🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Melihat Ibunya telah berada didalam, ia bergegas ikut masuk dan menutup pintu, "Ma.."
Plak!
Sebuah tamparan mendarat dipipi Shahnaz tepat ketika ia berbalik setelah menutup pintu. Shahnaz terhuyung mundur menabrak pintu dibelakangnya dan hampir saja menjerit karena terkejut mendapat tamparan keras yang tiba-tiba.
Sebenarnya Shahnaz tahu ini akan terjadi, tetapi tetap saja.. Ia belum memiliki persiapan. Dan menghadapi Ibunya langsung seperti ini.. Shahnaz tidak merasa ia akan siap sebanyak apapun ia diberi waktu.
Shahnaz memegang pipinya yang memanas. Uh, Ibunya memang tidak pernah menahan diri dalam hal seperti ini. Bahkan rahangnya terasa kebas dan ketika tangannya bergerak meraba dari pipi menuju bibirnya.. Ia bisa merasakan sedikit cairan disana, mungkin.. Darah? Karena ujung bibirnya sedikit robek.
"Nadira! Kamu tau pria tadi itu siapa?!" Teriak Ibunya murka, wajahnya memerah sempurna sehingga dari balik rambutnya Shahnaz bisa melihat urat-urat menyembul disekitar leher Ibunya.
Shahnaz belum menjawab, ia hanya memejamkan matanya. Merasakan sakit diantara pipi juga hatinya, telinganya sedikit berdengung akibat tamparan dan teriakan Ibunya.
Mengumpulkan sedikit keberanian, Shahnaz membuka mata dan mendongakkan kepalanya. Matanya bersitatap lurus langsung dengan mata sengit Sang Ibu. Saling bersaing tatapan siapa yang paling tajam disana.
"Kenapa? Kenapa Dira ditampar?" Tanya Shahnaz getir, ia bangkit untuk berdiri setelah terhuyung tadi. "Mama tanya cowok tadi siapa? Cowok yang pegang tangan Dira tadi itu Radit pacar Dira." Lanjutnya menjawab berani.
Melihat Shahnaz seolah menantangnya, emosi Ibunya semakin tersulut, "Pacar kamu bilang?! Dia itu calon suami Nadila!" Jerit marah ibunya kembali melengking, "Bisa-bisanya kamu menjalin hubungan dengan calon suami saudara kamu sendiri!" Hardiknya lagi.
Shahnaz hanya diam tidak bersuara, tetapi tangannya mengepal.
"Putuskan dia." Suara Ibunya kembali menggema, memberi perintah, yang langsung ditolak Shahnaz mentah-mentah, "Nggak." Bantahnya cepat. "Dira nggak akan putus." Kali ini Shahnaz berkata lebih tegas.
Mendengar bantahan Shahnaz membuat mata Ibunya membulat sempurna. Shahnaz tidak pernah membantah sebelumnya, ini kali pertama anak sulungnya membuka suara untuk menentang dirinya.
"Jangan gila kamu, Dira!"
Shahnaz berdecih, mengabaikan rahangnya yang terasa sakit. "Kenapa Dira yang gila disini?! Radit jelas-jelas pacar Dira! Mama nggak lihat jelas tadi kami bergandengan, tangan kami bertaut satu sama lain?!" Jawabnya menantang, senyum miring terulas dibibirnya yang berdarah.
"Kamu tuli?! Mama bilang Radit itu calon suami adik kamu, Nadira!"
"Apa Mama juga kurang denger jelas kalo Dira bilang Radit itu pacar Dira?"