71• Memegang Kendali

2.7K 126 1
                                    

♡♡♡

Sekarang adalah benar-benar pertarungan hanya antara Ivory dan Raya saja.

Wanda si pemantik amarah telah berada dalam kondisi terlemahnya. Sedangkan Qiona dan Haidar pun tak bisa berbuat lebih banyak dengan Saad dan Athan yang harus dilindungi, serta adanya ancaman senjata dari beberapa orang mengharuskan mereka selalu bersikap waspada.

Haidar masih memegangi senjata api yang sempat dilemparkan padanya sebelumnya, tangannya terlihat bergetar memegangi pelatuk dari senjata itu tapi ia tetap gentar menodongkannya seolah siap untuk menembakkannya kapan saja.

Semuanya dirasakan berada pada posisi yang salah tetapi bagi Raya ini adalah awal dari kemenangan telaknya.

"Semuanya harusnya seperti ini sejak tadi, kamu menyerah dan tidak ada yang terluka!" seru Raya merasakan hawa kemenangan menyambutnya. Melihat Ivory yang hanya diam dan tak berkutik melakukan apapun lagi.

Sungguh Raya merasakan sangat puas.

"Ivory," panggil Wanda kepada Ivory yang hanya berdiri diam.

Ivory menulikan telinga, apa yang dikatakan Raya adalah semua kebenaran. Hanya karena satu orang yakni dirinya sendiri jadi membuat semua orang menjadi berada pada posisi yang terluka.

Wanda harus merasakan sakit karena berusaha membelanya, Saad dan Athan harus merasakan bom yang siap meledakkan tubuh mereka kapan saja demi menyelamatkannya.

Qiona yang ketakutan tapi tetap gentar memasang mata mengawasi musuh, dan terakhir Haidar yang pertama kali memegang senjata api harus bertahan tetap berdiri melawan musuh yang sangat banyak.

Semuanya demi Ivory, seorang teman yang baru mereka kenali dalam kurun waktu belum cukup lama.

"Bagus Ivory!"

Raya menyeru bersemangat melihat Ivory yang perlahan bergerak turun meletakkan senjatanya ke atas lantai.

Pandangan mata Ivory tidak surut untuk memandangi Raya yang seolah berada di atas ambang kemenangan penuh.

"Keputusan yang tepat Ivory, jangan menjadi egois demi dirimu sendiri. Kamu harus merelakan satu hal yang dapat menguntungkan semua orang!"

"Bacot anjing!" umpat Wanda benar-benar geram mendengarkan ocehan Raya.

"Ivory jangan gegabah," pinta Wanda mengharapkan Ivory untuk berbalik.

"Pukul dia!"

Ivory berjengit kaget dan berbalik melihat Wanda yang terkena pukulan kayu oleh salah satu anak buah Raya.

"WANDA!"

Qiona seketika merasakan jantungnya berpacu sangat kencang, ia sungguh terkejut melihat tubuh Wanda yang terpental akibat pukulan keras seseorang. Qiona tidak bisa fokus lebih banyak dengan bola mata yang bergetar takut.

Teriakan Athan sebelumnya benar-benar berisikan emosi yang dalam, ia sampai menunjukkan guratan nadi di sekitar lehernya yang menandakan emosinya telah sampai ubun-ubun.

"Wanda..," Shock Saad berujar terkejut dengan bola mata memandang lurus pada Wanda yang tak berdaya. Sungguh tak ada hati nurani yang mereka miliki, seenaknya memberi pukulan tanpa peduli bahwa korban yang akan dipukuli telah terluka cukup dalam.

"Sialan!" Haidar berseru maju berlari mendekati Wanda tanpa menghiraukan orang-orang yang kini sedang mengepungnya.

Bugh!  Sekali pukulan yang mengenai tak seketika membuat Haidar langsung jatuh, ia terus memaksakan bergerak maju mendekati Wanda. Namun dua orang berhasil memeganginya membuat ia jadi terpojok dan diserang bertubi-tubi tanpa ada kesempatan melakukan perlawanan balik.

KASTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang