Setelah mendengar cerita Jennie, Acha tertegun.

"Naz." Panggil Acha kemudian, mengajak Shahnaz kembali pada pembicaraan.

Dengan malas Shahnaz beringsut mendekati Jennie dan menampilkan wajahnya pada Acha di layar, "Apa? Iyeee emang gue tolol, udah. Jangan dibahas mulu kenapa sih?! Gue tuh masih merasa bersalah sama Radit, tahu!" Ucapnya jengkel.

Seolah paham keadaan, Jennie bergerak mengangkat tubuhnya dari ranjang dan mengambil pod dari nakas lalu berjalan kearah balkon, meninggalkan Shahnaz dan Acha dalam pembahasan mereka.

"Kenapa?" Tanya Acha.

Shahnaz terheran atas pertanyaan Acha, "Apanya kenapa? Lo mah nanya apa gimana? Yang bener, Cha." Ia balik bertanya.

"Gue tahu lo, Naz. Lo gak mungkin gegabah gini."

Shahnaz mendengus, salah satu bibirny tertarik keatas menampilkan senyum miring, "Gegabah apa, sih, Cha? Lo tau kan gue gimana? Kenapa lo heran, sih."

"I'm sorry, but.. To be honest.. Gue tahu kalo selama ini lo bohong pas bilang abis tidur sama cowok-cowok kalo ngajuin cuti dadakan. Dan gue cukup tau kalo harga diri dan gengsi lo tinggi, Naz. Lo nggak mungkin merendahkan diri atau sukarela untuk kalah dan lo untuk meminta lebih dulu kalo ga ada alesannya."

"Shit!" Umpat Shahnaz tidak terima, ia kesal dan merasa dikuliti.

"Radit bahkan pacar pertama lo, 'kan? Lo keberatan buat jelasin, Naz? Lo butuh waktu? Apa gue gak boleh tahu?"

"...."

Jennie kembali dengan segelas air putih, "Minum dulu, deh. Terus lo jelasin sama kita."

Shahnaz mengambil gelas itu dan menenggaknya hingga habis. Memejamkan mata sejenak menyiapkan dirinya. "Gue.. Cuma lagi ngerasa buntu.." Tuturnya pelan.

Acha dan Jennie diam mendengarkan.

"Gue sebelumnya ketemu Sagita, saat itu gue bertingkah seolah-oleh gue berani. Tapi diluar semuanya, bagaimanapun gue terus kepikiran.

Semenjak itu otak gue nggak berhenti mikir dan bertanya-tanya.. Apa yang gue lakuin udah bener? Apa langkah gue nggak salah?

Gue jadi kepikiran seandainya nanti kemungkinan terburuk gue nggak bisa sama Radit. Atleast gue bawa anaknya. Sumpah, otak gue sinetron—"

"Kenapa lo ga bisa sama Radit?!" Seloroh Acha memotong penjelasan Shahnaz.

Ditembak seperti itu, Shahnaz gelagapan, ia menjawab ragu-ragu, tidak yakin atas jawaban yang akan keluar dari mulutnya sendiri. "Yaaa.. Karena keadaan gue dan keluarga gue? He deserves better, Cha, lo tau itu."

Kesal, Acha berdiri dari tempatnya, kemudian jarinya menunjuk-nunjuk pada layar, memarahi Shahnaz dari jauh. "Gue bener-bener ga abis pikir ya, Naz, sama lo. Lo denger ya, Nadira Shahnaz! Sampe kapan sih lo mau kayak begini, hah?! Keluarga lo tuh udah tau kayak begitu, lo masiiiih ajaaa bersikap naif banget! Seolah olah malaikat, seneng lo pencitraan begitu?!

Keluarga dajjal lo tuh gausah lo pikirin lagi apa gak bisa?! Nanti lo kawin juga pisah kartu keluarga!

Lama-lama gue muaknya sama lo tau ga?! Bisa gak sih sekaliii aja lo pentingin diri lo sendiri, sayangin diri lo sendiri? Lo juga berharga. Jangan terlalu nyaman jadi korban, Naz, lo pikir lo kacau begini karena siapa? Ya keluarga setan lo itu!

Itu bukan keluarga, itu lingkaran setan, lo tau?!

Radit itu mau nolong lo, bebasin lo dari jeratan orang-orang toxic itu. I mean, lo ga bisa apa percaya aja gitu sama cowok lo?! Effort Radit kurang atau gimana sampe lo apa-apa mutusinnya sendiri?! Ego lo ngerasa kering ye sampe harus disiramin terus?!"

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang