Radit berjalan mendekati sepasang suami istri yang telah menunggunya kemudian duduk dengan santai dihadapan mereka.

"Lo telat satu jam." Kata Mario tanpa mengalihkan pandangannya dari sang istri, tangan pria itu memegang sendok berisi nasi goreng tergantung diudara dan satu tangan lain dibawah dagu istrinya, menunggu selesai mengunyah sebelum memberikan suapan selanjutnya.

Alicia yang melihat Radit duduk dihadapannya mengangkat tangan, mempercepat kunyahan lalu menelan makanannya dan menyapa pria itu.

"Long time no see, Kak Radit!"

Mario berdecak akan tingkah istrinya, "Kunyah pelan-pelan, Radit juga nggak akan kemana-mana." Tegur Mario yang dibalas cengiran oleh Alicia.

"Kopi? Americano?" Tanya Alicia ramah yang mengundang tatapan sinis suaminya.

"Dia punya mulut dan tangan, Cia. Bisa panggil waiters dan pesan sendiri." Gerutu Mario.

Alicia terkekeh melihat suaminya menggerutu karena cemburu, Mario memang selalu bersikap seperti itu jika Alicia terlihat ramah atau perhatian pada siapapun selain dirinya, bahkan termasuk sahabatnya sendiri. "Kan tuan rumah yang baik." Balas Alicia ringan seolah tidak terganggu oleh decihan yang lolos dari mulut Mario.

Mereka memang melakukan pertemuan di Restoran milik Mario, alasannya hanya karena pria itu sebenarnya malas untuk keluar rumah membuat waktu berharga milik dirinya dan Alicia terganggu.

Jika saja bukan karena Radit yang meminta pertolongan dan bertemu, pasti Mario sudah menolaknya mentah-mentah.

"Hei, makin cakep aja nih, Cia."
Puji Radit pada adik kelasnya semasa sekolah menengah atas, sekaligus menggoda Mario, memanggil istrinya dengan panggilan yang hanya boleh digunakan pria itu

Benar saja, mendengar itu Mario mendelik tidak terima, "Lice for you." Katanya memperingati.
Tapi seketika ekspresinya berubah ketika berhadapan dengan istrinya.

Mario meletakkan sendok setelah sepiring nasi goreng habis tidak bersisa, lalu menyodorkan gelas kepada istrinya.
Pria itu tersenyum dan menepuk pelan kepala Alicia ketika sang istri menandaskan seluruh isi gelas, "Good job, Mamiya." Mencuri satu kecupan di kening istrinya dan saling tersenyum satu sama lain seolah saja disana hanya mereka berdua.

Radit memperhatikan semua itu juga ikut menyunggingkan senyum tulus. Berbahagia akan kehidupan sahabatnya.
Senyumnya lebih lebar ketika membayangkan bahwa disana adalah dirinya dan Shahnaz suatu saat nanti.

Mario yang selesai dengan istrinya kemudian mengambil tumpukan kertas yang terletak di kursi kosong disebelahnya, memberikan pada Radit. "Nih, yang lo minta."

Sementara Radit mengambil tumpukan kertas itu kemudian mempelajari isinya..

Mario mengalihkan pandangan, kembali sibuk dengan Alicia.
Pria itu menundukkan kepala, mensejajarkan wajah pada perut istrinya yang mulai terlihat membesar karena ada calon anaknya disana.
Berbisik dan sesekali mencium perut itu menimbulkan kekehan kecil dari mulut Alicia.

Sebenarnya selain memang itu hal alami yang Mario selalu lakukan setiap ada istrinya..
Ia juga menghindari memperhatikan Radit dengan lekat. Sahabatnya itu butuh ruang untuk segala emosinya setelah membaca apa yang Mario bawa untuknya.

Dan benar, sesekali ketika membaca, tangan Radit mengepal dan mulut pria itu menggeram, menunjukkan kemarahan pada apapun tulisan-tulisan yang ditangkap matanya.

Tangan Radit bergetar setelah sampai di halaman akhir, "Ini.. Bener?" Suara beratnya terdengar, marah dan kecewa tidak disembunyikan dan Mario hanya mengangguk sebagai jawaban.

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now