🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Tadi saja beberapa saat sesampainya di kantor Dinas Sosial, Ayah Shahnaz sempat mengamuk disana dan berhasil mematahkan satu kursi kayu, bibirnya tidak berhenti membentak dan memaki.
Maka dari itu pihak Dinas Sosial memutuskan untuk memeriksa kejiwaannya. Setidaknya mereka mengetahui keadaan mental pria itu karena ditakutkan akan terjadi hal serupa dikemudian hari.
Membiarkan Shahnaz dengan pikirannya, Radit diam-diam merasakan lega dalam hati. Segala rencananya menyingkirkan gangguan amat sangat dimudahkan.
Gini emang kalo niat baik.
Sesekali bibirnya bergerak menciumi kepala Shahnaz, melambangkan syukurnya atas segala usaha yang akhirnya perlahan membuahkan hasil.
"Kamu udah cape banget. Pulang, ya? Besok kita lihat Papa lagi." Ucap Radit mengangkat kepala Shahnaz, menangkup kedua pipi wanita itu agar mendongak menghadapnya.
Wajah kekasihnya itu sayu dan lelah, Radit tidak tega melihatnya. Dengan lembut tangannya mengusap keringat yang ada di dahi Shahnaz.
Shahnaz mengangguk patuh, namun sebelumnya ijin untuk ke kamar mandi sebentar sebelum pulang.
Selesai membuang air kecil, Shahnaz mematut wajahnya di cermin, menatap ngeri keadaannya yang cukup mengerikan.
Apa yang terjadi hari ini memang cukup menguras energinya. Lihat! Rencananya merusak make up tidak sia-sia. Riasannya habis tidak bersisa tersapu keringat.
Ia bahkan tidak memiliki energi untuk menyentuh ulang riasannya, biarkan saja lah. Toh Radit telah sering melihat wajah kacaunya.
Hanya lipsticknya masih bersisa karena memang Shahnaz tidak memakan sesuatu yang berminyak dan berlebihan hari ini.
Shahnaz keluar dari kamar mandi, sudah ada Radit disana bersandar di tembok, menunggunya.
"Mas.." Ucap Shahnaz disela-sela langkah mereka keluar kantor Dinas Sosial.
"Hm?"
"Aku jelek banget, make up aku ilang." Adu Shahnaz dengan rengekan kecilnya.
Radir terkekeh, Shahnaz dan otak ajaibnya tidak pernah gagal membuat Radit takjub.
"Asal nggak kamu yang hilang."
"Ih, serius!"
"Kan itu mau kamu, beneran rusak tuh." Radit mengingatkan pada perkataan wanita itu tadi pagi, dan Shahnaz mencebikkan bibirnya.
Mereka sampai di parkiran.
Radit membukakan pintu untuk kekasihnya, tapi Shahnaz masih mematung ditempat, belum ingin masuk.
"Mas.." Tahan Shahnaz pada Radit yang akan berjalan menuju kursi pengemudi. "Ini kalo pake make up remover nanggung banget, bibir doang." Shahnaz melanjutkan.
Radit berdiri disebelah Shahnaz dengan tatapan bingung. Terus gimana?
Shahnaz mendekatkan tubuhnya. Berjinjit mensejajarkan bibirnya dengan telinga pria itu. Kemudian berbisik, "Lipstik-ku masih stay, mau sekalian rusakin, gak?"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.