🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Terlebih karena hal yang terjadi dua minggu lalu saat gadis itu memilih ke club dan mengacuhkan ibunya, Shahnaz sudah memperkirakan pasti akan mendapat minimal satu pecutan di punggungnya jika bertemu ayahnya nanti. Dan ia sedang tidak ingin mendapatkan hal itu lebih cepat.
Shahnaz menghela napas panjang, memikirkan hidupnya selalu membuat Shahnaz lelah.
Nama Radit muncul lagi di ponselnya, pria itu kembali memberi pesan.
[Pak Radit : arah jam tiga.]
Shahnaz mengernyit sejenak sebelum memutar tubuhnya sesuai arahan, di sudut sana ia melihat Radit yang sedang duduk memperhatikan dua temannya yang sedang berdebat dengan wajah malas tidak tertarik.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tanpa melirik pada Shahnaz, pria itu terlihat menggulir kembali ponsel yang ada ditangannya, mengetikkan sesuatu disana lalu pesan lain muncul di layar ponsel milik Shahnaz.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Kalian bisa balik duluan, Yo, lo anter Adrian aja. Gue pisah disini." Radit menghentikan perdebatan tidak berarti dua manusia dihadapannya.
Tadi keluar dari bandara, hanya satu mobil yang menjemput mereka, milik Mario. Saat pemilik mobil memutuskan untuk mengantar Radit lebih dulu karena berbeda arah dari mereka, Adrian merengek menginterupsi ingin diantar lebih dulu padahal rumahnya yang paling dekat dengan Mario.
"Gue kebelet jadi gue duluan." Dalih Adrian.
"Kita bisa berhenti dulu di SPBU."
Adrian mendelik tidak terima, "Ga sudi!" Apa-apaan Mario ini? Apa menikah membuat otaknya menjadi tumpul? Batin Adrian menggerutu.
"Lo bisa numpang ditempat gue." Radit memberi solusi.
"Ada bebek kuning ga dikamar mandi lo?" Adrian bertanya menaikkan alisnya membuat Mario dan Radit malas menanggapi.
Pada belokan pertama keluar dari sana, Mario meminta supirnya untuk berhenti karena ia dititipi Alicia untuk membeli croissant langganan istrinya itu di cafe dekat bandara. Radit ikut turun karena merasa lapar, sedangkan Adrian turun karena ingin melanjutkan perdebatannya dengan Mario.
Radit tidak tertarik dengan perdebatan mereka, sesungguhnya ia bisa saja memesan sebuah taksi online tanpa harus diantar. Tapi ia berusaha mengerti, sudah cukup lama mereka tidak berkumpul dengan lengkap dan Adrian hanya ingin mencari perhatian saja.
Melihat kedua temannya kembali berdebat, ia memilih mengedarkan pandangannya ke penjuru cafe melihat apa yang menarik. Mata Radit yang dibingkai kacamata memicing, ia kenal seseorang disudut sana. Setelah memastikan, pria itu merogoh sakunya memberi pesan pada orang yang dikenalnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Radit mengadahkan tangannya membuat Shahnaz menaikkan satu alisnya, bertanya tanpa suara. "Kunci, Nadira." Ucap Radit memperjelas maksudnya.
Shahnaz menolak dengan berjalan kedepan pintu kursi pengemudi. "Saya yang nyetir, minggir." Usirnya pada Radit yang menghalangi jalannya.
"Saya yang nyetir, Nadira."
"Saya yang jemput, berarti bapak yang jadi penumpang." Ucap Shahnaz tanpa sadar membuat seulas senyum terbit pada bibir lawan bicaranya.
"Oh, beneran niat jemput saya toh." Radit mengedikkan bahunya dan berujar santai tapi ditelinga Shahnaz itu seperti mengejeknya, membuat Shahnaz salah tingkah karena malu telah ketahuan. Namun gadis itu merubah raut wajahnya dengan cepat.
"Minggir, ini mobil saya."
"Saya nggak biasa disetirin cewek." Radit bersikukuh ditempatnya.
Shahnaz menjawab tidak mau kalah, "Bapak bisa mencoba terbiasa dari sekarang, atau anggap saya cowok, saya nggak keberatan."
"Rambut kamu panjang."
"Ngga semua cowok berambut pendek, jangan close minded."
"Tapi kamu cantik." Shahnaz menahan keras dirinya agar tidak tersipu walau ia tidak bisa melihat hasilnya. Semoga saja semburat kemaerahan tidak muncul dipipinya, apa-apaan bosnya ini?
Menyadari Radit tidak bergeming sama sekali, Shahnaz menghela napasnya dan memberi pengertian. "Bapak keliatan capek dan kurang tidur sedangkan walaupun hidup saya melelahkan tapi saya masih mau hidup. Disetirin cewek nggak bikin mati, beda sama disetirin orang ngantuk. Jadi, tolong minggir." Mau tidak mau, Radit menurut bergeser dari tempatnya dan beralih ke kursi penumpang.
Dari tadi kek, kesal Shahnaz sambil mengurut dadanya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
TRIPLE UPDATE 😂 draft sampe bab ini jadi nyempetin revisi dulu biar kalo ngilang ngga merasa bersalah ☺️