🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Pertemuan itu berjalan lancar, wanita yang ibunya kenalkan pada Radit juga terlihat baik. Dan pria itu merasa tidak ada salahnya mencoba.
Namanya Sagita, memiliki rambut panjang berwarna pirang dan tidak banyak bicara hanya lebih banyak tersenyum malu-malu, mungkin karena baru pertemuan pertama. Walaupun ibunya sudah bilang bahwa mereka ini teman kecil, namun nampaknya Sagita juga sudah melupakan semua itu karena tidak menyinggungnya sama sekali, lagipula sudah berpuluh tahun lamanya. Jadi anggap saja kemarin memang pertemuan pertama mereka.
"Abang nggak lupa tukeran nope sama Gita, 'kan?" Tanya ibunya dengan semangat, binar dimatanya tidak bisa ditutupi.
"Nope?"
"Nomer Hape abang ih, kudet deh. Kebanyakan gaul sama berkas tuh!" Ibunya menggerutu namun kembali merubah ekspresinya menjadi tersenyum setelah mendengar jawaban si sulung wirawan, "Hm."
"Jangan dianggurin lho, nomer hapenya,"
"Iy—"
"Orangnya juga, jangan dicuekin! Awas, ya, Mami mau denger ada progress minggu depan!" Ancam Ibunya sebelum melenggang ke dapur.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"SUMPAH DIT?! Dijodohin? Elo?!" Adrian bertanya dengan mata memelotot dan terbahak setelahnya.
"Diem gak lo?!"
"Gue ga pernah ngerti kehidupan orang kayak macem lo sama Mario. Ternyata ada untungnya jadi orang biasa aja." Ucap Adrian sambil menyesap minumannya.
"Orang biasa apaan yang punya ferrari?!" Tanya Radit menaikkan sebelah alisnya sangsi.
"Orang biasa kayak gue lah." Jawab Adrian jumawa.
Malam ini Radit dan Adrian sedang berada di club langganan mereka. Ini tergolong jarang atau bisa dibilang langka karena Radit yang menghubungi Adrian lebih dulu. Dan temannya itu tidak akan menolak apalagi Adrian tahu jika Radit berani menggadaikan pahalanya dengan berbuat dosa, maka ia akan mendapat sesuatu yang menyenangkan.
Malam ini contohnya, Adrian jadi tahu bahwa Radit terlibat perjodohan.
"Sayang Mario gak ada disini, jadi kurang seru." Keluh Adrian yang membuat Radit menoleh bertanya dengan wajah sedikit sewot, "Seru apaan? Ga ada komplotan buat cengcengin gue?!" yang ditanya hanya cengengesan mengusap tengkuknya yang tidak gatal.
Fokus Radit tiba-tiba mengarah ke sofa dipojok kanan di belakang Adrian, Matanya memicing memastikan sesuatu,
"—lagian semenjak kawin sombong amat tuh Si Semar— Liatin apa lo?!" Merasa Radit tidak memerhatikannya, Adrian ikut menoleh ke belakang mengikuti arah pandangan temannya. "Sama cewek cakep aja mata lo tajem! Inget cewek yang dijodohin sama lo, heh!" Ujar Adrian seraya menggeplak pundak Radit dan menutupi pandangannya.