🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
"Udah berapa lama?" Suara serak Shahnaz bertanya dengan lemah, ia melirik tidak berdaya pada selang infusnya.
"Hampir dua puluh empat jam, lo tidur pules banget." Jennie menjawab dengan mata yang kembali fokus pada ponselnya. "Gue lagi minta Bang Garda ambil handphone dan peralatan lo, gue gantian sama dia jagain lo disini dari kemaren dan gue baru sadar gue ga bawa handphone punya lo, jadi gabisa ngabarin orang kantor.." Jelasnya lagi lalu meletakkan ponselnya beralih menatap Shahnaz yang kembali bertanya, "Lo.. tidur disini?"
"Heem, gue jagain lo sampe sore dan balik lagi tadi malem karena ada jadwal photoshoot. Punggung lo masih sakit? Gue liat udah ngga separah waktu itu, gue tetep olesin salepnya pelan-pelan.""
Shahnaz menggeleng lemah sebagai jawaban, "Gue udah mendingan, thanks, Jen, gue gatau kalo ga ada lo. Sorry bikin lo repot jagain gue." Ucapnya tulus.
Jennie itu orang yang seksi dan bukan orang yang cengeng, setidaknya menurut dirinya sendiri. Tapi rasanya keadaan diantara mereka mendadak melankolis dan Jennie merasa ingin menangis melihat Shahnaz namun ia tahan dengan baik.
Wanita itu mengadahkan kepalanya dan mendapatkan kembali dirinya, dengan cepat merubah ekspresinya, "Halah dari kemaren thanks mulu kayak ke siapa aja lo." Ucap Jennie berpura-pura biasa saja, mengibaskan tangan tanda agar Shahnaz tidak perlu khawatir akan dirinya.
"Lo balik lagi istirahat, deh. Bang Garda kayaknya kejebak macet soalnya ini senin pagi. Kalo udah dateng gue bangunin lagi, nanti gue bantuin ijin ke tempat kerja lo." Lanjut Jennie lagi seraya membantu Shahnaz untuk kembali berbaring dan menyelimutinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mata Acha menoleh bergantian pada jam yang ada dimejanya dengan jam diponselnya mencocokkan keduanya. Jam gue bener kok, gumamnya. Sekarang sudah pukul sepuluh tapi dimana orang disebelah mejanya?!
Shahnaz tidak biasanya seperti ini, wanita itu memang sering seperti ditelan bumi jika akhir pekan namun biasanya sebelum pagi hari diantara pertengahan malam jika Shahnaz akan absen temannya itu akan menganggu Acha yang sedang bermimpi indah hanya demi mengabari jika ia cuti mendadak. Tapi hari ini tidak ada panggilan masuk atau pesan apapun darinya.
Acha mulai disergap khawatir, selain sedari tadi Bosnya terus bulak-balik ke sebelah mejanya mengecek apakan Shahnaz sudah datang, Acha juga cemas karena ia tidak bisa menjangkau Shahnaz sama sekali! Shahnaz tidak memiliki banyak teman dan keluarganya.. Acha tidak mengenalnya. Sehingga disaat seperti ini Acha hanya bisa cemas tanpa melakukan apapun karena tidak tahu harus menghubungi siapa dan itu amat menjengkelkan!
Dering ponselnya mengagetkan Acha yang sedang gusar, wanita itu sedikit terkesiap dan hendak mengomeli siapa yang memanggilnya disaat seperti ini. Namun setelah melihat id pemanggil, Acha merasa akan meledak!
Nadira Shahnaz is calling..
Akhirnya! Orang yang ditunggunya! "Dimana lo?! Lo gila ya jam segini belum—" Omelan langsung Acha lepaskan di detik pertama lalu menggantung karena dipotong begitu saja oleh sang pemanggil.