🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Kebebasan Mama direnggut semenjak itu. Mama nggak boleh main lagi sama temen-temennya, Mama dikurung, keluar dari sekolah, nggak punya teman. ngejalanin home-schooling, bahkan nikah dengan Papa pun, hasil perjodohan dari Kakek dan Nenek.
Mama dulu cuma mau punya satu anak agar bisa ngasih kasih sayangnya utuh, harus dihadapin punya anak kembar yaitu gue dan Nadila. Jadi lah, kondisi Nadila yang lebih lemah bikin Mama harus lebih sayang sama Sagita. Menjadikan gue sebagai 'Mama' selanjutnya."
Shahnaz tersenyum getir, "Jadi ya... Itu juga salah satu alesan gue nggak bisa sebenci itu sama Mama. Karena bagaimanapun buruknya Mama itu juga bukan mau Mama, Mama dipengaruhi luka dimasa lalu. Mama punya luka yang belum sembuh, atau bahkan nggak akan pernah sembuh.
Tapi Cha.. Gue nggak mau sama kayak Mama. Gue nggak mau anak gue nanti kena imbas luka gue di masa sekarang. Setelah sekian lama, kemarin titik dimana gue nggak bisa lagi toleransi semuanya.
Gue ngerasa luka gue udah cukup selagi gue masih bisa ngobatinnya. Selagi obat atas kehadiran Radit cukup.
Gue nggak mau terus ngegali luka gue sendiri sampai gue nggak tau lagi cara nutupnya sama kayak Mama. Gue beda sama Mama, Cha. Gue mau bahagia."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shahnaz sedang menikmati snack dan ice cream yang ia beli sepulang bekerja tadi ketika bel unitnya berbunyi.
Ia mengerutkan keningnya, mengingat-ingat siapa yang berkemungkinan memencet bel. "Siapa tuh? Perasaan gue gak punya janji.." Tanyanya pada diri sendiri.
Pasalnya, sejak sore tadi Radit sedang menghadiri meeting penting, dan Shahnaz yakin meeting itu tidak akan berakhir cepat. Maka dipastikan itu bukan kekasihnya.
Meletakkan bucket eskrimnya diatas meja dan menepuk-nepuk badannya dari remahan snack.
Ia berjalan kearah pintu dan membukanya. Mendapati ada empat orang wanita dari dua generasi berbeda.
"Surprise!"
Itu Jennie dan Acha, beserta dua wanita paruh baya yang Shahnaz kenal itu orang tua dari keduanya.
"Lho?" Shahnaz sejenak mematung heran, tetapi kemudian tersadar dan mempersilahkan mereka semua masuk.
"Aduh tante, maaf ya berantakan. Shahnaz gak tau kalo bakal dateng tamu." Tutur Shahnaz sungkan.
Beruntung sebenarnya unit Shahnaz memang tidak pernah begitu kacau, karena ia sendiri lebih sering menghabiskan waktunya didalam kamar.
Dan jikapun Radit berkunjung, kekasihnya itu termasuk salah satu pria rapi, jarang untuk membuat tempatnya berantakan. Meski terjadi, Radit akan membereskannya sebelum pulang.