🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Shahnaz tidak punya pengalaman untuk itu, banyak ketakutan dipikirannya, dan ia butuh waktu lebih lama lagi mempersiapkan dirinya walaupun Shahnaz sendiri belum bisa memastikan kapan dirinya yang siap akan datang..
Kekakuan Shahnaz mengendur, namun belum benar-benar menerima seluruh alasan Radit. Entahlah, perasaannya mengatakan bahwa bukan hanya itu..
Radit yang ingin sekali Shahnaz bertemu dengan Ibunya, justru menjauhkannya dengan alasan demikian? Rasa-rasanya masih belum bisa diterima oleh logika Shahnaz.
Dan lagi, kedatangan Ibu Radit seharusnya sudah bisa diperkirakan oleh pria itu mengingat Shania masih mengenal keluarga Radit dengan baik. Tapi mengapa pria itu harus terkejut?
Shahnaz juga masih belum lupa seperti apa ekspresi waspada Radit tadi, apa masuk akal melupakan segalanya hanya karena Ibunya berada ditempat yang sama dengan mereka?
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Radit rasanya ingin mengumpat didalam hati.. Seharusnya ia mengikuti saran Shahnaz untuk tidak datang jika saja ia tahu keadannya akan begini.
Sial, menyesal sekarang pun rasanya sia-sia. Radit bahkan dengan tidak sengaja telah menyakiti Shahnaz, dan masih bingung untuk menjelaskan situasinya..
Apa yang ia katakan bukan kebohongan, hanya saja memang tidak lengkap. Ibunya benar ada disana, yang ia belum jelaskan hanya dengan siapa Ibunya datang..
Ketika Radit sampai pelaminan tadi dengan tangan bertaut pada Shahnaz, tiba-tiba saja Shania memeluknya untuk berbisik memberi tahu hal yang mengejutkan. "Kak, ada Mami juga dateng, sama cewek rambut pirang tapi bukan Sarah. Awas jadi salah paham."
Sebelumnya, Radit memang berkata akan membawa kekasihnya pada Shania, dan Shania pikir wanita yang dibawa Ibu Radit adalah orangnya, karena Ibu Radit tidak mungkin datang dengan seseorang yang asal.
Lagi, Shania sempat berbincang sebentar dengan mereka dan hasilnya menunjukkan bahwa wanita rambut pirang yang malu-malu saat membahas Radit tadi pasti salah satu wanita yang mengenal pria itu juga. Atau mungkin memiliki perasaan pada Radit? Dan datang dengan Ibu pria itu?
Tapi ketika perhatian Shania tertuju pada antrian ketika mantan pacarnya itu datang.. Matanya menangkap tautan tangan Radit dengan gadis yang pria itu bawa, dan karena kepeduliannya Shania hanya ingin memperingatkan Radit bahwa ada bahaya dihadapannya.
Karena bukan tidak mungkin jika salah paham dan masalah besar tidak bisa dihindarkan.
Maka dari itu, Radit yang mendengarnya tanpa berpikir panjang langsung membawa Shahnaz pulang setelah turun dari pelaminan sebelum benar-benar bertemu dengan Ibunya.
Bukan, bukan tidak ingin mempertemukan kekasihnya dengan Ibunya, hanya saja keadaannya tidak sesederhana itu..
Radit belum menjelaskan apapun pada Shahnaz mengenai ketahuannya akan keluarga wanita itu, maupun tentang ia pernah akan dijodohkan dengan saudara kembar kekasihnya itu. Dan Radit tidak ingin Shahnaz tahu diluar bibirnya atau tanpa penjelasannya..
Ketika Radit membuka mulut untuk kembali bicara, Shahnaz mendahuluinya.
"Kamu tau, Mas, kenapa aku bisa semarah tadi?" Tanyanya dengan tanpa ekspresi dan mata memandang lurus ke depan. Radit diam, karena tahu Shahnaz bertanya bukan meninta jawaban.
"Bukan karena aku cemburu, atau karena kamu minta pulang tanpa penjelasan.. Kamu jelasin nanti pun, kayaknya aku akan baik-baik aja."
Shahnaz memejamkan mata mengambil jeda.
"Tapi karena kamu nggak peduli saat aku mulai ngeringis kesakitan tadi. Jiwa defensifku keluar, takut kalo kamu bakal nyakitin aku lebih dari nyengkram tangan."
Radit hendak menyela sebelum Shahnaz mengangkat satu tangannya menyuruhnya agar tetap diam.
"Iya, aku tau kamu nggak sengaja. Itu juga bukan mauku, hanya refleks-ku yang selalu tiba-tiba seperti itu. Berlebihan, ya?" Kali ini Shahnaz tidak duduk dengan kaku, wanita itu mulai menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi lalu membalikkan badan menghadap pada Radit yang masih lekat menatapnya.
Kali ini Radit mencoba meraih tangan Shahnaz yang dibiarkan wanita itu, "Nadira, saya yang harusnya minta maaf. Karena saya udah nyakitin kamu.. Walaupun Demi Tuhan dengan nggak sengaja, tetap itu bukan pembenaran dan kamu sama sekali nggak berlebihan, kamu berhak marah, saya yang salah." Radit mengecup satu kali tangan kekasihnya seraya terus menggumamkan maaf.
"Saya cuma panik pas Shania bilang ada Mami disana, walaupun saya tahu Mami memang diundang tapi saya nggak mau bikin kamu lebih marah atau gak nyaman dari yang tadi."
Dalam diamnya, Shahnaz memperhatikan pergerakan Radit, dari hal terkecil sekalipun, matanya dengan lekat bahkan ia menajamkan telinganya untuk mendengar jika ada keraguan disana.
Radit mungkin jujur, namun dari gesture kekasihnya itu.. Shahnaz merasa ada yang masih ingin pria itu katakan tapi entah apa dan Shahnaz tidak mengerti mengapa Radit tetap menahannya.
Tangan Shahnaz yang bebas bergerak naik untuk mengelus kepala Radit yang masih menunduk menggenggam tangannya yang lain, "Mas.. Aku mau kasih tau kamu sesuatu."
Radit mendongak balas menatap Shahnaz yang masih menatapnya. "Aku gak tau apa ini bisa bikin kamu lebih jujur. Tapi, aku sayang sama kamu.. Dan apapun yang kamu katakan, meski itu bohong, aku akan tetap percaya sama kamu." Lanjut Shahnaz dengan senyum tipis yang terbit dibibirnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
HAI? Hehehe. Ada yang masih nungguu merekaaa? Aku sempet janji mau update minggu lalu tapi keadaannya bener-bener gabisa maaf ya 😭🙏🏻
Aku usahain minggu ini bisa up lebih dari dua bab (SEMOGA)! see you!