🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah selesai melakukan panggilan dengan Acha tadi, Shahnaz segera mengurung dirinya di kamar dan berpikir. Meninggalkan Jennie yang kebingungan, tapi sahabatnya itu tidak melakukan apapun karena menghargai Shahnaz yang membutuhkan waktu sendiri.
Dan selesai membiarkan otaknya tidak berhenti bekerja, seketika saja Shahnaz merindukan Radit.
Shahnaz duduk di sudut ranjang seraya menimang ponsel ditangan. Memandangi nama kekasihnya dilayar dengan matanya yang memanas, namun ia masih ragu untuk menekan tombol dan melakukan panggilan.
Pria itu selalu bisa membuat Shahnaz menjadi lebih baik, sesederhana mendengar suaranya saja, Shahnaz bisa menjadi lebih tenang. Karena bagaimanapun keadaannya, Radit selalu memastikan Shahnaz bahwa pria itu akan ada disana. Sehingga Shahnaz tidak akan merasa sendirian.
Tapi jika Shahnaz biarkan Radit pergi, bagaimana lagi Shahnaz bisa menjadi lebih baik dan membuat dirinya lebih tenang? Bagaimana Shahnaz akan merasa tidak kesepian lagi sedangkan Radit tidak akan ada dalam jangkauannya lagi.
Tanpa Shahnaz sadari, air mata meluncur deras dari kedua matanya bersamaan dengan tangannya yang menekan panggilan.
"Ya, Didi?"
Sial, panggilan itu terhubung tanpa Shahnaz sadari.
Shahnaz yang masih menangis seketika panik dan menutup mulutnya, menahan isakan agar tidak lolos. Radit pasti akan khawatir jika tahu Shahnaz menangis.
"..."
"Nadira, kamu masih disana?"
Tuhan.. Betapa ia juga mencintai pria yang ada disebrang panggilannya ini, membayangkan tidak akan lagi mendengar suara pria itu saja rasanya Shahnaz tidak sanggup.
"—hiks."
Akhirnya tanpa bisa lagi ia cegah, isakan itupun lolos.
"Saya kesana."
Dan Radit memutus panggilan.
Shahnaz melepaskan ponselnya asal, kemudian menekuk kedua lututnya dan menyerukan kepalanya disana, menangis keras.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.