🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
"Aku selalu jelek didepan Mas, Mas sering liat aku dikondisi terburuk aku, pasti Didi yang lucu lama-lama ilang. Aku gamau, usaha Oma yang buat aku biar selalu cantik dan lucu sia-sia." Gumam Shahnaz semakin menyerukkan wajahnya.
Radit menarik kepala Shahnaz kemudian menyentil kening wanita itu, "Aw!" Ringis Shahnaz, tapi ia kembali menyembunyikan wajahnya, "Sakit tau!"
"Lagian kamu ngomong apa sih? Kamu tuh ga pernah jelek buat saya. Even kamu lagi nangis pun, kamu lucu. Coba deh kamu ngaca."
Shahnaz menggeleng, "Nggak, aku jelek." Rengeknya.
Karena Shahnaz tidak mau menunjukkan wajahnya, Radit menarik pelan daun telinga Shahnaz, kemudian berbisik di telinga wanita itu, "Dengar.. Ini hal penting, kamu harus selalu ingat ini. Mau Nadira, Shahnaz, Didi, siapapun kamu, kamu ga pernah sama sekali buruk. Kamu selalu cantik buat saya. Mungkin Oma kamu juga, kamu cantik buat kami. Oma pasti bangga sama Didi. Buktinya saya berkali-kali selalu jatuh cinta sama kamu, ga peduli siapapun nama kamu. Paham?" Jelas Radit, dan ia merasakan kali ini Shahnaz mengangguk.
Setelah itu, wajah Shahnaz menyembul menatap Radit, "Mas, aku dan Oma punya rahasia," Bisiknya.
"Hm?"
"Oma sempet kasih nama buat kamu juga, karena dulu nama Radit susah banget buat aku sebut. Oma sering salah paham nama kamu Ladit dan aku marah."
"Apa? Kakak? Dulu kamu panggil saya Kakak, kan?"
Sebelum menjawab, Shahnaz terkikik seraya menggeleng. "Bukan itu sih bukan rahasia. Tapi Didit. Aku ga mau kasih tau kamu dulu karena namanya jelek. Tapi karena itu dari Oma, aku pura-pura senang dan bilang itu bagus. Tiap aku sama Oma cerita, aku selalu pakai nama itu buat mewakilkan kamu."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Shahnaz menggigiti bolpoinnya, lalu mencoret-coret kertas kosong dan melakukan kegiatan itu berulang. Ia merasa sangat santai hari ini, bingung harus mengerjakan apa. Bahkan sesekali ia menguap karena mengantuk.
Acha telah menikah tiga hari lalu dan sekarang temannya itu sedang cuti menikah dan berbulan madu. Sehingga Shahnaz juga merasa kesepian, teman adu bacotnya tidak ada, hampa rasanya.
Bosan, Shahnaz meraih ponselnya, ingin menghubungi Acha untuk merecoki wanita itu tapi ia merasa tidak enak pada suaminya, lalu Shahnaz mengurungkan niatnya. Radit sedang ada pertemuan daring untuk dua jam kedepan, sehingga ia juga tidak bisa mengganggu kekasihnya itu.
"Anjir ini gue beneran gabut banget." Keluhnya.
Karena terlalu sibuk mengeluh, Shahnaz bahkan tidak mendengar langkah kaki mendekat padanya, ia mulai sibuk dengan ponselnya, mencari apa saja yang bisa menghiburnya.
"Dira..?" Panggil seseorang ragu-ragu ketika sampai didepan meja Shahnaz.
Seketika Shahnaz terdiam, tubuhnya menegang hanya karena orang itu memanggil namanya. "Dira." Panggil orang itu lagi, kali ini lebih yakin. Dan Shahnaz lalu memutar tubuhnya berhadapan dengan si pemanggil.