🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Diperlakukan seperti itu, Shahnaz jadi malu sendiri, wajahnya ditekuk dan bibirnya mengerucut kesal karena hari ini ia terus-terusan kalah dari Radit.
"Kamu nyebelin!"
"Iya, aku minta maaf."
"Kamu resek hari ini! Terus-terusan mendebat aku."
"Iya sayang, maaf ya?"
"Kamu jelek!"
"Iya, makasih ya kamu yang cantik udah mau sama cowok jelek kayak saya."
Shahnaz mendelik sinis mendengarnya, tubuhnya maju dari sandaran. Semakin Radit membalas ucapannya semakin membuatnya kesal karena pria itu selalu memiliki jawaban yang menurutnya menyebalkan!
"Argh! Kamu kalo sepinter itu mending ke kantor aja sana!" Teriak Shahnaz tidak nyambung karena terlanjur kesal dan menyerah.
Melihat itu, Radit terbahak kemudian menarik tubuh Shahnaz dalam pelukan yang disambut dengan baik oleh kekasihnya.
Shahnaz menyamankan posisi dan semakin menenggelamkan dirinya pada pelukan nyaman itu. Sesekali bibir Radit mengecup pucuk kepala Shahnaz seraya mengelus surai halusnya.
Mereka berhenti berdebat dan bicara, hanya menikmati kebersamaan yang beberapa waktu ini mereka rindukan.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Cepet pergi ah." Shahnaz mendorong Radit agar mengangkat tubuhnya dari sofa, tetapi pria itu berganti dari duduk menjadi menelungkupkan dirinya seraya memeluk bantal sofa, menolak bergerak.
"Mas!" Seru Shahnaz berdiri dan menghentak-hentakkan kakinya kesal.
Tadi ketika mereka sedang menonton televisi, ponsel Radit berdering. Bukan dari kantor melainkan dari Mario, tetapi sepertinya urusan penting menyangkut pekerjaan, karena sesungguhnya Radit tidak hanya bekerja di satu tempat.
Pria itu mungkin aktif di kantornya sekarang, namun tetap me-mobile pekerjaan dan usaha yang lain. Pantas saja uang pria itu tidak habis-habis, keluh Shahnaz.
Dan setelah mendapat panggilan tersebut, Radit berkata akan segera menuju ke sana tetapi kenyataan malah sebaliknya, pria itu tidak beranjak sama sekali setelah memutus panggilan membuat Shahnaz kesal.
Radit yang melihat Shahnaz misuh, menyunggingkan senyumnya, "Kenapa sih, cantik? Buru-buru banget lagian pengen saya pergi, Mario aja santai kok."
Pipi Shahnaz tiba-tiba bersemu hanya karena panggilan itu, mungkin sederhana, tapi efeknya tidak pernah sesederhana itu.
"Ih! Ya tapi jangan tiduran terus nanti makin males."
Radit membalikkan tubuhnya menjadi telentang kemudian membuka kedua tangannya, "Saya males bukan karena tiduran, tapi belum recharge. Duh lemes banget ini mana yaaa semangat buat saya." Kata Radit lebay, matanya melirik pada Shahnaz.
Shahnaz mendengus sebal, matanya menoleh sengit tetapi bibirnya tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum, "Apasih?!" Balas Shahnaz malu-malu.
Kemudian menghampiri Radit dan mengambil tempat menelungkup diatasnya, kepala Shahnaz tepat berada didada Radit, mendengar detak jantung pria itu. "Tadi udah peluk juga." Gumam Shahnaz dengan tangan yang melingkar erat di tubuh kekasihnya.
Radit mengecup puncak kepala Shahnaz, "Rambut kamu wangi, pake shampoo apa?"
Mendengar itu Shahnaz mendelik, "Jangan pura-pura lupa, aku udah tiga hari nggak keramas!" Karena malu, Shahnaz berusaha melepaskan diri namun Radit menahannya. "Tetep wangi kok."
"Halah!"
Tangan Radit dengan usil menjawil hidung kekasihnya, "Kamu ini marah-marah mulu, ngomel terus, nggak cape apa?"
"Sakit ih! Aku nggak akan ngomel kalo Mas nggak ngeselin."
Shahnaz mendongak menunjukkan wajah kesalnya, sementara Radit menaikkan tubuh Shahnaz sehingga kini wajah mereka sejajar.
Satu senyuman tersungging di bibir Radit, tangannya menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Shahnaz, "Kamu tau ga kalo lagi ngomel itu kamu menggoda banget?" Bisik Radit ditelinga Shahnaz, membuat tubuh wanita itu meremang.
Shahnaz hanya bisa diam saat Radit bergerak ke samping mengecup lembut telinganya kemudian pria itu menunduk, turun pada bahu dan menempelkan bibirnya disana.
Shahnaz menggeliat kegelian, "Mas, kamu udah ditungguin.."
"Hm." Radit hanya menggumam sebagai respon kemudian memberi beberapa kecupan kecil di leher kekasihnya.
Shahnaz memejamkan mata, membiarkan Radit melakukan apapun pada dirinya. Bibir pria itu dengan pelan bergerak naik, berpindah mengecupi rahang Shahnaz dan ketika sampai di bibirnya..
Mata Shahnaz terbuka, bertatapan.. Kemudian saling memagut dengan tidak sabar.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.