🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Radit tersenyum mengangguk, "Dimaafkan, Didi." Kemudian pria itu mengulurkan tangan. "Sini."
"Apa?!" Melirik was-was pada tangan Radit yang terulur dihadapannya. Shahnaz langsung menyimpan tangannya sendiri didepan dada.
Kedua alis Radit bertaut, respon apa itu?
"Tangan kamu, Didi. Kamu dengar kan, Mami minta saya pulang? Nanti kalo saya beneran pake fast track duluan panik lagi. Salim dulu sini sama calon suami."
"O-oh.." Mulut Shahnaz membulat mengerti tapi setelah sadar apa yang dikatakan Radit diakhir kalimat, ia terkejut dan tersipu. "Ih salim apasih?!"
Radit terkekeh, menjabat tangan kanan Shahnaz menempelkannya pada kening wanita itu. Lalu menarik tubuh Shahnaz dalam pelukan, mencium keningnya dalam.
"Emang kamu pikir saya minta apa..?" Bisik Radit masih penasaran akan reaksi Shahnaz tadi.
"Hehe. Aku kira Mas kesel abis diceramahin Mami gara-gara aku, terus mau ambil lagi cincinnya."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Ini sih mahal, Naz. Kalo gue butuh duit atau honor gue telat cair, bisa nih gue pinjem gadein seminggu." Jennie berdecak kagum menatap cincin yang ada di jari manis sahabatnya itu, sesekali mengelus pelan.
Shahnaz mendengus sebal, menoyor pelan kepala Jennie kemudian menarik tangannya menyimpan didepan dada. "Sembarangan! Cincin turun temurun, nih." Bangganya.
Acha yang baru datang seketika menggeruduk meja mereka berdua seraya berseru heboh, "Ceritain! ceritain! Gue penasaran banget." Serunya, menarik tempat duduk di samping Jennie.
Tadi selepas Radit pulang, Shahnaz mengirimkan gambar tangannya yang dihiasi cincin di jari manis pada grup chat mereka. Seperti yang dipikirkan, kehebohan terjadi. Mengabaikan bahwa sekarang adalah tengah malam, Jennie seketika berkata akan mendatangi unit Shahnaz dan menginap disana.
Tidak mau ketinggalan, Acha yang sedang ditinggalkan suaminya dinas ke luar kota juga berkata hal yang sama. Setelah menelepon suaminya meminta ijin, ia langsung bergegas pergi.
Acha menolak menjadi yang terakhir tahu cerita penting dan bersejarah itu.
Meskipun sebenarnya sia-sia. Setelah Acha sampai, ia tetap tertinggal berita exclusive karena Shahnaz telah menceritakan lebih dulu pada Jennie, ini akibat Jennie tidak sabar dan terus mendesaknya.
"Capek ah, Cha. Lo telat sih, gue udah males buka mulut lagi nanti mulut gue berbusa, noh tanya Jennie aja." Shahnaz mengendikkan kepalanya kearah Jennie, sementara sang target menatap geram pada Shahnaz yang dengan santai meraih ponsel setelah membebankan tanggung jawab bercerita pada dirinya.
"Ada gila-gilanya tuh cewek, lo yang punya cerita ya setan." Jennie mengangkat setoples kacang telur, meletakan di pangkuannya dengan punggung bersandar pada sofa.
Shahnaz tertawa, menaruh kembali ponselnya di meja. Ia mengambil bantal sebagai tumpuan siku lalu menghadap Acha yang menatap penuh harap padanya. "Intinya, Cha, Radit said yes."