🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Sedangkan Adrian sibuk meniup-niup kukunya, bersiul dan sesekali melirik pada CCTV yang menyorot langsung pada sosok Ayah Shahnaz.
Setelah setengah jam berlalu, Adrian merasa bosan..
Ia memanggil satu pegawai gadungan, "Woi, sini." Mata Adrian berpendar pada keadaan 'kantor' yang kacau. "Udah cukup nih buktinya. Panggil petugas, bilang ada orang gila ngamuk ga jelas." Lanjut Adrian lagi, memerintah. Yang langsung diamini pegawai gadungan tersebut.
Adrian meraih ponsel, mengetikkan pesan pada kedua sahabatnya, [Done! Tapi gue kecewa, yang ini ga ada dramanya, ngamuk-ngamuk doang. Lebih seru kemaren, ah. 😢👎🏻]
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Kami harus melakukan pemeriksaan kejiwaan pada Pak Budi." Ucap seorang pria berkumis kepada Shahnaz.
Hanya ada Shahnaz dan Radit yang tersisa disana, Ibu Shahnaz membuat keributan tadi hanya untuk memberi tahu Shahnaz mengenai keadaan dan keberadaan Ayahnya kemudian pulang.
Ketika ditanya mengapa Sagita tidak datang, Ibunya menjawab dengan kesal seolah Shahnaz adalah orang bodoh. "Mama masih waras, Dila! Kamu mau Nadila dicekik pria gila itu, hah?! Jangan kira Mama mau kasih Nadila ketemu Papa kalian apalagi dengan keadaan seperti itu."
"Tapi kalo Papa liat Dila baik-baik aja pasti Papa bisa tenang.."
"Halah. Kamu tenangkan saja dulu itu Papamu, baru bisa ketemu Nadila."
Mau tidak mau, Ayahnya menjadi tanggung jawab Shahnaz sekarang.
Shahnaz mengangguk mengerti. "Silahkan, jika itu yang dibutuhkan. Em.. Untuk kerugian disini dan kantor tersebut.."
"—Saya yang akan menanggung, Pak. Jika bapak butuh sesuatu atau pemilik kantor itu meminta ganti rugi. Bapak bisa hubungi saya di nomer ini. Saya bertanggung jawab penuh." Radit menyela kalimat Shahnaz.
Ia maju satu langkah, berhadapan dengan pria berkumis tersebut. Radit menyerahkan kartu nama miliknya dan diterima dengan anggukan.
Setelah pria berkumis itu berlalu, Shahnaz dengan gontai berjalan, lalu mendudukkan diri di kursi tunggu.
Radit bisa mengerti, kekasihnya itu cukup lelah atas apa yang terjadi hari ini. Pria itu ikut duduk di samping kekasihnya.
Menarik kepala Shahnaz agar bersandar didadanya, tangannya yang lain mengelus punggung Shahnaz sayang.
"Kok bisa ya Papa kesana ngamuk-ngamuk nyari Sagita disana?" Gumam Shahnaz heran. Ia masih memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi penyebab Ayahnya diamankan Dinas Sosial.
Karena suasana sepi, tidak ada saksi mata yang melihat Adrian, pun rumah Shahnaz tidak disertai CCTV.
Berjalan sesuai rencana, pegawai gadungan tadi tidak menjelaskan apapun ketika membuat laporan, selain ada seorang pria mengamuk di kantor mereka. Dan Ayah Shahnaz terlalu kacau untuk dimintai keterangan.