Naik ke tubuhnya, aman. Tetapi ketika sampai pada wajahnya.. Wajah yang beberapa jam yang lalu tidak berhenti tersenyum itu, sekarang terlihat mengenaskan.

Rambut kacau, matanya bengkak, satu sisi pipi Shahnaz merah dan terdapat bekas telapak tangan disana. Namun yang menjadi fokus utama Radit adalah bekas bercak darah di ujung bibir Shahnaz..
Tanpa sadar tangan Radit bergerak mengusap disana sehingga membuat Shahnaz meringis. "Aw!" Rintihnya kesakitan.

Wajah Radit mengeras, tangannya mengepal membentuk tinjuan karena amarah yang melingkupinya setelah melihat keadaan kekasihnya.

Segera saja Radit menarik tangan Shahnaz untuk mengikutinya membuat Shahnaz seketika panik dan kebingungan. "Lho, lho, ini mau kemana?!" Tanya Shahnaz dengan suaranya yang serak.

"Visum, terus kita laporin Mama kamu ke polisi." Kata Radit tegas matanya lurus kedepan dengan tangan memegang Shahnaz erat.

Mendengar itu Shahnaz semakin panik dan gelagapan, "Berhenti!" Elaknya, ia menolak ikut dan terus berusaha melepas tarikan Radit padanya namun pegangan tangan pria itu begitu kuat. "Aku nggak mau!" Teriak Shahnaz lagi.

Seolah tuli, Radit tetap pada pendiriannya.
Ia menekan tombol, menunggu lift naik, mata pria lurus memandangi pintu lift yang tertutup.

Shahnaz tidak pernah melihat Radit semarah ini, sampai kekasihnya itu tidak mendengarkan kata-katanya. Jujur saja Shahnaz senang karena Radit peduli, tapi apa yang akan dilakukan pria itu juga bukan yang Shahnaz harapkan.

Sehingga ketika ia melihat Radit tidak gentar, dengan terpaksa ia meloloskan kalimatnya dengan penuh penekanan. "Demi Tuhan, Mas, kamu berani bawa aku visum dan laporin Mama, aku benci seumur hidup sama kamu. Kita putus sekarang."

Kali ini Radit bereaksi.. Pria itu menoleh, wajah tidak percayanya akan apa yang dikatakan Shahnaz terlihat jelas. Ia bahkan melepaskan genggamannya. "Apa kamu bilang?" Tanya pria itu memastikan. Berharap semoga apa yang didengarnya salah.

Shahnaz hanya memejamkan mata dan menenangkan nafasnya yang memburu, tidak menjawab.

"Kamu.. Masih belain Mama kamu?!" Tanya Radit lagi ketika Shahnaz hanya diam.

Shahnaz mengangguk, "Iya. Bagaimanapun, dia Mama aku."

Radit menggeleng pelan sejenak kehilangan kata-kata, "Dia itu monster, Nadira!" Secara tidak sadar pria itu mulai meninggikan suaranya. "Seorang Ibu nggak ada yang memperlakukan anaknya seperti ini!" Bentak Radit menunjuk penampilan Shahnaz.

Shahnaz membuka mata, melihat pantulan dirinya di baja lift, ingin rasanya ia juga membentak dirinya sendiri seperti Radit. Dengar, Shahnaz bodoh! Dengar!

Tetapi bagaimanapun jauh didalam hatinya, melaporkan Ibunya benar-benar bukan hal yang ia inginkan. Shahnaz tidak ingin sejauh itu. Ia kemudian membalikkan badan untuk kembali ke unitnya dan tidak menghiraukan kekasihnya lagi.

Radit berdecak melihat tingkah Shahnaz, "Kamu benar-benar akan seperti ini?" Tanya Radit jengah, tetapi Shahnaz terus berjalan lurus tanpa menjawab ataupun menghentikan langkahnya.

Dengan wajah kesal, Radit akhirnya mengambil langkah lebar ikut menyusul Shahnaz, membuat Shahnaz sedikit terperanjat ketika ada yang mengisi sela-sela jarinya, "Mas.." Panggilnya pelan, menoleh pada Radit yang menatap lurus kedepan.

"Kita obatin luka kamu biar ga usah visum dan saya nggak jadi jomblo." Ketus Radit tanpa melihat kearahnya.

" Ketus Radit tanpa melihat kearahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now