41• Tiba Saatnya

4.6K 185 0
                                    

Part ke 41.

Menuju konflik yang tak tertebak.

Perkiraan part akan sampai dua kali lipat dari saat ini.


***


Dalam ruangan yang jauh dari kata rapi, dihuni oleh gadis remaja berjumlah 3 orang.

"Astaga!" pekik Wanda terkejut melihat keadaan kamarnya yang sangat berantakan tersebut.

Semuanya berantakan, barang-barang bergeletakan di bawah, Wanda harus melangkah lebar agar terhindar dari barang-barang itu.

"Kenapa berantakan gini, Qio?" tanyakan Wanda apa penyebab kerusuhan pada salah satu penghuni kamar yang terlihat.

"Ivory," balas Qiona. "Dia cari sesuatu kayaknya, semuanya diberantakin."

"Udah ketemu?"

Qiona mengangkat kedua bahunya, "Kemungkinan bukan hilang di kamar, soalnya sekarang dia lagi cari di luar."

Wanda coba berpikir, kira-kira barang apa yang sedang dicari Ivory? Sepertinya sangat penting hingga mengharuskannya menggeledah semua tempat.

"Eh, Wan," celetuk Qiona. Wanda menengok pada Qiona, memperhatikan gadis itu yang sedang melakukan ritual pada wajahnya.

Qiona dengan rambut yang dicepol juga bandana bertelinga di kepalanya, melirik Wanda dari balik cermin dihadapannya.

"Lo liat gak, tadi waktu Zia dimarahin?" Wanda mengangguk. Setelah Zia dimarahi ia juga sempat meminta maaf karena penyebabnya adalah mereka.

"Kenapa?" tanya Wanda.

Qiona tampak bersemangat, berbalik menghadap Wanda. "Cowok yang marahin Zia serem banget masa!"

Wanda mengernyit, "Serem gimana?"

"Terus tadi ya, cowok itu juga natap kita sinis banget," kata Qiona terdengar mendumel. "Gak ada baik-baiknya."

"Gue kayak inget seseorang pas liat cowok itu deh," sambung Qiona sembari kembali menghadap ke arah cerminnya.

"Mirip Kastara."

"NAHH IYAA! BENER!"

"Astaga Qio, jangan teriak!"

Qiona tak mengindahkan ocehan Wanda, "Emang mirip perawakannya, aura seremnya juga sama." Qiona tiba-tiba saja bergidik membayangkan jika kedua orang itu bertemu.

"Kayanya dia yang namanya Sean deh," cetus Wanda memunguti barang-barang yang berada di lantai.

Qiona mendesis seraya memiringkan kepala, berpikir, "Ngelihat reaksi mereka, sepertinya demikian."

Wanda mendelik mendengar bahasa Qiona yang mendadak berubah.

Qiona memicing balas menatap pada Wanda, "Mau ngapain lo?!" bertanya nyalang ketika Wanda mendekati barang-barangnya.

Wanda menyengir, "Mau minta camilan." Meraih sembarang snack dari atas tempat tidur Qiona.

Berjalan mundur ke arah sofa. Duduk bersila, dan mulai menikmati camilan pemberian Qiona.

KASTARAWhere stories live. Discover now