Tangan Radit menyingkirkan rambut-rambut disekitar wajah kekasihnya kemudian mengusap jejak air mata disana. Memberi seulas senyum manis, "Kamu mau cerita?" Tanya Radit lembut.

Shahnaz mengangguk mengiyakan. Ia menepuk kursi disebelahnya agar Radit duduk disana.

"Aku.. Malu sama kamu." Jawabnya terbata-bata karena nafas yang belum stabil setelah menangis.

Radit mengangkat satu alisnya tanpa menjawab.

"Jangan gitu responnya! Aku makin malu!" Protes Shahnaz merengek kembali.

Menghela nafas, Radit memegangi tangan Shahnaz, "Ya kamu malu kenapa? Kamu kan pake baju utuh.. Masih cantik juga, kenapa harus malu?" Jawab Radit tidak mengerti.

"Cantik apanya! Muka aku jelek banget abis marathon nangis!" Sewot Shahnaz kesal.

"Loh, ya salah kamu sendiri. Udah tau abis nangis, baru di kompres, eh udah nangis lagi. Ilang deh tuh matanya." Radit menunjuk dan mengejek mata Shahnaz yang kembali membengkak, dibalas rengutan tidak terima dari wanita itu.

"Ini salah kamu! Kenapa baik banget jadi cowok. Aku kan jadi insecure sendiri.. Aku ngerasa tolol banget, aku malu sama ga pantes—" Sebelum Shahnaz menyelesaikan kalimatnya, tangan besar Radit menutup mulut kekasihnya sampai hidung, membuat wanita itu meronta karena tidak bisa bernafas dengan benar.

"Hmpt..."

"Kalo mau saya lepasin, diem. Gak usah ngomong-ngomong hal yang nggak masuk akal. Ga pantes, ga pantes apa? Hah? Telinga saya jadi sakit dengernya." Ancam Radit pada Shahnaz.

Sementara wanita itu hanya bisa mengerjapkan matanya karena tidak bisa bersuara akibat dibungkam.

"Kamu berhenti bilang kata-kata itu, baru saya lepas. Sepakat?!"

Shahnaz mengangguk. Kemudian Radit melepaskan tangannya dan lalu Shahnaz menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Mata Radit meneleng sinis, "Kamu kalo mau bahas kebodohan kamu boleh, biar kamu juga merenung, bisa berpikir ulang. Tapi jangan bilang hal-hal gak masuk akal. Saya dengan sadar milih kamu, dan itu berarti menurut saya kamu pantas. Jangan pernah meragukan penilaian saya terhadap orang yang saya sayang, Nadira, karena saya nggak akan bisa menerima itu."

Mendengar itu, Shahnaz cemberut karena Radit mulai menyeramkan untuknya sekarang, "Kenapa sih galak banget." Rengeknya lagi.

"Soalnya kamu kalo saya ladenin bisa-bisa sabar saya juga abis, Nadira." Dan ucapan Mama kamu tentang kita yang nggak akan kemana-mana akan terbukti, Radit menambahkan dalam hati. "Ingat, kamu satu bulan ini udah dua kali minta putus termasuk tadi. Kamu pikir saya nggak sakit hati? I feel betrayed. Padahal kamu yang dulu dateng ke saya. Tanpa paksaan, kalo kamu lupa. Kamu yang bilang sekalipun dunia kamu kacau, tapi kalo sama-sama saya nggak akan sesulit itu, mana? Kamu bahkan seenaknya bilang putus, ga ada banget kepercayaan kamu sama saya. Setiap saya minta kamu buat bergantung dan percaya sama saya, kamu selalu membuat keputusan kamu sendiri. Lantas adanya saya untuk apa?"

"...."

"Kamu harusnya inget walaupun memang keadaan kita rumit, seenggaknya kita punya satu sama lain. Di waktu kamu dateng ke saya malam itu, saya udah putusin nggak akan pernah ninggalin kamu sendirian. Dan saya harap hal yang sama dateng dari kamu. Ironis kalo kita justru bisa benar-benar berakhir bukan karena keadaan, tetapi karena terlalu ingin memenangkan ego sendiri."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now