"Nggak kok, tadi aku masuk kotaknya pas kamu buka kenop pintu, hehe."

Radit mencuri satu kecupan dibibir Shahnaz, lalu kembali memeluk erat wanita berpita itu, menghidu aroma kekasihnya dalam-dalam, dan kembali menggumamkan terima kasih.

Shahnaz bisa jadi mengetahui ini atau mungkin tidak, semenjak mengenal wanita itu, Radit merasa hidupnya berubah menjadi lebih berwarna dari yang ia tahu. Radit lebih bersemangat hanya dengan membayangkan akan bertemu Shahnaz setiap harinya.

Dan semua yang dilakukan kekasihnya hari ini.. Radit tahu usaha Shahnaz tidak mudah, wanita itu pasti berpikir keras apa yang harus ia lakukan dengan ulangtahun Radit dan membuat pria itu terkesan.
Dengan memikirkannya saja, Radit sudah merasa amat bersyukur dan tidak berani meminta apapun lagi selain wanita dipelukannya ini.

Shahnaz mencoba melepas pelukan, "Kamu laper, gak? Kita makan malem disini, aku bawa chef!"

Radit mengangguk dan melirik sekitar. "Ada orang disini selain kita?" Alisnya terangkat sebelah, mulutnya sedikit merengut tidak suka berpikir mereka ternyata tidak hanya berdua disana.

Melihat itu, Shahnaz tertawa dan mencuri satu ciuman dari pipi pria dihadapannya. "Nggak, Sayang, sekarang kita masih berdua. Orangnya aku minta dateng jam delapan sih, harusnya bentar lagi sampe.."

Sementara Shahnaz hendak mencari ponselnya, ia lanjut berkata pada Radit. "Mas bersih-bersih dulu aja. Nanti pas balik kesini udah siap."
Perintah Shahnaz diangguki oleh Radit yang langsung berlalu kedalam kamarnya.

"Dari semua yang terjadi hari ini, mana yang Mas suka?"Shahnaz dengan tangan menyangga wajah dan mata yang berbinar menatapnya bertanya pada Radit sesaat sebelum mereka memulai makan malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Dari semua yang terjadi hari ini, mana yang Mas suka?"
Shahnaz dengan tangan menyangga wajah dan mata yang berbinar menatapnya bertanya pada Radit sesaat sebelum mereka memulai makan malam.

"Dari semua yang terjadi hari ini, mana yang Mas suka?"Shahnaz dengan tangan menyangga wajah dan mata yang berbinar menatapnya bertanya pada Radit sesaat sebelum mereka memulai makan malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Radit membalas hal yang sama, menopang wajahnya dengan tangan dan membalas lekat tatapan Shahnaz.

"Kamu."
Jawabannya membuat Shahnaz mendelikkan matanya, menurut Shahnaz itu tidak ada korelasi dengan pertanyaannya. Namun Radit buru-buru menambahkan. "Beneran kamu. Semua hari ini ada karena kamu terlibat disana, jadi aku gak bisa milih. Aku milih mastermind-nya yaitu kamu."

Kali ini semburat merah muncul diwajah Shahnaz, membuatnya menunduk lalu mengalihkan dirinya dengan makanan dihadapannya,
"Makan, Mas." yang membuat Radit tertawa dan ikut larut dalam makan malamnya.

Setelah makan malam, sekarang mereka hanya berdua karena chef dan beberapa staffnya yang Shahnaz panggil, meninggalkan apartemen Radit tepat setelah hidangan terakhir disajikan.

Radit yang memintanya, ia bahkan melarang staff itu membersihkan tempat memasak dan berkata bahwa akan membereskannya sendiri dapurnya.
Sebenarnya pria itu hanya mencari alasan agar diberikan lebih banyak waktu berdua bersama Shahnaz.

"Kenyang! Chef mahal emang beda, masakannya enak."
Shahnaz mengusap-ngusap perutnya yang penuh lalu melemparkan kedua jempolnya ke udara memuji masakan Chef yang telah pulang.
Wanita itu lalu menumpukkan piring serta sendok kotor dan membawanya ke tempat cuci piring.

Saat akan mengambil sarung tangan karet, tangannya dihentikan oleh Radit yang muncul dari belakang, lalu membawa tubuhnya berbalik ke depan.

"Kamu pikir kamu mau ngapain?"
Radit bertanya seraya menggenggam kedua tangan kekasihnya.
Shahnaz menunjuk tumpukan piring dengan kepalanya, "Cuci piring?" Balasnya balik bertanya.
Memangnya menurut Radit apalagi?

"Kamu masa tega ninggalin aku cuci piring?"

"Astaga! Cuci piring nggak lama, Mas, jangan lebay!"

Shahnaz melepaskan genggaman, dan akan berbalik melanjutkan rencananya mencuci piring sebelum Radit kembali menahan bahu Shahnaz dengan kedua tangannya agar kembali menghadap padanya, membuat wanita itu mendecakkan bibirnya mulai kesal, "Kenapa lagi, sih? Itu nanti banyak lalat biarin piring kotor."

"Cuci piring bisa nunggu.. Aku mau tagih kadoku." Kata Radit dengan nada merajuk, membuat Shahnaz mengerutkan keningnya. "Kado kamu udah abis, Mas, makan malem tadi itu kado kamu yang terakhir."
Shahnaz menjelaskan dengan sisa kesabaran yang ada, meskipun tidak mengerti apalagi yang Radit harapkan darinya.

Shahnaz melihat Radit menggeleng, pandangan pria itu mulai menajam, raut wajahnya berubah serius..
"Belum, Sayang.." Suara serak Radit seketika membuat Shahnaz merinding, ia merasa gugup, jantungnya berdetak diatas normal sehingga tidak ada kata yang bisa keluar dari mulutnya.

"..."

"Kado-ku belum abis, masih ada satu."
Lanjut Radit lagi, Shahnaz semakin tidak nyaman ditempatnya tapi ia mencoba bertahan.

"Ap-a?"
Kali ini cicitan yang keluar dari mulut Shahnaz.
Wanita itu kembali menutup mulutnya lalu merutuk dalam hati. Situasi apa ini?

Dengan perlahan tangan Radit naik merambat pelan dari dagu ke wajahnya, menimbulkan remangan lain pada tubuh Shahnaz yang mulai menutup matanya, selain ingin membiarkan sensasinya meliar disana, Shahnaz tidak berani menatap Radit lebih lama.

Tatapan Radit bisa membuat Shahnaz lebih gila dari ini dan ia tidak ingin mendahului Radit, hari ini milik pria itu, Shahnaz meletakkan kuasa atasnya pada Radit.

Tangan Radit bergerak menuju pita yang masih bertengger manis diatas kepala Shahnaz, lalu turun dengan ritme yang sama keujung rambut menguraikan simpulnya, "Ini kado-ku yang terakhir."

WKWKWKWKWKWKHAI? BYE

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

WKWKWKWKWKWK
HAI?
BYE.

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now