🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Maka tadi pria itu benar-benar terkejut saat melihat Sagita ada dibalik pintu membawa kue dan memberikan kejutan ulang tahun untuknya.
"Satu atau dua bulan lalu.. Mungkin?" Sagita menjawab dengan pelan dan hati-hati, "Aku langsung catet di kalendarku setelah itu. Makanya aku tetap ingat." Lanjutnya lagi tidak kalah pelan. Ia betul-betul mulai takut sekarang jika dirinya membuat kesalahan. Karena setelah semua yang ia lakukan malam ini.. Selain diam dan penolakan.. Hanya itu yang Radit tanyakan?
Radit mengangguk paham. Benar, kan? Ibunya telah benar-benar berhenti untuk memaksa dan menghargai mulai pilihan Radit. Pria itu cukup lega karenanya.
"Makasih, Sagita." Ucap Radit tersenyum. Meskipun bukan Sagita yang ia harapkan, setidaknya Radit harus berterimakasih atas apa yang wanita itu lakukan. "Tapi harusnya kamu nggak repot-repot nyiapin semua ini.."
"Aku nggak repot." Sagita menjawab cepat sebelum Radit melanjutkan kalimatnya. "Ini inisiatifku sendiri, jadi kamu nggak perlu ngerasa nggak enak." Sagita meyakinkan, karena melihat wajah Radit sedikit meringis setelah berterima kasih padanya tanda pria itu sungkan.
Suasana berubah hening, dan ini terasa canggung tapi Sagita tidak lagi membuat inisiatif lain karena tiba-tiba kepercayaan dirinya hilang begitu saja setelah berkali-kali mendapat penolakan dari pria dihadapannya.
Sagita melirik jam di ponselnya, ternyata sudah lebih dari setengah jam ia disana. Pasti Ibunya sebentar lagi akan memanggil mencarinya.
Radit melirik pada Sagita yang sedang membereskan barangnya, wanita itu bersiap untuk pulang. Demi kesopanan dan tanggung jawabnya sebagai pria, Radit tidak mungkin membiarkan Sagita pulang sendiri, maka ia bertanya, "Kamu pulang sama siapa?" Pria itu bangkit dari duduknya, bersiap mengambil kunci mobil jika harus mengantar wanita dihadapannya ini untuk pulang.
"Supirku dibawah udah nunggu, aku pulang dulu, ya. Sekali lagi selamat ulang tahun." Sagita berdiri berjalan menuju Radit, sedikit mencondongkan tubuhnya hendak memeluk sebelum Radit memotongnya dengan jabatan tangan membuat wanita itu lagi-lagi terdiam karena ditolak. Penolakan yang keberapa kali dalam satu malam?
"Sekali lagi makasih, Git." Ucap Radit tulus, namun Sagita belum bergerak dari tempatnya.
"Saya bisa anter kamu kebawah.."
"Oh, nggak usah, aku bisa sendiri." Sagita menolak setelah mendapatkan kembali dirinya, ia menarik diri dan berjalan menuju pintu keluar tanpa menoleh lagi. Tindakan Radit malam ini membuatnya cukup malu. Dan Sagita tidak ingin lebih malu dari ini, setidaknya sedikit harga dirinya bisa terselamatkan..
Tapi sebelum mencapai kenop pintu, Sagita menghentikan langkahnya mendengar ucapan Radit yang menjelaskan semua tindakan pria itu malam ini namun membuat harga diri Sagita benar-benar habis tidak bersisa.
"Sagita.. Mungkin mami belum bilang karena belum ada yang tahu soal ini. Kamu yang pertama saya kasih tau.. Saya udah punya pacar."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.