4• Interaksi Pertama

10.1K 398 1
                                    

Somebody That I Used To Know - Gotye ft. Kimbra 🎶

***

"Afreen Ganendra!"

Sosok laki-laki berseragam putih abu-abu rapi yang bagian atasnya dibalut dengan sebuah jas berwarna Merah itu sontak berhenti kala mendengar nama lengkapnya disebutkan. Di tangan kanannya tampak sebuah berkas yang  berwarna merah.

"Lo manggil gue?" tanya Afreen memastikan setelah berbalik dan menatap Ivory yang juga sama tengah menatapnya balik dengan posisi sedang berdiri dalam jarak beberapa langkah di depannya bersidekap dada.

Ivory menganggukkan kepala kemudian berjalan lebih mendekat ke arah Afreen.

"Di sekolah ini cuma lo yang pake marga Ganendra kan?" tanyanya balik.

Afreen tak langsung menjawab pertanyaan Ivory tersebut. Ia tampak berpikir dulu kemudian mengangguk dengan ragu. "Iya."

"Nah!" jentik jari Ivory. "Itu artinya gue panggil lo."

"Kenapa manggil?" tanya Afreen heran. Pasalnya baru kali ini ia berinteraksi secara langsung dengan Ivory. Terakhir berinteraksi waktu kelas mereka di sidang di aula. Itupun mereka hanya diam karena yang berbicara adalah guru-guru.

"Emang nggak boleh?" tanya Ivory lagi.

Afreen tampak kikuk menggaruk tengkuk belakangnya dengan canggung, ia sendiri juga bingung kenapa bertanya seperti itu. Lebih bingungnya lagi kenapa ia bisa bersikap canggung seperti ini. Padahal biasanya tidak, Afreen ini ketua OSIS SMA Armada jadi masalah bersosialisasi dia jagonya.

"Siapin mental ya," ujar Ivory tiba-tiba. "Karena setelah hari ini, hari-hari lo selanjutnya nggak akan tenang lagi."

Afreen mengerutkan dahinya sedikit pertanda jika ia bingung. "Maksudnya?"

"Emeralda Ivory Louve." ujar Ivory menyebutkan nama lengkapnya. "Inget-inget lagi, mungkin lo pernah denger nama gue di rumah lo."

"Hah?" Sungguh saat ini wajah Afreen terlihat sangat linglung.

"Gue mau bilang itu aja," ujar Ivory. "Bye!" Kemudian berbalik badan seraya melambai pada Afreen yang tampak bingung.

"Misi gue bakalan dimulai!"

Afreen menghela napas berat. "Kayaknya hari-hari tenang gue bakalan habis deh." Dia tak mengerti maksud dari perkataan Ivory tapi mengingat wajah serius Ivory ketika mengatakan hari-harinya tak akan tenang. Membuat Afreen yakin akan ada kejadian yang entah apa itu, tapi pastinya akan melibatkan dirinya.

Ivory kini tampak berjalan santai sendirian, di tengah koridor kelas sepuluh. Setelah pertemuannya dengan Afreen si ketua OSIS tadi ia pun memutuskan untuk pergi ke taman dengan tujuan membaca buku yang telah dipinjamnya sebelumnya di perpustakaan.

Biasanya gadis berjepitkan rambut berwarna ungu itu akan berdiam diri di perpustakaan membaca semua buku yang menurutnya menarik, tapi mengingat kembali kedua temannya yang bisa dibilang biang rusuh dan tak pernah membuatnya tenang. Membuat Ivory urung dan memilih untuk memikirkan tempat lain untuk dijadikan sarang barunya. Dan satu-satunya tempat yang terpikirkan oleh Ivory yaitu, taman, ia belum pernah mengunjungi taman selama bersekolah di SMA Armada. Taman itu tempatnya lumayan jauh dari keramaian dan juga menurut pengamatan Ivory taman tersebut selalu sepi. Cocok untuknya yang menyukai ketenangan.

"Hari terakhir bisa tenang," gumam Ivory ketika kakinya berhasil menginjak rumput hijau dan asri milik taman belakang Armada.

Terdapat sebuah bangku berwarna putih yang terletak di tengah-tengah taman dan tepat di sebelah bangku itu ada sebuah pohon yang terlihat lebat dengan daunnya yang berwarna hijau. Untuk jenisnya, Ivory belum mengetahuinya. Mungkin dia bisa mengetahuinya jika telah mendekat.

Ivory memejamkan matanya sebentar seraya menghirup udara sebanyak-banyaknya, menghirup oksigen dari tempat yang terlihat masih sangat asri tersebut. Tempat kesukaan Ivory sekali.

Tak banyak pergerakan dan suara yang tercipta di tempat tersebut. Hanya suara daun-daun yang saling bergesekan akibat angin yang bertiup pelan.

"Hufft!" Terdengar kelegaan ketika Ivory mengeluarkan udara yang dihirupnya tadi melalui mulut.

"Halaman 128," gumam Ivory mulai membuka buku dan mencari letak terakhir dirinya membaca.

Menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kayu, kaki kanannya di naikkan di atas paha kirinya. Sangat santai.

Suara-suara aneh yang terdengar berhasil mencuri fokus Ivory yang sebelumnya berada pada buku yang berada di pangkuan. Gadis itu celingak-celinguk mencari darimana bunyi itu berasal. Sebuah bunyi ranting pohon yang bergesekan dengan sesuatu. Kepekaan telinga Ivory patut diacungi jempol, karena suara itu hampir tak terdengar dan ikut lebur bersama angin.

"Cari apaan lo?"

Dahi Ivory mengkerut, matanya menyipit dengan terus berkedip beberapa kali menandakan jika ia benar-benar penasaran.

Satu kebiasaan Ivory, ia akan mengedipkan matanya beberapa kali dan terkesan cepat apabila berbohong dan sangat penasaran.

"Di atas." Ivory sontak mendongak kala mendengar suara yang sempat bertanya sebelumnya.

Ivory tak membuka suaranya dan hanya diam dengan kedua mata yang terus menatap sosok cowok yang berbaring dengan nyaman di atas salah satu dahan besar milik pohon itu.

"Kastara," gumam Ivory pelan menatap tak percaya. "Ngapain lo di atas sana?"

Kastara tampak cuek dan tak menatap Ivory. "Ini tempat gue, harusnya gue yang tanya lo ngapain di sini?" tanyanya balik seraya mengalihkan pandangan ke arah Ivory.

Ivory tiba-tiba saja dilanda gugup. Tatapan Kastara seperti sedang mengulitinya hidup-hidup, padahal Kastara tak bermaksud demikian. Mungkin karena tatapan mata Kastara yang selalu tajam juga alis tebalnya yang sangat dominan membuat Ivory berpikir demikian.

"Di tanya tuh jawab," ucap Kastara lagi tanpa ekspresi.

"Ini wilayah sekolah, jadi gue bebas dong buat kesini." jawab Ivory masih setia mendongak guna menatap Kastara yang terlihat anteng berada di atas pohon. Ivory jadi tertarik untuk naik ke atas sana, sepertinya menyenangkan.

"Oh."

Ivory langsung speechles dengan balasan singkat yang diberikan oleh cowok yang baru ditemuinya selama dua hari ini. Oh iya, jika dipikir-pikir lagi ini merupakan interaksi pertamanya dengan Kastara. Padahal mereka sekelas, tapi Kastara terlihat sangat cuek dan selalu saja tertidur di dalam kelas menyebabkan tak ada interaksi yang tercipta di antara keduanya. Menurut pengamatan Ivory, Kastara ini ditakuti di dalam kelas deh, bukan tanpa alasan ia berpikir begitu. Karena selama dua hari ini ia belum pernah melihat cowok itu bertegur sapa dengan teman kelas yang lain kecuali dengan dua cowok yang satu jenis dengan Qiona dan Wanda.

"Lo-"

"Jangan berisik gue mau tidur." Lagi-lagi Ivory dibuat terbungkam. Karena dilarang berisik akhirnya Ivory memilih mendumel di dalam hati.

Dengan tenang dan berhati-hati Ivory kembali duduk. Mendongak sebentar untuk melihat makhluk langka yang sedang bersantai di atas pohon.

"Terakhir gue ngomong sama dia, semoga gak lagi."  batin Ivory penuh harap. Kembali fokus menatap buku yang berada di hadapannya.

Mata Kastara terpejam dengan tangan kanan digunakan sebagai bantalan.

***

Rall!

KASTARAWhere stories live. Discover now