Lampu yang tiba-tiba menyala menyadarkan Shahnaz, ia bahkan sedikit mundur karena terkejut.
Ketika menatap kedepan, Shahnaz bisa melihat Radit yang sedang berjalan sembari mengucek matanya dan memakai kacamata. Dengan wajah mengantuknya pria itu menyipitkan mata memastikan siapa yang datang.

"Nadira?"

"Hi, Surprise!"

Ucap Shahnaz menyembunyikan kegugupannya, ia membuang pandangan pada kedua kue yang bersandingan.
Apa yang dihadapannya sekarang, seketika membuat Shahnaz merasa murung dan berkecil hati.
Ia bahkan tidak berpikir dengan siapa Radit merayakannya tadi malam, yang Shahnaz bisa pikirkan adalah.. Semuanya sudah tidak special.. Apalagi yang bisa ia lakukan atau untuk apalagi ia disini, hanya mengganggu Radit beristirahat saja.

Lagian, Naz, orang tuh surprise pacarnya tengah malem bukan pagi buta kayak sekarang. Pikirannya menghakimi dirinya sendiri.

Larut dengan pemikirannya.. Shahnaz masih menatap kosong pada meja makan. Ia bahkan tidak sadar ketika Radit mendekat, menariknya kedalam pelukan dari samping dan membubuhkan satu kecupan di pelipisnya. "Makasih, sayang." Bisik Radit lalu memeluk lebih erat dan mengecupnya sekali lagi.

Merasa tidak ada pergerakan dari kekasihnya, Radit mencoba ikut melihat apa yang ditatap oleh Shahnaz. Tiba-tiba saja pria itu merasa gugup namun bisa mengendalikan dirinya dengan cepat.

Pikirkan apapun, pikirkan apapun..

"Itu semalem Adrian dateng, bawa kue terus pulang katanya ada meeting pagi. Orangnya emang suka random, dateng cuma ngucapin ulang tahun."
Akhirnya alasan itu yang bisa Radit pikirkan untuk sekarang, terpaksa ia harus berbohong karena tidak mungkin Radit mengatakan kejujuran saat ini.

Meskipun dalam hatinya Radit merutuki dirinya yang terlalu malas membereskan semuanya tadi malam, ada satu kelegaan menyusup, ia sempat membawa kado dari Sagita menjauh dari meja makan sehingga Shahnaz tidak perlu lebih curiga daripada ini.

Radit tidak ingin Shahnaz salah paham, walaupun sebenarnya salah paham pun itu adalah kebenaran. Tapi ini hari ulang tahunnya, kali pertama merayakannya dengan Shahnaz. Tolong jangan ada yang rusak momen berharga ini.

Seharusnya alasann Radit masuk akal..
Walau belum pernah bertemu langsung dengan Adrian, Shahnaz sepertinya bisa percaya.
Entah itu mendengar cerita Radit tentang sahabatnya atau beberapa kali saat Shahnaz sedang bersama dengan Radit, Adrian memang cukup sering menelepon Radit untuk hal-hal random bahkan mereka tertawakan bersama.

Dan memang berhasil, alasan Radit bisa diterima kekasihnya..

Shahnaz membalikkan badannya, berjinjit mencium Radit dan membisikkan ucapan ulangtahun pada kekasihnya, lalu membalas pelukan pria itu tidak kalah erat.
Dalam pelukan itu, ia mengeluh dengan manja, "Tapi Mas udah makan kue ulangtahun. Aku bukan yang pertama kasih suapan kue."

"Nggak kok, Mas belum makan kue apapun. Kamu liat aja potongannya juga masih utuh."
Dengan tangan yang sedang mengusap pelan surai kekasihnya, Radit menjawab cepat. Usapannya berhenti ketika Shahnaz bergerak ingin membalikkan badan membuktikan ucapannya.

Shahnaz sedikit membungkukkan badannya memerhatikan kue disampingnya.
Kuenya terpotong satu bagian namun bagian yang terpotong juga masih utuh pada piring dan ada bagian kecil pada sendok disebelahnya. Itu utuh.
Tapi karena tidak langsung dibereskan dan dibiarkan di suhu ruang, kue itu dikerumungi semut dibeberapa bagian.

"Oh, iya.. Yaudah! Makan punyaku aja. Mas biarin kuenya semaleman itu jadi banyak semut."

Shahnaz mengeluarkan kotak kue dari plastik sementara Radit membersihkan kuenya yang lain, membawanya ke dapur dan kembali dengan piring dan sendok yang baru.

Shahnaz melambatkan geraknya saat akan menata lilin.. Wanita itu terlihat ragu, tangannya yang memegang lilin kecil menggantung di udara, dan lalu Radit ambil alih karena mengerti.
Pria itu menebar lilin ke sekeliling kue seraya menjelaskan, "Aku belum tiup lilin, sayang, semalem kuenya Adrian cuma aku tepok aja biar lilinnya mati." Selain tentang pemilik kue, sisanya memang Radit tidak berbohong.

Radit menyalakan api pada lilin dan mengangkat kue menjadi diantara dirinya dan Shahnaz.
"Make a wish, sayang."

"Kan Mas Radit yang ulang tahun."

"Apa punya Mas kan punya kamu juga, termasuk ulang tahun ini."

Mendengarnya, Shahnaz tersenyum, suasana hatinya seketika membaik.
"Oke, biar do'anya lebih kuat, aku bantuin."
Mereka berdua lalu menutup mata dan memanjatkan do'a sebelum meniup lilin bersama.

Radit menerima suapan kue yang disodorkan Shahnaz, lalu setelahnya wanita itu menyuap untuk dirinya sendiri.

Dengan jahil, tangan Shahnaz yang satunya mencolek krim dari kue dan memeperkannya pada pipi Radit lalu tertawa terbahak melihat wajah lucu kekasihnya. Tidak lama, Shahnaz berdiri dan bersiap kabur saat Radit akan membalasnya.

Mereka bermain kejar-kejaran di ruangan yang tidak
begitu luas itu lalu berhenti ketika Shahnaz tersandung bantal sofa yang tidak sengaja ia jatuhkan saat berlari. Membuat Radit bisa menangkapnya dan mengurungnya dalam pelukan.

Mata Radit memendang lekat pada Shahnaz yang masih tertawa dalam pelukannya. Apa yang dihadapannya ini sudah cukup membuat Radit bersyukur di pergantian umurnya, ia hanya berharap bisa melihat pemandangan ini seumur hidupnya..

 Apa yang dihadapannya ini sudah cukup membuat Radit bersyukur di pergantian umurnya, ia hanya berharap bisa melihat pemandangan ini seumur hidupnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now