Shahnaz dengan gesit membereskan sisa-sisa remahan makanan dan ice creamnya tadi. Membawa sisanya ke dapur seraya membuatkan minum untuk para tamunya.

"Diminum, Tante. Maaf cuma ada ini." Katanya sopan.

Acha dan Jennie mencebikkan bibir, meledek Shahnaz yang terlihat sangat kaku sekarang.
Ini bukanlah Shahnaz yang mereka kenal. Sementara Shahnaz memelototkan matanya kesal kearah keduanya karena merasa tidak berkutik sekarang, mengundang tawa puas dari kedua temannya.

Shahnaz mendaratkan pantatnya di sofa single di sisi kanan. Lalu bertanya hati-hati. "Kalo boleh tau ini ada apa, ya?"

Ibu Acha yang lebih dulu bereaksi membuka suara. "Katanya Shahnaz mau nikah? Sama Radit, ya? Sepupu jauhnya Bagas itu."

"Iya, hehe. Kalo sempat nanti dateng ya, Tante. Nanti Shahnaz kasih undangannya."

"Radit mah cowok baik. Cocok sama Shahnaz yang cantik begini.

Dipuji seperti itu, Shahnaz hanya bisa tersenyum dan tersipu malu.

Acha dan Jennie di sudut lain, berpura-pura muntah dan merasa mual melihatnya.

Ibu Jennie menepuk tempat disebelahnya ditengah mereka yang kosong setelah sebelumnya wanita itu bergeser. "Shahnaz, coba duduk sini."

Meski bingung, Shahnaz menurut. Berpindah tempat menjadi diantara kedua ibu dari teman-temannya.

Kedua wanita paruh baya itu memegangi tangannya, mengelus lembut punggungnya. "Kata Acha, Shahnaz bingung ya gimana nyiapin pernikahan? Kalo Shahnaz bingung, Shahnaz bisa tanya kami. Kami bisa bantu. Anggap aja kami ini Mamanya Shahnaz, ya. Nggak perlu sungkan." Ucap Ibu Acha.

Ibu Jennie mengangguk setuju, "Iya, meskipun Jennie belum dapet jodohnya kayak Acha dan mamu. Walau belum pernah siapin pernikahan Jennie, tapi Tante juga sedikitnya ngerti kok. Pernah bantu-bantu siapin pernikahan saudara. Kamu bisa minta bantuan Tante juga."

Mendengar nada keibuan dan penuh perhatian itu, Shahnaz tidak bisa untuk tidak terisak keras.

Mendengar nada keibuan dan penuh perhatian itu, Shahnaz tidak bisa untuk tidak terisak keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Radit baru saja keluar dari ruang meeting setelah terjebak lebih dari tiga jam disana.

Seraya mengendurkan dasinya yang terasa mencekik, ia melangkah lebar menuju ruangannya.

Pria itu membuka ponselnya yang sedari tadi ia heningkan, disana ada lebih dari sepuluh panggilan tidak terjawab dari kekasihnya. Dan ada satu pesan teratas disana, dikirim lima menit yang lalu.

[Mas kalo udah selesai meetingnya telepon balik ya. PENTING!]

Seketika Radit merasa tidak tenang, jarinya segera menekan tombol panggilan.

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang