74• Penyelamatan

2.8K 116 3
                                    

Detik demi detik yang berlalu sekarang terasa begitu mencekam, tiap detik yang terlewati terasa seperti nyawa mereka yang sedang dikikis secara perlahan.

"Apa yang lo lakuin?!" teriak Ivory telah dikuasai amarah yang sangat besar. Walaupun Ivory sejak tadi mengancam akan menekan tombol merah tersebut, tapi ia tetap tidak akan pernah melakukannya.

Karena ada banyak nyawa yang berada di sana. Dan mereka semua akan mati, tanpa terkecuali.

"Sial!!" geram Ivory menoleh panik ke sana kemari mencari sesuatu yang dibutuhkannya.

"Apa yang kamu lakukan Ivory?!" bentak Rystin karena Ivory tak kunjung pergi dan malah terlihat kebingungan mencari-cari sesuatu.

Rystin kemudian mencekal tangan Ivory yang terus berjalan tak tentu tujuan. Namun tatapan gadis itu berhasil membuatnya terpaku sesaat, sangat mirip dengan pandangan mata seseorang yang dikenalinya.

Tentu saja siapa yang tidak mengetahui sosok Jendral.

"Lepas!" Sekali sentakan oleh Ivory berhasil membuatnya terbebas dari cekalan Rystin yang melingkari pergelangan tangannya.

Ivory tidak peduli apapun lagi, ia akan mengumumkan apa yang akan terjdi sepuluh menit ke depan pada semua orang yang berada di bawah.

"Lengah!" teriak Raya berhasil mengenakan pelurunya pada Rystin yang berbuat lengah.

"Dalam medan peperangan seperti ini, sangat penting untuk menjaga pikiran tetap fokus." Raya menyeringai setelah berhasil mengenai Rystin.

Rystin merasakan sakit namun tak langsung membuatnya jatuh, ia masih berdiri dengan teguh memperhatikan Ivory.

Ivory berdiri di pinggir pembatas atas atap, memegang sebuah alat pengeras suara. Ia menatap objek beberapa manusia yang tampak berada di area luar gedung tua.

Posisinya sedang berada pada lantai teratas dan terkahir, pandangan yang terlihat di bawah adalah orang-orang yang mengecil karena dilihat dari kejauhan.

Berdeham sebentar sebelum bersuara lantang yang mengisyaratkan agar tidak ada satupun orang yang berada pada area dekat gedung tua sejak sepuluh menit dari sekarang dimulai sejak ia mulai berbicara.

"WAKTU UNTUK MEMBERSIHKAN SEMUA AREA SEKITARAN GEDUNG ADALAH LIMA MENIT!"

"SEMUANYA HARUS MENJAUH KARENA GEDUNG AKAN MELEDAK DALAM WAKTU LIMA MENIT DARI SEKARANG!"

"IVORY!" teriak Qiona sembari berdiri dengan wajah panik.

"Lo mau kemana?" tahan Haidar yang kemudian langsung memegangi Qiona.

"Ivory di sana, gue harus bawa Ivory keluar!"

"Lo nggak denger tadi, gedung ini bakalan meledak!"

"Hancur Qio!" bentak Saad jadi kelepasan melihat tingkah Qiona yang terkesan semau-maunya saja.

"GEDUNG INI AKAN HANCUR SAD, HANCUR BERSAMA IVORY DI DALAMNYA!" bentak Qiona telah menangis kencang sekali.

Sudah cukup air matanya ia terus tahan agar tidak  keluar, kini ia akan menangis meluapkan rasa takut dan bertindak berani kemudian.

"GUE JUGA TAKUT!"

"TAPI IVORY APA NGGAK LEBIH TAKUT!"

Athan pun mendecak menatap Saad yang telah membentak Qiona dan membuat gadis itu menangis seperti sekarang.

Saad tentu saja merasa bersalah, ia menyesal karena telah membentak Qiona. "Maaf Qio," sesalnya kemudian menunduk tak berani menatap Qiona.

"Nggak Saad lo nggak salah," balas Qiona telah berhasil menghentikan tangisnya dan membuat Saad semakin menyesali perbuatannya.

"Apa yang kalian lakukan! Cepat naik ke mobil!"

Keempatnya tersentak kaget mendengar teriakan yang ditujukan untuk mereka langsung.

"Ayo," ajak Haidar hendak menarik tangan Qiona.

"Apa nggak ada yang bisa kita lakuin," cetus Qiona tak bisa merasakan tenang apabila belum melihat Ivory.

"Gue nggak bisa pergi," ucap Qiona kembali bertahan.

"Lihat mereka Qio, kita percaya aja sama mereka." Haidar menunjuk anggota penyelamat berseragam hijau loreng yang telah berpencar melakukan tugasnya.

Qiona menggeleng dengan pelan. Wanda mempercayainya jadi hanya dia yang mengerti perasaan takut tersebut.

Jika pergi dari sini sama dengan meninggalkan Ivory yang belum jelas akan bagaimana keadaannya kedepannya.

Maka Qiona akan memutuskan hal lain.

"QIONA!!"

Haidar berteriak panik memanggil Qiona yang mendadak melarikan diri setelah melepaskan cekalannya secara paksa.

"Kenapa lo nggak tahan!" kesal Saad hendak langsung mengejar Qiona.

Tapi mereka ditahan, tidak boleh ada yang melewati batas yang sudah dibuat.

"Teman saya di dalam!"

"Ada petugas yang akan menahannya."

"Tapi-"

"Kita tidak mempunyai banyak waktu, tiap detiknya itu berharga bagi nyawa kalian!"

Haidar, Saad dan Athan langsung diseret secara paksa menaiki mobil yang sudah disiapkan.

Saad dan Athan berusaha melawan dan ingin tetap mengejar Qiona. "Qiona gimana?"

Haidar tak bisa bergerak, ia seakan sedang dicekat pada bagian tenggorokan sehingga tak bisa mengeluarkan suara apapun. Bahkan tubuhnya hanya menurut terseret oleh beberapa orang.

Fakta Qiona telah pergi meninggalkan adalah yang paling ditakuti, perkataan Qiona kepada Wanda seketika terbayang-bayang.

"Nggak bisa," gelengkan Haidar menolak pergi tetapi dia sudah terlambat karena kini tubuhnya telah sepenuhnya berada di atas mobil.

"Qiona!!" jerit Haidar tak bisa menyetujui keputusan perempuan itu.

"Qiona gimana Than, Sad!" ucap Haidar seolah mengadukan kepada dua temannya.

Saad dan Athan sama sepertinya yang tak bisa berbuat banyak. Kondisi yang terjadi sekarang sangat tidak mendukung mereka hingga dapat melakukan sesuatu.

"Siapa mereka?"

Sontak perhatian Athan ikut tertarik, melihat aksi yang terjadi tepat di atas gedung tua.

"Mereka bukan anggota pasukan?" Saad menggumam penasaran. Sejak tadi ia sudah melihat helikopter itu terbang, tapi perkiraannya adalah mereka anggota penyelamat juga.

"Itu beda," cetus Athan menyadari bahwa kini ada dua helikopter yang terbang di langit.

"Semoga aja mereka bukan orang jahat," harap Saad sungguh menginginkan keajaiban yang dapat membuat keadaan menjadi membaik dan semua terselamatkan.

Situasi yang terjadi di atas atap terlihat semakin memacu jantung untuk berdetak sangat cepat.

Ivory memperhatikan apa yang terjadi, mendadak bermunculan segerombolan orang yang turun melalui tali yang tergantung pada helikopter.

Rystin juga melakukan hal yang sama yaitu memperhatikan apa yang telah memenuhi langit di atasnya.

Siapa orang-orang itu, berpakaian serba hitam dengan penutup wajah yang semakin membungkus misteri untuk terus tersembunyi.

Raya sama kebingungannya, tidak ada dalam rencananya hal tersebut.

Jadi siapakah orang-orang berpakaian serba hitam tersebut.

RALL

KASTARAKde žijí příběhy. Začni objevovat