"Saya nggak mau pulang.. Tapi jangan nanya terus, nanti saya panik." Ucap Shahnaz pelan lalu menepuk tempat disebelahnya mengajak Radit duduk. "Duduk sini."
Namun pria itu menghempaskan dirinya di ujung sofa yang membuat Shahnaz merengut tidak suka.
"Mas Radit nggak mau duduk sebelah saya?!"

Radit bingung, pria itu merasa serba salah.. Mood Shahnaz bisa berubah dalam hitungan detik padahal tadinya Radit hanya tidak mau membuat wanita itu marah..
Dengan masih tidak mengerti Radit bergeser duduk di samping Shahnaz. Apa setelah ini?

 Apa setelah ini?

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Shahnaz menyenderkan punggung dan kepalanya di sofa, menatap pada langit-langit apartemen Radit

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Shahnaz menyenderkan punggung dan kepalanya di sofa, menatap pada langit-langit apartemen Radit.
"Maaf.. Dari pertama kali kita kenal sampai saat ini aku pasti keras kepala dan menyebalkan, ya?" Shahnaz memulai pembicaraan, mengubah nada bicaranya menjadi santai dan Radit hanya diam memperhatikannya.

"Aku.. cuma mau melindungi diri sendiri buat nggak menjatuhkan hati sama siapapun.
Awalnya aku pikir kamu itu menyebalkan dan galak. Apalagi kamu pernah marah-marah karena hari pertama aku telat, hehe, tapi setelah itu alam bawah sadarku tau kamu itu paket lengkap dan menarik.. Dan yang aku tau aku harus menjauh.

Pas kita ketemu di club itu.. Kamu gemes banget, tau! Aku sebenernya udah liat kamu duluan, lho.
Kamu nggak naik ke dance floor, cuma ngobrol sama temen kamu di pojok, sedangkan aku.. Menggila di dance floor, kebanyakan minum, ah, kalo diinget lagi.. Aku selalu malu-maluin, ya? Kamu selalu liat aku dalam keadaan terburuk."
Shahnaz menghela nafasnya, matanya mulai berkaca-kaca.. Ternyata mengakui semuanya itu tidak mudah untuknya yang selalu jadi pengamat dan memendam apapun dalam diam.

Radit yang melihat itu meraih tangan Shahnaz dan menautkan dengan miliknya, seolah memberi wanita itu kekuatan karena Radit tahu Shahnaz belum selesai..

"Aku.. Nggak tau apa yang kamu liat sampe kamu bisa suka sama aku.. Eh, kamu beneran suka aku, 'kan?! Jangan sampe bilang nggak, ya! Aku nggak mau lebih malu dari ini." Kali ini Shahnaz menoleh rengan mata menyipit tajam, mendapati Radit mengangguk sebagai respon lalu wanita itu lega dan kembali pada posisi sebelumnya.

"Iya, aku bahkan nggak pernah ngerasa aku nimbulin kesan baik selama ini.. Tapi apapun yang kamu liat dan kamu suka dari aku.. Semoga itu nggak akan jadi alasan yang bisa bikin kamu kecewa nantinya.

Hidupku sebenarnya cukup kacau.. Tapi kali ini aku pikir nggak apa-apa memberanikan diri terjun ke kekacauan lain..
Setelah kenal kamu sejauh ini, walau belum terlalu jauh, setidaknya aku bisa yakin akhirnya mungkin nggak bisa sesuai apa yang aku mau.. Tapi selama itu kamu.. Semua nggak akan seburuk itu, 'kan?"
Shahnaz mengeratkan genggaman mereka dan memejamkan matanya. Akhirnya.. Ia bisa mengungkapkan semuanya.

"Kerja bagus, Shahnaz." Bisiknya pada dirinya sendiri.

Bibir Radit kelu, ia tidak bisa memberikan jawaban apapun

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Bibir Radit kelu, ia tidak bisa memberikan jawaban apapun.. Ini terlalu tiba-tiba untuknya. Apalagi dengan hal yang sedang ia pikirkan sebelum Shahnaz datang..
Semua menyerang disaat bersamaan, sehingga Radit tidak tahu pasti perasaan apa yang sebenarnya ia rasakan sekarang.

Radit pikir ia harus mengesampingkan dulu hal lainnya karena Shahnaz yang dihadapannya sekarang terlihat sangat menggemaskan, sayang sekali jika dilewatkan begitu saja.

Melihat Shahnaz yang masih memejamkan matanya, Radit jadi ingin tahu apa alasan dibalik berubahnya sikap Shahnaz saat ini tapi itu bisa menunggu..

Yang sekarang ia lakukan adalah menarik tubuh Shahnaz kedalam dekapannya, menghirup aroma wanita itu dalam-dalam. Radit merasakan Shahnaz sedikit terkejut namun tidak lama tangan Shahnaz ikut melingkari tubuhnya maka ia memeluk lebih erat.

"Thankyou, Nadira." Bisiknya tepat ditelinga wanita itu seraya mengecup surai wanita itu berulang kali sebagai rada syukurnya. Radit hanya bisa berterima kasih atas kesempatan yang Shahnaz berikan untuknya, selebihnya, keyakinan Shahnaz atas dirinya akan dia balas dengan tindakannya.

Ini memang tidak akan mudah tapi dengan keyakinan Shahnaz dan presensi wanita itu disampingnya, Radit pikir ini juga tidak akan terlalu sulit.

Shahnaz bergerak melepas pelukan, mendorong pelan tubuh Radit yang dituruti pria itu karena berpikir mungkin saja oksigen Shahnaz menipis dan wanita itu merasa sesak dalam pelukannya,
Tapi setelah melirik pada Shahnaz yang balas menatapnya, mata bulat Shahnaz mengerjap, menggigit bibirnya kecil seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Kenapa? Ada yang kamu mau?"
Tanya Radit sambil merapikan rambut Shahnaz yang berantakan karena pelukan mereka.
Shahnaz berpikir sebentar, harus mengatakannya atau tidak.. Tapi hal ini cukup mengganggunya beberapa waktu belakangan.

"Bilang aja."
Kata Radit lagi, berusaha menghilangkan keraguan Shahnaz.

Pria itu masih menunggu..

Shahnaz menunduk memainkan telunjuknya, tidak berani menatap Radit, lalu berkata hati-hati.. "Em.. Itu.. Waktu itu kan kamu bilang aku pernah cium kamu.."

"Nah.. Tapi kan waktu itu aku nggak sadar.. Kalo aku minta sekarang pas lagi sadar.. Boleh?"
Shahnaz mengangkat kepalanya dengan pelan, mengerjapkan kembali mata bulatnya dengan lucu menunggu respon Radit. Tapi pria itu hanya diam menatapnya dengan lekat.

Shahnaz mulai kesal karena ia merasa malu.
Kenapa hanya diam?! Ya Kalo gak boleh ngomong aja!

Bibirnya mengerucut, keningnya mengerut dan matanya menajam.. Seketika rasa takutnya hilang berganti berani, menatap Radit tepat dimatanya lalu mendengus sebal.

"Itu kan ciuman pertamaku! Masa aku nggak inget apa-apa..—"
Dan sebelum menyelesaikan kalimatnya.. Mulut Shahnaz dibungkam ciuman panjang dari Radit yang sedari tadi menahan gemas akan tingkahnya.

 Mulut Shahnaz dibungkam ciuman panjang dari Radit yang sedari tadi menahan gemas akan tingkahnya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Kenapa yaa makin sini tulisannya makin panjang dan mulai ga jelas..
Tapi ya gapapa sih.. Update-nya juga jarang-jarang belum tentu juga sampe tamat 😆

Chill dulu gak sih kita????? WKWKWK
takut abis ini nanti gabisa chill chill-an 😀

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora