"Kak Radit!"
Sebuah suara terdengar dari belakang mereka.
Shahnaz dan Radit sedang berjalan mengelilingi Mall.

Setelah menuruti keinginan Shahnaz untuk makan sushi, Radit meminta kekasihnya itu untuk menemaninya mencari kado untuk Sarah, karena minggu depan, adik perempuannya itu akan merayakan kelulusan.

Keduanya menoleh bersamaan, menemukan dua orang wanita yang menenteng beberapa bungkus paper bag. Tanda mereka habis berbelanja.

Shahnaz mengenal salah satunya, itu Shania, mantan pacar Radit yang ia hadiri juga pernikahannya beberapa waktu lalu.

"Ketemu disini ternyata! Hai, Nadira." Sapa Shania ramah ketika sampai di hadapan mereka, Shania juga tidak lupa untuk menyapa Shahnaz.

Shania mendekatkan diri kepada Radit lalu memeluk kekasih Shahnaz itu hangat, setelah itu beralih pada Shahnaz.

Radit tersenyum, menepuk pundak Shania. "Kelayapan mulu nih, bukannya istirahat, Nia. Hai, Thal." Radit juga tidak lupa menyapa teman yang dibawa Shania, berbasa-basi menanyakan keadaan suaminya, dan lain-lain.
Baru Shahnaz ketahui wanita itu bernama Thalia ketika mereka berkenalan.

Pada Akhirnya mereka berempat berjalan bersamaan.
Ketika tahu Radit sedang mencari kado untuk Sarah, Shania mengajukan diri ingin memberi kado juga. Bagaimanapun wanita itu cukup mengenal Sarah, mereka cukup dekat..

Iyalah, kan pernah mau jadi kakak iparnya.

Meskipun tangan Shahnaz dan Radit bertautan, tetapi entah mengapa Shahnaz tetap merasa dirinya tidak begitu nyaman dalam situasi saat ini.

Ada sesuatu yang mengganjal perasaannya namun Shahnaz sendiri belum tahu apa.

Ketika mereka sampai di salah satu toko brand ternama.. Shania segera menemukan satu pilihannya, menunjukkannya dengan riang pada mereka semua, dan membuat Radir memujinya karena ucapan Shania yang mengatakan bahwa ia mengenal Sarah dengan baik itu terbukti.

Lain Radit, lain lagi Shahnaz.
Shahnaz merasa oksigen disekitarnya menipis, dadanya bergemuruh dan mulutnya mencebik tidak suka. Apa yang terjadi dengannya? Apa ia sedang cemburu? Ayolah, Shania itu sudah menikah. Peringat Shahnaz pada dirinya sendiri.

Tapi seolah-olah pepatah yang mengatakan cemburu itu buta, Shahnaz merasakannya. Bukannya menenangkan dan menyadarkan hatinya, ia malah membiarkan ego dan cemburu membuai, menguasai dirinya. Shania adalah wanita yang pernah Radit lamar, Hanya itu yang bisa Shahnaz ingat.

Radit bisa merasakan suasana hati Shahnaz berubah entah karena apa.

Sebelum pria itu bertanya, Shahnaz menarik tangannya dari tautan mereka, kemudian menjauh berpura-pura melihat-lihat sekitar. Padahal pria itu saja sudah bisa menebak jika Shahnaz tidak tertarik pada apapun disana.

Meski belum menemukan apapun, pada akhirnya Radit pamit pada Shania dan Thalia bertepatan dengan staff tersebut selesai membungkus kado mereka.

"Ini saya ambil, ya. Sarah pasti senang sekali."

"Sip! Sampein salamku buat Mami juga, ya. Urusan yang waktu itu.."

"Nanti."
Setelah basa-basi sedikit, mereka berpisah di lorong menuju parkiran.

"Saya ada bikin kamu marah?" Tanya Radit seraya menghadap wajah Shahnaz, setelah ia dan wanita itu masuk dalam mobil.
Bukan apa-apa, wajah Shahnaz benar-benar masam sekarang. Bahkan Shahnaz langsung melepaskan apitan tangannya pada Radit ketika mereka berpisah dengan Shania dan Thalia tadi.

Shahnaz memalingkan wajah, memutar sebagian badannya menghadap pintu.

"Kita nggak akan kemana-mana sebelum kamu bicara."

Yaudah, nginep aja disini. Emang gue takut? Jawab Shahnaz dalam hati.

"Didi..." Radit mendekatkan badannya pada Shahnaz.

"..."

Wanita itu tetap teguh pada diamnya.
"Di dagu kamu masih ada sisa nasi makan sushi tadi. Kamu sengaja bekal bawa pulang, ya?" Bisik Radit tepat ditelinga Shahnaz dan menarik sedikit tubuhnya.

Shahnaz seketika gelagapan, dan membuka kaca atas memastikan. Setelah menyadari Radit menipunya, Ia mendelik, "Ih apa sih? Galucu tau!" Ketusnya.

Radit yang belum menarik wajahnya terlalu jauh, kemudian memanfaatkan itu agar Shahnaz tidak lagi menghindarinya. Tangan Radit berada di pinggir wajah Shahnaz, menahan tetap disana menghadapnya. Sementara matanya dan mata Shahnaz saling menatap lekat, seolah menelisik perasaan masing-masing, membaca apa yang ada disana.

"Kamu cemburu." Tukas Radit.

"Ya."

Meski awalnya Shahnaz menolak bicara, tetapi pada akhirnya ia menyadari tidak ada gunanya menutup-nutupi kecemburuannya. Radit miliknya, sudah sepantasnya ia cemburu. Lagipula, ia berhak.

Radit hendak membuka mulutnya, sebelum Shahnaz memotongnya. "Iya, aku tau Shania udah nikah. Nikahannya juga aku dateng sama kamu, ketemu Mama kamu yang dateng sama Sagita. Aku ingat."

Radit mengerutkan keningnya, "Kok ingatnya itu?"

"Oh, harusnya aku ingat kalo dia wanita yang pernah kamu lamar, ya? Itu juga aku ingat, tenang aja."

Ini seharusnya menyenangkan ketika Radit bisa melihat Shahnaz cemburu, tetapi situasi ini tidak seperti dugannya.. Dan Radit malah terpikirkan hal lain.

Kerutan di kening Radit semakin tajam sehingga alisnya hampir bersentuhan. Tidak mengerti akan apa yang sedang ada dalam otak pintar Shahnaz, sekarang, ditambah lagi dengan hal-hal Radit rajut dalam pikirannya sendiri.

"Kok muka kamu keruh gitu? Ya gimana dong.. Aku kan gaingat kamu ada urusan rahasia sama Shania, kamu nggak bilang, sih. Jadi aku cuma ingat itu aja. Bukan salah aku." Kini Shahnaz yang mengendikkan bahunya. "Aku udah bicara, kita bisa jalan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang