19• Buku Catatan Ide

6.1K 286 4
                                    

***

Pukul setengah empat sore, sudah 30 menit lamanya Ivory menunggu kedatangan sosok yang akan membawakan dirinya makanan 'katanya'.

"Ck."

Risau, itulah yang kini dirasakan oleh Ivory. Masih berada di dalam balutan seragam putih abu-abunya, Ivory bergerak bebas layaknya setrika yang terus mondar-mandir kesana dan kemari di sekitar ruang tamu.

"Dia nggak mungkinkan, gak jadi beli makan karena ancaman tadi," pikir Ivory.

"Perut gue udah laper," adukan Ivory. Memegangi perutnya yang telah ke sekian kali mengeluarkan suaranya tersebut.

Sebenarnya bisa saja sih dia memasak, hanya saja dia sedang dilanda penyakit malas. Ivory bukan pemalas ya, tapi rasa malasnya baru menyerang saat ini, dan itu tidak bisa dielak.

Sebenarnya lagi, dia bisa saja memesan makanan. Dunia sudah canggih, apa-apa saja bisa dilakukan melalui benda ajaib bernamakan Handphone. Tapi Ivory masih berusaha untuk tetap setia, menunggu pangerannya datang membawa makanan. Pangeran pembawa makanan. Oh! Julukan yang bagus.

Bagaikan sakelar lampu baru dipencet dan membuat lampu di dalam otak Ivory menyala terang, dia baru saja mendapatkan ide.

Berjalan mendekati sofa, menarik tas, kemudian menggeledah. Mencari buku kecilnya, untuk dituliskan ide yang selalu muncul secara tiba-tiba tanpa aba-aba di dalam kepalanya. Buku itu kemungkinan besar terselip, di bagian paling bawah, karena sejak tadi mencari Ivory tak kunjung mendapatkannya.

Ivory menjilati bibir bawahnya, menarik lagi tasnya, lalu membongkar semua isi tasnya. Dituangkan seluruh isi ke atas sofa secara acak, dia mulai merasa sedikit panik. Masih sedikit.

Tak cukup sedetik, "Oh no!" Ivory kemudian benar-benar dilanda panik, ia serius! Panik!

"Santai Ivory, santai, calm down. Okey, huh!" kata Ivory berusaha merilekskan dirinya sendiri. Tarik napas, hembus, tarik, hembuskan.

Rasa lapar yang sempat dirasakannya beberapa saat yang lalu, seketika hilang dilengserkan oleh rasa panik akan kehilangan buku catatan ide.

Buku itu sangat penting, bahkan jika dibandingkan dengan kehilangan uang, maka Ivory lebih memilih demikian. Ide yang tertulis di dalam buku itu sangat penting, jika dia menjual hasil karya dari idenya maka Ivory bisa mendapatkan uang. Meskipun uangnya tak terlalu seberapa jika dibandingkan dengan jatah bulanannya, tapi perasaan bangga yang timbul di dalam hati, tak akan bisa diukur dengan apapun.

Dan kini, buku itu hilang. Setelah pencarian panjang yang menguras hampir 20 menit lamanya, buku itu akhirnya dinyatakan hilang oleh Sang pemilik.

Ivory berdiri bertolak pinggang, dasinya telah terlepas, dia menariknya dengan ganas tadi.

Mencoba memutar otak, memikirkan kemungkinan-kemungkinan kecil dimana buku itu berada sekarang.

Gadis genius yang baru membawa kemenangan untuk sekolahnya itu, mulai memakai otak briliannya, memperhitungkan semua situasi yang terjadi. Buku itu selalu berada di tasnya, tak pernah keluar tanpa terawasi.

Tak cukup semenit memperkirakan segala kemungkinan, Ivory secara tiba-tiba menghempaskan tubuh dengan gaya sedikit terlentang di atas sofa. "Buku berharga gue?" lirih Ivory memejamkan mata.

KASTARAWhere stories live. Discover now