🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Bebeberapa saat kemudian, setelah mengambil keputusannya. Tanpa ragu Shahnaz menarik tangan Radit, menggulung lengan kemejanya dan menempatkan wajah pada lengan bawah pria itu.
Shahnaz bersiap membuka mulut, namun sebelum itu ia menoleh pada Radit memastikan, melihat kekasihnya membalas dengan anggukan pasti.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Radit sedikit terkejut karena pada akhirnya bukan gigitan yang ia terima pada lengan bawahnya, melainkan Shahnaz berpindah mencium punggung tangan Radit dalam dan khidmat.
Setelah selesai, Shahnaz menggenggam erat dan mengelus lembut punggung tangan itu. Membawanya ke pipinya lalu menoleh kearah Radit dengan senyum manis tersungging. "I love you." Ucapnya tiba-tiba.
Sekali lagi, mencium ditempat yang sama. "Aku sayaaang banget sama kamu."
Hati Radit seketika menghangat. Lagi-lagi Shahnaz dan otak ajaibnya.
Tindakan wanita itu seringkali tidak bisa Radit tebak. Hal-hal spontan dan sederhana seperti ini selalu bisa membuatnya luluh. Ini adalah satu dari sekian banyak alasan yang membuatnya terus-menerus jatuh cinta pada wanita itu.
Yang Radit tahu, Shahnaz tidak pernah berpura-pura. Apa yang dilakukan wanita itu terlalu tiba-tiba jika untuk menjadi sesuatu yang direncanakan. Dan Radit juga bisa menangkap ketulusan yang diberikan Shahnaz padanya.
Tangannya yang bebas terulur mengelus surai halus Shahnaz. Mendekatkan tubuh wanita itu, membawanya dalam dekapan hangat dan menghujani kepala Shahnaz dengan kecupan sebagai balasan atas tindakan kekasihnya.
"Kamu marah karena Mama kamu mutusin hubungan kalian? Kamu nyesel kamu setuju?"Tanya Radit setelah beberapa saat mereka menikmati pelukan itu dalam diam.
Shahnaz menggeleng. "Nggak." Jawabnya tegas. "Nanti juga kalo kita nikah, aku bakal ganti kartu keluarga, kan, bareng sama kamu?" Jawabnya setengah bergurau.
Tapi kemudian Shahnaz menunduk memainkan jari-jarinya. "Aku.. Marah besar sama diriku sendiri karena bodoh, kenapa selama ini aku terus-menerus menutup mata."
"Kamu nggak bodoh. Kamu ada disamping saya sekarang itu berarti kamu nggak bodoh. Calon istri saya ini orang hebat. Buktinya dia bisa bertahan sejauh ini." Koreksi Radit tidak terima. "Kamu cuma terlalu baik, hati kamu terlalu lembut sehingga kamu bisa terus-menerus memaafkan keluarga kamu.
Itu juga salah satu alasan saya bisa jatuh cinta berkali-kali sama kamu setiap harinya. Makasih, ya, Sayang? Makasih karena kamu yang hebat ini udah mau milih saya. Terlebih terima kasih karena udah bertahan sampai hari ini untuk saya, untuk kita."
Mendengar itu, Shahnaz tersenyum. "Pernah denger gak, Mas? Orang-orang bilang sebelum kita lahir, kita ditanya beberapa kali sama malaikat tentang keyakinan apakah kita yakin ingin lahir. Selama ini, alasan yang membuat aku bertahan dan nggak melakukan hal-hal bodoh adalah aku ingin tahu apa yang membuat aku bersikeras lahir ke dunia. Hal indah apa yang Tuhan udah siapin buat aku disini.
Aku terlalu naif mikir mungkin aku dulu ditunjukkin gambaran Papa dan Mama berubah sehingga aku masih yakin buat berada di dunia yang kejam ini. Karena nggak mungkin gambaran hidupku jelek semua, kan? Bodoh dong aku kalo gitu masih mau-maunya lahir."
Kali ini Shahnaz terkekeh sinis. "Tapi lama-lama, apa yang aku tunggu nggak dateng. Aku sempet mau nyerah, capek banget rasanya. Aku udah nggak peduli alesan apa yang mendasari aku ingin lahir. Karena semuanya seolah mencoba membunuh aku pelan-pelan kalo aku terus-terusan bertahan."
Shahnaz mengendurkan pelukan, mengadahkan kepala dan menatap penuh kasih pada Radit. Ia merambatkan tangannya menyentuh rahang tegas pria itu. "Tapi kemudian dateng kamu.. Kamu bikin aku berubah pikiran. Kayaknya dulu bukan gambaran Mama dan Papa yang bikin aku yakin untuk dilahirkan. Tapi mungkin kamu. Kamu yang aku tunggu-tunggu, kamu jawaban dari penantian aku. Makasih, ya, Mas? Makasih udah milih aku yang rumit ini." Shahnaz mengangkat sedikit tubuhnya untuk membubuhkan kecupan di rahang kekasihnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.