🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Shahnaz dan keras kepala adalah hal yang mustahil dipisahkan. Namun aturan itu tidak berlaku ketika berhadapan dengan Radit. Pria itu selalu bisa membuat Shahnaz melakukan apa yang ditolak oleh logikanya, mengabaikan permintaan Radit sama saja artinya berperang dengan dirinya sendiri.
Sejenak wanita itu tertegun..
Ia mengabaikan makanannya memilih memerhatikan pria di hadapannya yang sedang memakan ayam goreng dengan lahap serta wajah memerah menahan pedas, bulir keringat mulai mengaliri wajahnya, pria itu tidak kuat akan pedas tapi tetap mencolek sambal dihadapannya, rasa penasaran mengalahkannya. "Ah, saya nggak kuat pedas, hah tapi ini nagih banget. Pantes jadi langganan kamu." Radit mengipasi dirinya sendiri, menghabiskan es teh manisnya dengan sekali tegukan dan membuka mulut karena tidak tahan akan panasnya cabai.
Shahnaz masih menatap lekat pria itu yang belum disadari pria dihadapannya. Mengapa Radit bisa membuatnya seperti ini..? Radit bahkan selalu ada saat penampilan terburuknya. Membuat Shahnaz mengutuk dalam hati, ini petaka.
Melihat tangan Radit kotor karena pria itu menolak menggunakan sendok, Shahnaz memanggil pelayan yang ada disana, memesankan kembali minum untuk Radit. Tangannya terulur mengambil beberapa helai tisu diatas meja, dengan lembut menyeka keringat dikening bosnya, membuka kacamata pria itu tanpa permisi membuat Radit yang sedang terengah seketika diam terpaku melupakan rasa pedasnya tadi karena terkesima akan apa yang Shahnaz lakukan. Tapi sepertinya wanita itu juga belum sadar. Usapannya turun pada mata Radit membuat pria itu menutup mata lalu setelah selesai Shahnaz mengembalikan kacamata itu kembali ke tempatnya dan meletakkan tisu tersebut di meja.
"Terima kasih." Radit tersenyum tulus seraya menatap dalam padanya, pria itu mengambil tisu dan mengelap mulutnya menyadarkan Shahnaz atas apa yang baru saja dilakukannya. Shahnaz pasti kehilangan akal sehatnya! Bagaimana bisa ia melakukan itu? Tapi itu gerak refleks, Shahnaz terlalu fokus tadi sehingga tangannya bergerak sendiri melakukan semuanya.
Diperhatikan lekat bahkan tanpa berkedip oleh Radit yang belum melepaskan senyumnya membuat wanita itu kikuk seketika, dengan gerakan kaku Shahnaz mengambil sendok dan mulai menyuap ayam bakar miliknya, ia mencoba mengalihkan fokusnya pada makanan. Merutuk dirinya sendiri yang bodoh. Bisa-bisanya, Naz, batinnya mencibir.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Acha menaikkan satu alisnya, kali ini bukan hanya makan siang yang diantarkan Radit pada Shahnaz tetapi pria itu sendiri! Bosnya menyuruh teman bergosipnya itu bersiap untuk makan siang bersama!
"Gue tau lo mau tanya apa, dan gue jawab duluan. Gue. gak. tahu! Gue ga punya jawaban atas pertanyaan lo. Stay away from me!" Shahnaz menenggelamkan wajahnya pada meja, membuat gesture menahan dengan telapak tangan satunya agar Acha menjauh darinya sebelum sempat membombardir dengan rentetan pertanyaan. Terlihat sekali jika gadis itu cukup frustasi.
Acha juga tidak kalah frustasi, jujur saja Acha penasaran akan hubungan Shahnaz dan bosnya. Sejak kapan mereka dekat? Tapi melihat bagaimana temannya itu, baiklah, Acha akan membiarkannya kali ini. Acha akan mencatatnya dahulu lalu akan ia tanyakan dengan pertanyaan lain.
Ditempatnya Shahnaz kembali merutuk, Radit benar-benar gila! Entah berapa kali Shahnaz menyebut pria itu gila dalam beberapa bulan ini. Tapi memang sepertinya ada yang salah pada otak bosnya!
Setelah makan malam yang memalukan, sampai di pelataran apartementnya Radit menawarkan untuk berangkat ke kantor bersama yang jelas ditolak mentah-mentah oleh Shahnaz. He's out of mind! Geleng Shahnaz tidak habis pikir.
Lalu pria itu mengirim pesan ketika ia selesai membersihkan diri,
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pesannya mungkin singkat tapi efek yang ditimbulkan tidak sesederhana itu. Dirinya merasakan pipinya seakan terbakar menimbulkan kemerahan disana, hanya dengan ucapan selamat malam ia merona? Murahan sekali, hardik Shahnaz pada dirinya sendiri.
"Ayo!" Suara berat dari Bosnya membuat Shahnaz mengangkat wajah, ada Radit tersenyum disana. Shahnaz belum mau beranjak, ditempatnya ia melihat Radit menoleh pada Acha yang membuka mulutnya karena terkesiap tidak percaya atas apa yang dilihatnya. "Kamu hari ini makan siang sendiri ya, Cha? Nadira saya pinjem dulu." Kata Radit santai tanpa rasa bersalah. Shahnaz menepuk keningnya sementara Acha hanya mengangguk seperti orang bodoh.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.