🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
"Lho, kan bukan rahasia umum?" Radit membalikkan pertanyaan.
Shahnaz kemudian melipat tangan dan bersandar pada kursi. Bibirnya mengerucut kesal. Sial, apa disini Shahnaz orang yang terakhir yang tahu hubungan Acha dengan salah satu Bos mereka?!
Sebelum kembali menekan pedal karena rambu kembali berubah, Radit menyempatkan tangannya mengusap wajah Shahnaz yang langsung ditepis wanita itu. "Kamu kan udah beberapa hari kemarin nggak masuk karena sakit, wajar kalo baru dapet undangannya." Kata Radit dengan pandangan lurus menatap jalanan.
"Tetep aja! Aku kesel Acha tiba-tiba ninggalin aku nikah!"
Mendengar itu, Radit mengernyitkan keningnya, "Saya udah bilang nggak ada yang tiba-tiba. Hubungan mereka udah lama, kok. Ada kali dua tahun? Atau lebih? Malah seharusnya pernikahan itu digelar beberapa bulan lalu." Gumam Radit namun masih bisa didengar Shahnaz dengan jelas. Wanita itu melebarkan bola matanya, "Kamu pasti bercanda!" Katanya tidak percaya.
"Lho, saya dateng pas mereka tunangan. Saya belum bilang ya kalo kami, —saya dan Mas Bagas itu sepupu jauh? Sarah sama Jovanka juga akrab, kalian kapan-kapan bisa jalan bertiga."
Bola Mata Shahnaz melebar lagi. Acha sialan! Umpat Shahnaz dalam hati.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Karena terlalu sibuk dengan mengumpat Acha dalam hati, Shahnaz menjadi luput akan segalanya. Ia bahkan tidak sadar jika jalan yang mereka lalui bukan arah seharusnya, Radit tidak membawanya pulang.
Shahnaz baru mendapatkan kembali dirinya ketika Radit mematikan mesin mobil. Ketika menoleh keluar, barulah Shahnaz sadar dan panik karena mendapati mereka tidak berada ditempat yang ia kenal. "Lho, ini kita dimana?!"
Matanya berpendar melihat sekitar, didepan sana terdapat rumah megah namun asing dimatanya.
Radit melepas sabuk pengaman, kemudian mengambil beberapa barangnya di kursi belakang, namun tertahan oleh tangan Shahnaz yang mencekal lengannya, "Mas, ih ini dimana?!" Tanya Shahnaz lagi, setelah sebelumnya tidak mendapat jawaban.
Menghela nafas karena tingkah kekasihnya, "Kita ada dirumah saya." Jawab Radit santai. Mencoba menyingkirkan tangan kekasihnya namun tidak berhasil.
Shahnaz seketika semakin panik, "Rumah kamu nggak gini yang aku kenal, kenapa kita bisa sampai disini? Kamu pasti kena hipnotis buat masuk rumah orang, pikiran kamu nggak sehat! Ayo kita pulang!" Racaunya tidak masuk akal.
"Hei, hei, ini rumah Mami saya, jangan panik, oke?"
"Apalagi itu! Gimana bisa aku gak panik?! Aku rasanya bahkan mau mati sekarang! Kamu gila! Nyalain lagi mobilnya, aku mau pulang!"
"Didalem cuma ada Mami sama Sarah, Sayang, nggak perlu sepanik ini."
"Cuma kamu bilang?! Bener-bener, aku mau balik sendiri!"
Ditengah perdebatan dan kepanikan, seseorang mengetuk jendela mobil Radit menghentikan keduanya. Sarah.
"Abang sama Mbak Nadira ngapain masih disini? Ayo masuk, udah ditungguin Mami didalem."