung. Lagi-lagi.. Desahnya kecewa.
"Ponsel kamu." Ucap Radit menyerahkan ponsel Shahnaz yang masih menjeritkan dering, ini kali ketiga.
Shahnaz menerima dengan raut kecewa, dan mendesah berat ketika melihat siapa pemanggilnya. Pesan antar makanan sialan!
"Ya?"
"..."
"Gausah dianter, pesanannya buat bapak aja saya udah nggak nafsu makan." Nafsu saya udah abis buat yang lain..
"..."
"Nggak, bukan salah bapak. Pokoknya gausah dianter, saya tetap akan kasih bintang lima. Kalo perlu saya kasih tips nanti. Ok? Yang penting sekarang tutup teleponnya dan jangan ganggu saya lagi, makasih pak."
Shahnaz memutus panggilan sepihak dan meletakkan ponselnya di meja. Matanya berpendar menemukan Radit berada di meja makan, meneguk air mineral dingin.
Melihat itu, ia kembali mendesah kecewa. Ah ini sih udahan.. Besok-besok gue mau bikin peraturan gak boleh deringin hp atau pesan makanan kalo lagi berdua!
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Mas lagi ngapain, sih?!" Shahnaz bertanya kesal karena sedari tadi ia diabaikan oleh kekasihnya.
Radit menjawab acuh, namun tidak memalingkan kepalanya. "Bikin proposal."
"Proposal apa? Aku aja sini." Katanya tidak sabar.
Pasalnya, sudah lebih hampir satu jam pria itu sibuk dengan laptopnya dan mengabaikan Shahnaz!
Bahkan setiap kali Shahnaz ingin tahu apa yang Radit kerjakan, pria itu menutup laptopnya dan berbalik. Shahnaz bahkan tidak diijinkan mengintip. Sebenarnya apa yang sedang dikerjakan pria itu?!
Kesabaran Shahnaz menipis, sudah mulai diambang batas."Kamu kalo mau sibuk sendiri pulang sana! Jangan ditempat aku!" Gerutunya kesal, Shahnaz menghentakkan kakinya dan berbalik menuju kamar.
Radit selesai sepuluh menit kemudian, menutup laptopnya dan mengambil Ipad setelah mengirim file yang ia kerjakan kesana.
Pria itu mengetuk pintu kamar Shahnaz, membujuk kekasihnya keluar. "Didi."