Saya bahkan pernah mencoba kembali mengejar Shania lagi demi memastikan semuanya tapi ternyata memang udah gak bisa..

Nggak pernah sebesar itu buat Shania.

Berbeda saat saya mengejar kamu, ternyata dicuekin kamu lebih bisa bikin saya uring-uringan.. Lihat kamu dirumah sakit dan nggak berdaya lebih bisa bikin saya sakit hati..  dan saya nggak pernah memikirkan kemungkinan kamu menolak saya, karena kalau kamu tolak saya, saya akan terus mengejar kamu sampai kamu bosan dan menyerah untuk menolak saya." Pria itu kali ini menoleh kearahnya yang membuat Shahnaz tiba-tiba disergap panik dan menoleh ke arah lain untuk menyembunyikan semburat kemerahan yang tiba-tiba muncul di wajahnya.

"Saya sama Shania udah selesai, jauh sebelum saya ketemu kamu. Saya udah siap untuk ngejar kamu, jadi kamu nggak perlu khawatir kalo mau balas menjatuhkan hati sama saya."
Tutup Radit sambil mengusak pelan kepala Shahnaz.

Sarah mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai, dimana sih abangnya ini?! Sudah setengah jam ia berdiri didepan pintu apartemen Radit dan mengetuknya tapi tidak ada tanda-tanda Radit akan membukakan pintu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sarah mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai, dimana sih abangnya ini?! Sudah setengah jam ia berdiri didepan pintu apartemen Radit dan mengetuknya tapi tidak ada tanda-tanda Radit akan membukakan pintu.

Sebenarnya salahnya sendiri, sih, tidak mengabari abangnya itu, tapi biasanya abangnya itu selalu pulang tepat waktu..

Sarah merogoh tas kecilnya mencari ponsel untuk menghubungi Radit sebelum sebuah suara yang ia tunggu terdengar dari belakang punggungnya.

"Sar?"

Yang dipanggil menoleh dan menemukan abangnya dengan wajah yang tidak asing untuknya. Kayak pernah liat? Pikir Sarah sambil mengerutkan keningnya dan menajamkan mata.

Saat Radit dan wanita itu semakin dekat barulah ia ingat.. Cewek itu.. yang waktu itu di mall! Pikirnya gembira karena memecahkan teka-tekinya sendiri.

"Hai, Abang! Hai.. Mbak yang ketemu di mall kan?"
Sapa Sarah ramah kepada Radit dan Shahnaz dengan cengiran diwajahnya lalu memeluk mereka bergantian.

Ia memberi kode mata pada Abangnya mengenai wanita disebelahnya.

"Nadira, Sar." Koreksi Radit lalu mengambil satu langkah didepan adiknya untuk membuka pintu.

"Oh iya, Mbak Nadira. Kita ketemu lagi!"

Shahnaz hanya tersenyum singkat membalas sapaan Sarah, Shahnaz tidak menyangka akan bertemu Sarah lagi.

"Hai."

"Masuk." Radit mempersilahkan setelah membuka pintu dan ketiganya masuk.

Setelah melepas sepatu, Shahnaz mendudukkan diri di sofa depan yang ditunjukkan Radit sementara pria itu masuk kedalam kamar untuk berganti baju dengan Sarah yang mengekor dibelakangnya.

Radit menyadari Sarah tidak berhenti mengikutinya lalu berbalik menatap heran pada adiknya. "Abang mau ganti baju, Sar. Tunggu didepan aja sama Nadira." Tahan Radit didepan pintu kamarnya. Tapi adiknya itu malah menarik tangan Radit dan masuk ke kamar lalu menutup pintu.

"Mbak Nadira pacar abang?!" Tanyanya langsung tanpa menghiraukan abangnya yang menatapnya tidak mengerti ketika ia menariknya tadi.

"Belum."

Belum? Berarti akan? Sarah memejamkan matanya mengendalikan diri lalu membukanya lagi menatap lurus pada Radit.

"Abang.. Nggak lupa kan?" Tanya adiknya lagi memastikan. Sarah bukan tidak setuju Radit punya pacar, ia akan amat senang jika abangnya memililki pasangan dan bahagia. Hanya saja keadaannya tidak sesederhana itu sekarang.

Radit menaikkan satu alisnya, bingung dengan maksud adiknya. "Apa?" Pertanyaan balik dari Radit membuat Sarah gemas dan terdengar sedikit geraman dari sana, "Mami, Mbak Gita!" Jawab Sarah kesal.

Oh, ternyata soal itu. Radit mengangguk mengerti lalu memegang kedua bahu adiknya, "Abang udah pikirin itu urusan abang. Abang punya perhitungan sendiri, Sar tenang aja, ya?" Ucapnya menenangkan.

"Sar cuma.."

"Abang ngerti, Sarah sayang banget sama abang. Abang bener-bener udah pikirin semuanya, kamu percaya abang, 'kan? Dan abang pasti bilang Sarah kalo perlu bantuan nanti." Jelas Radit lagi memotong apa yang akan dikatakan Sarah. Ia menepuk pelan kepala adiknya, meyakinkan gadis belia itu agar tidak terlalu memikirkan urusannya dan dibalas anggukkan patuh oleh adiknya.

Sarah tidak pernah mengerti apa yang Radit pikirkan namun yang ia tahu, Radit bisa dipercaya. Abangnya tidak pernah mau mengecewakan atau menyakiti siapapun dan Sarah berharap tidak ada yang mengecewakan Radit sebagai balasannya.

Sebelum kembali ke depan menemani Shahnaz, Sarah berhenti didepan pintu teringat sesuatu. "Kak Shania mau nikah abang udah tau..?" Sarah bertanya dengan hati-hati memerhatikan perubahan raut wajah dari abangnya dan ia tidak menemukan apapun selain Radit bergerak kesamping nakas membuka jam tangannya dan berkata dengan tenang. "Abang udah tau. Ini abang lagi bujuk Nadira buat ikut dateng."

aku suka deh bacain komen kalian apalagi kalo punya spekulasi-spekulasi sendiri gitu seru aja rasanya feels like ceritaku masuk di kalian jadi kalian ikut greget HAHA maaci ges udah jadi penghibur dikala aku pusing dengan percuanan duniawi 🥹 sii ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

aku suka deh bacain komen kalian apalagi kalo punya spekulasi-spekulasi sendiri gitu seru aja rasanya feels like ceritaku masuk di kalian jadi kalian ikut greget HAHA maaci ges udah jadi penghibur dikala aku pusing dengan percuanan duniawi 🥹 sii yeeeuw!

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now