34• Perjalanan Dua

4.8K 227 3
                                    

***

Rintik hujan setitik demi setitik perlahan turun beraturan membasahi bumi.

Sudah satu jam lebih beberapa menit berlalu tanpa terasa, keadaan di dalam bus perlahan kembali hidup, anak-anak yang sebelumnya tertidur mulai terbangun mencari makanan untuk mengisi perut mereka yang kelaparan.

"Gue laper," adu Wanda bergumam, membuka hoodienya beserta earphone yang masih terpasang di kedua telinga. Menengok ke kanan, ke kiri lalu ke depan. "Qio," panggilnya sedikit teriak pada sosok perempuan yang terlihat berdiri di ujung depan.

Qiona memandang Wanda yang memanggilnya, "Lo laper kan pasti," tebak Qiona seolah sudah tau alasan Wanda terbangun memanggilnya.

Wanda menyengir, mengangguk tanpa dosa, menjulurkan tangan meminta makan pada Qiona.

Qiona berdecih, untung saja Wanda masih mengenal kata lapar, jadi ia bisa terbangun dari tidur lelapnya.

"Ini," Qiona menyerahkan satu kotak bekal berwarna putih pada Wanda.

"Makasih," ujar Wanda diangguki Qiona.

Mulai membuka kotak bekalnya yang ternyata berisikan nasi goreng beserta lauk potongan ayam dan beberapa sayuran hijau juga, Athan yang duduk di sampingnya tampak masih tertidur, sepertinya ia baru saja tidur, sejak sejam yang lalu Wanda merasakan keributan di sebelahnya. Namun, ia tak ambil pusing karena matanya sudah terlalu berat untuk terbuka.

"Vo, lo mau juga?" Tanya Qiona apakah Ivory sudah menginginkan bekalnya juga atau sebentar saja.

Qiona memang menyiapkan bekal perjalanan untuk mereka.

"Boleh," balas Ivory sepertinya telah merasa lapar juga. Selain karena lapar, cuaca lembab di luar yang terus menerus diguyur hujan menyebabkan rasa ingin makan timbul pesat.

"Mereka baru tidur ya?" tanyakan Qiona menatap bergantian pada anak cowok yang duduk di sebelah Ivory juga Wanda.

"Mereka baru tidur," Saad menyahut menjawabi pertanyaan Qiona. Ia baru kembali entah dari mana.

"Buat gue, ada gak, Qi?" tanya Saad melirik kotak bekal di tangan Qiona.

"Buat lo, deh," ujar Qiona tanpa pikir panjang menyerahkan kotak bekal di tangannya pada Saad.

"Wihh, makasih, Qiona cantik."

Qiona berdeham, ada maunya saja baru memuji.

"Gue, gue," sahut Haidar menunjuk dirinya sendiri. "Buat gue mana?" Menanyakan makanan untuk dirinya juga pada Qiona.

Qiona menggeleng, "Udah abis," ujarnya menunjukkan dua telapak tangan kosong yang terbuka.

Haidar mendadak lesu, merasa kecewa karena dirinya terlupakan.

"Yaahh, telat lo," cibir Saad mengejek pada Haidar. Menyendokkan nasinya ke dalam mulut dengan tampang sangat mengejek.

Qiona menatap Haidar bersalah, kasian juga temannya yang satu itu, "Gue masih ada satu, bagi dua aja gimana?" tawarkan Qiona mengajak makan satu tempat.

Haidar menatap nelangsa pada Saad yang terus pamer, beralih pada Qiona, "Gak usah deh, Qio, lo makan aja."

Qiona menggeleng, "Makan bareng Haidar, ayo!" Memaksa Haidar duduk kembali, Qiona mengambil kotak bekal untuk dirinya. Itu adalah bekal terakhir, tak ada lagi cadangan karena sudah diberikan pada Saad.

KASTARAWhere stories live. Discover now