Wanita itu memang tidak mendiaminya, pekerjaan yang terhubung dengan Radit juga Shahnaz tetap kerjakan dan tidak dialihkan pada Acha seperti terakhir kali.

Namun seperti ini juga tidak terasa benar..

Diluar jam kerja, Shahnaz memperlakukannya seperti orang asing.
Wanita itu mengabaikan semua pesan dan panggilan Radit jika tidak ada urusan dengan pekerjaan. Hal itu membuat Radit cukup terganggu.
Dalam dua hari ini pria itu terus memeras otaknya untuk berpikir apa yang salah namun tidak kunjung menemukan jawabannya.

Radit harus memastikannya sendiri.

Shahnaz bersiul kecil berjalan kearah mobilnya seraya memutar-mutar kunci ditangannya.
Semakin dekat pada yang dituju.. Matanya memicing, langkahnya melambat dan mulutnya berhenti bersiul lalu terkatup sempurna ketika melihat siapa yang sedang bersandar pada pintu kemudi mobilnya. Shahnaz berganti menghembuskan napas lelah.. Hah.. Apalagi sekarang?

Berusaha tidak menghiraukan Radit yang seketika bangkit dari sandaran saat melihatnya, Shahnaz membuka pintu penumpang lalu menyimpan tas dan beberapa bawaanya disana.
Dengan sengaja ia melambatkan gerakannya untuk menunggu apa yang akan dilakukan Bosnya itu.

Dari belakang punggungnya Shahnaz bisa merasakan langkah Radit mendekat padanya dan bertanya, "Nadira, bisa kita bicara?"

Sambil menunggu, netra pria itu menyempatkan memindai sekitar memastikan bahwa hanya ada dirinya dan Shahnaz disana.
Radit tidak suka harus menjadi pusat perhatian dan ia yakin Shahnaz juga akan merasa tidak nyaman jika itu terjadi. Mereka tidak akan bisa berbicara dengan nyaman.

Shahnaz menghentikan geraknya.. Memejamkan mata, meyakinkan dirinya sendiri sebelum berbalik kebelakang menghadapi Radit yang menunggunya..

"Waktu kerja saya udah lewat dan kerjaan saya udah selesai." Kata Shahnaz singkat dan tegas.
Wanita itu bersikap defensif, membuat Radit menipiskan bibirnya, "Kamu tau jelas ini bukan soal pekerjaan."

"Kalau bukan tentang kerjaan, saya nggak punya waktu."
Shahnaz menutup pintu penumpang dan bergerak kesamping menghindari Radit yang masih berdiri didepannya.

Sebelum mencapai pintu kemudinya, Shahnaz kembali dihadang tubuh besar milik Radit dan tangan pria itu yang menahan pintunya. Bosnya itu masih belum menyerah.

"Bicara sama saya, Nadira!"
Pria itu mulai tidak sabar.
Kali ini bukan pertanyaan, suara tegas Radit mengucapkannya sedikit menekan dengan nada memerintah. Matanya menatap lekat pada wanita keras kepala dihadapannya.

"Nggak."
Tolak Shahnaz seraya mencoba membuka pintu kemudi mobilnya namun berakhir sia-sia karena tenaganya tidak lebih kuat dibanding Radit. "Minggir." Katanya lagi yang masih tidak dihiraukan pria itu.

"Kita cuma butuh bicara, Nadira, apa salah saya sama kamu?"
Radit melembutkan nada bicaranya ketika melihat Shahnaz mulai menggeram putus asa. Pria itu mulai iba, tidak ingin membuat Shahnaz membenci dirinya namun ia juga tidak bisa mengalah pada wanita itu saat ini.

Shahnaz memejamkan matanya mencoba menguasai dirinya lagi lalu membalas tatapan Radit yang tidak bergerak tepat di matanya.

"Saya nggak bicara diluar pekerjaan dengan pria yang menjadi milik orang lain. Saya tidak suka melibatkan diri saya pada salah paham dan masalah. Jadi tolong.. Pak Radit minggir."

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now