Ivory

12.5K 495 2
                                    

Are you interested in reading it?!
Please say yes!!

Im Rall!!

Saya suka bergumam, berbicara sendiri,
dan saya akan menemukan ide!

***

Seorang gadis cantik ber-cardigan pink tampak fokus mencoret-coret sesuatu di atas bukunya. Rambut hitam pekatnya yang panjang dan lurus dengan ujung dibuat telah ikal terlihat bergerak-gerak mengikuti angin yang bertiup pelan.

Saat ini gadis tersebut sedang berada di sebuah perpustakaan, dekat dengan jendela yang dibuka lebar dihiasi gorden putih yang terbuka menjuntai di sisi kiri dan kanannya. Ia terlihat sangat fokus dan tak merasa terganggu sama sekali dengan gorden yang terus bergoyang pelan akibat angin, ada beberapa tumpuk buku di hadapannya Fisika, Kimia dan Matematika. Itulah yang paling jelas terlihat.

"Nggak salah sih dia dijuluki ratunya SMA Turunan," bisik seorang laki-laki yang sedang mengintip dari celah buku. Sudah berada di sana sejak tadi ketika jam istirahat dimulai, berpura-pura mencari buku namun nyatanya dia terus mencari celah untuk mengintip sang primadona sekolah.

"Iya," balas temannya singkat. Ikut larut memperhatikan Ivory yang terlihat sangat cantik dan elegan ketika menatap buku di bawah tangannya. "Terpesona gue."

"Ivory!"

Panggilan bernada lembut dan halus itu sontak membuat gadis yang berseragam putih abu-abu dilapisi dengan cardigan berwarna pink tersebut mendongak.

Ivory tersenyum tipis. "Kenapa Bu?"

"Bisa bicara sebentar?"

Ivory mengangguk singkat seraya menutup bukunya yang telah terbuka hingga bagian pertengahan. "Bisa Bu."

Guru wanita yang terlihat sudah tua itu langsung mendudukkan pantatnya di kursi yang berhadapan langsung dengan Ivory.

Guru wanita itu menarik napas pelan. "Benar kamu mau pindah?"

Ivory menaikkan kedua alisnya lalu menghembuskan napas pelan. "Mama udah kasi tau Ibu ya."

Guru itu mengangguk. "Alasannya apa kalau ibu boleh tau? Soalnya kamu ini anak kebanggaan SMA Turunan, Ibu jadi sedih karena harus kehilangan murid yang berprestasi lagi."

Ivory tersenyum segan. Ada perasaan senang yang timbul di dalam dirinya ketika guru didepannya tersebut terang-terangan memujinya. 

"Saya cuma ikutin saran Mama, Bu." ujar Ivory sambil menatap ke luar jendela. Mengalihkan pandangannya.

"Saya kenal kamu cukup lama Ivory, bahkan lebih dari setahun." ujar guru itu lagi membuat Ivory menoleh cepat.

"Apapun alasannya, Ibu akan selalu mendukung kamu." sambung guru itu tersenyum membuat Ivory seketika merasa bersalah. "Kamu itu anak cerdas, bahkan sangat cerdas dan karena kemampuan kamu itu sampai sekarang tidak ada yang bisa mengalahkan SMA kita dalam olimpiade apapun, bidang non-akademik saja kamu kuasai."

Guru itu berhenti berujar kemudian terkekeh pelan. "Ibu sampai penasaran, sebenarnya apa yang tidak bisa kamu lakukan."

Ivory mengerjap-ngerjap menatap guru wanita itu. Ia lantas tersenyum getir memikirkan.

"Ivory nggak bisa berteman."

Guru itu tertegun mendengar penuturan Ivory yang terdengar sendu.

"Di sekolah baru nanti kamu harus bisa berteman." Beri semangat sang guru.

Ivory merasa tidak mungkin bisa melakukan itu, bukannya dia menyerah dengan keadaan hanya saja memang begitu kenyataan yang ada.

Dia memang pintar dan sangat cerdas. Ivory ini bisa diibaratkan arti dari definisi sempurna, tapi di balik banyaknya kelebihan pasti seseorang juga memiliki kekurangan bukan.

"Saya harap juga begitu Bu," balas Ivory tersenyum tipis.

"Punya teman ya." batin Ivory.

***

KASTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang