25• Jamkos

5.7K 225 0
                                    


***

"Dokter!"

Terdengar suara keras yang berasal dari salah satu ruangan di rumah sakit.

"Selamatkan dia. Apapun yang terjadi, dia harus selamat." Gama menekankan nada pada setiap kalimatnya. Kedua bola matanya telah memerah, emosinya hampir tak bisa dikendalikan ketika mendengar dokter yang menangani Wina mengatakan perempuan itu tak bisa dipertahankan lagi.

"Tapi-"

"Saya tidak mau mendengar apapun selain kabar  Wina bisa diselamatkan." potong Gama tak mau mendengar apapun.

Sifat keras kepalanya sudah melewati stadium akhir, tak bisa diselamatkan lagi.

"Baik, Tuan Gama bisa keluar terlebih dahulu. Kami akan kembali mengusahakannya." putuskan Dokter berucap tenang. Mengikuti kemauan Sang pemilik Rumah Sakit.

Gama mengangguk tegas. Apapun, apapun akan dilakukannya agar Wina bisa selamat. Agar Wina bisa melihat dunia yang indah, yang selama ini dia inginkan.

Sudah cukup rasa penyesalannya karena tak muncul di saat titik terlemah Wina, ia tak mau lagi terjebak dalam kata penyesalan itu karena tak bisa menyelamatkan Wina.

Tak ada yang bisa menghalanginya sekarang, dunia saja bisa dibuatnya tunduk di bawahnya, tetapi kenapa ia tak bisa menyelamatkan Wina.

Dia memang bukan dokter, tapi dia bisa membayar semua dokter melakukannya. Rumah Sakit saja bisa dibelinya khusus untuk penyembuhan Wina.

Jika Wina tak bisa diselamatkan seperti kata dokter tadi, ingatkan Gama akan janjinya terdahulu, bahwa dia akan menghabisi siapapun yang berada di belakang tersiksanya Wina saat ia tidak ada.

***

Bel sekolah telah berbunyi sepuluh menit yang lalu, tetapi, baik Kastara maupun Ivory belum beranjak dari tempatnya berada. Keduanya masih tinggal diam di dalam perpustakaan, melakukan kegiatan masing-masing.

Kastara yang masih terlelap dalam tidurnya dan Ivory yang masih asik bersama bukunya, gadis itu telah tenggelam dalam tulisan di dalam Novel tersebut.

Keduanya seakan tuli dengan suara di luar sana, sebenarnya Ivory mendengar. Ia masih bisa mendengarkan dengan jelas ketika bel tanda pelajaran pertama akan dimulai, berbunyi sepuluh menit yang lalu.

Tapi ia mencoba untuk tak acuh, lebih tepatnya ia tak tega membangunkan Kastara yang masih lelap dalam tidur.

Dari tadi pagi, sejak di rumahnya ketika memulai sarapan. Ivory telah memperhatikan Kastara, lelaki itu terlihat lelah, tapi Ivory tak banyak bertanya dan memilih menunggu Kastara bercerita sendiri.

Juga mengenai kejadian kemarin malam, saat lampu tiba-tiba padam dan ia tanpa sengaja tertidur dalam pelukan lelaki itu. Berakhir ia terbangun ketika pagi telah tiba di dalam kamarnya sendiri, membuatnya tak tau apa yang terjadi selanjutnya setelah ia tertidur di dalam pelukan Kastara.

Jam berapa lampunya kembali menyala, lalu dimana Kastara tidur? Karena ia mendapati bantal dan selimut di atas sofa, kapan Kastara kembali ke rumahnya memakai seragam dan bagaimana ia bisa tiba-tiba berada di rumahnya lagi untuk sarapan. Entah bagaimana perjalanan Kastara, Ivory sangat penasaran ingin mengetahuinya.

KASTARAWhere stories live. Discover now