🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Radit mengetatkan rahangnya ketika kali ini nomer telepon Shahnaz tidak bisa dihubungi setelah beberapa kali panggilannya diputus sepihak oleh kekasihnya itu.
Ada apa? Apa ada sesuatu terjadi?
Pria itu memutar setir berbalik arah dari tujuan sebelumnya untuk pulang, kembali ketempat Shahnaz.
Seketika saja ketakutan-ketakutan dan pemikiran tidak baik menyergap Radit, bagaimana jika Shahnaz diculik? Atau karena wanita itu baru saja pulang dari rumah sakit, Shahnaz terjatuh dari kamar mandi atau semacamnya? Ini bahkan bukan pemikiran yang masuk akal, jika saja pria itu bisa berpikir jernih sebentar. Tapi kepanikan membuat otak Radit buntu dan buta akan apapun.
Segera dengan mulut tidak henti merapal doa agar Shahnaz baik-baik saja, Radit menekan pedal gasnya semampu yang ia bisa untuk sampai ditempat sang kekasih secepatnya.
Sapaan petugas keamanan apartemen Shahnaz Radit abaikan, mata tajamnya menatap lurus agar segera sampai ke unit yang dituju. Beruntung saja lift datang sebelum ia harus menunggu karena Radit merasa ia tidak akan bisa menunggu.
Langkah tegasnya berderap keluar lift dan ketika sampai ditujuan, tangannya menggedor pintu dengan tidak sabar.
Shahnaz yang terkejut oleh gedoran pintu membuka dengan takut-takut, baru saja akan bernafas lega ketika mengetahui bahwa yang menggedor pintu adalah orang yang sangat ia kenal, Shahnaz kembali harus menahan nafasnya saat bahunya di cengram kuat, tubuh besar Radit dengan tergesa mendorongnya kembali kedalam dan membanting pintu dengan keras.
"Dari mana kamu?!" Bentakan Radit menggema disana, tubuh Shahnaz semakin mengkerut mendengar suara keras kekasihnya.
Shahnaz terkesiap, bola matanya membulat sempurna. Mulutnya bahkan tidak bisa mengeluarkan desis kesakitan atas cengkraman kuat Radit karena terlalu takut.
Nafas pria itu putus-putus seperti habis berlari marathon puluhan kilo meter, Radit bahkan tidak sadar sedari sampai dipelataran apartemen, ia langsung bergegas naik dan menahan nafasnya sendiri karena panik akan keadaan Shahnaz.
Melihat itu, Shahnaz mengabaikan keadaannya, pria dihadapannya ini lebih membutuhkan pertolongan.
"Mas! Hei!" Tegur Shahnaz pelan, tangan wanita itu terulur pada wajah kekasihnya, menyadarkan Radit bahwa ia disana. Dan ia baik-baik saja.
Radit memejamkan mata, mengendalikan dirinya sendiri. Kemudian setelah sadar, Radit merengkuh tubuh Shahnaz dalam satu pelukan erat. Bibirnya terus berbisik, "You're safe."
Shahnaz menuntun kekasihnya untuk duduk di sofa, Radit bahkan tidak mau melepaskan pelukan seolah saja jika pelukan itu dilepas, Shahnaz akan menghilang.
"Mas, kamu kenapa?" Tanya Shahnaz pelan, tangannya tidak berhenti mengelus kepala pria itu dengan sayang.
Radit menggeleng, belum mau memberikan jawaban namun pelukannya mengerat. Dan Shahnaz membiarkan mereka dalam posisi itu untuk beberapa saat.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.