🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Shahnaz menunduk dalam menghindari tatapan pria dihadapannya.
Selama dua puluh lima tahun ia hidup, saat paling mencekam dalam hidupnya adalah saat ini.
Sebenarnya Shahnaz tidak terlambat, ia datang tepat waktu. Hanya saja gadis itu berkeliling dulu membagikan pie susu yang sempat ia beli kemarin dari tempat oleh-oleh kepada beberapa orang yang harus Shahnaz repotkan dua hari terakhir sebagai sogokan.
Sekarang gadis itu menyesal, seharusnya ia menghadap Bos-nya dulu baru melakukan sogokan pada karyawan lain. Bos-nya dulu yang harus ditenangkan.
Karena Shahnaz tidak pernah membayangkan bahwa hanya berhadapan dengan atasannya ia merasa seolah akan menghadapi vonis mati!
Menghadapi ayahnya saja Shahnaz tidak pernah setakut ini, pernah mungkin, saat awal sekali ayahnya mulai memukulinya. Setelah itu karena terbiasa Shahnaz tidak lagi menaruh takut pada ayahnya. Yang tersisa hanya perasaan muak.
Saat ditinggalkan Acha ke pantry, gadis itu bingung harus apa, tiba-tiba ia mendapat info bahwa client-nya merubah schedule meeting mereka menjadi setelah jam makan siang, membuat Shahnaz bernapas lega namun tidak bertahan lama karena setelahnya Shahnaz melihat seorang pria tampan dengan raut wajah tegas masuk kedalam ruangan yang sebelumnya milik Pak Diman, pria itu sempat menatap bengis sekilas kearah Shahnaz dan membuatnya berasumsi itu adalah Bos Baru yang ia buat kesal dihari pertamanya kembali ke kantor!
"Tuh, si Bos udah balik. Samperin sana!" Acha yang baru kembali dari pantry dengan secangkir teh ditangan, membenarkan asumsinya.
"Takut, Cha. Nanti gue diomelin. Gue kan belum tau dia tipe silent treatment atau tipe mulut cabe. Duh, mana gue pake merah, kalo langsung diseruduk, gimana nih?!" Jawab Shahnaz gusar, gadis itu mondar-mandir di mejanya, ia tiba-tiba merasa menggigil hanya melihat sekilas tatapan tajam dari Bos Baru-nya tadi. Aura-nya tidak main-main!
Acha memutar bola matanya dengan malas, meletakkan teh-nya dimeja lalu berkacak pinggang, "Takut lo bilang?! Itu resiko! Suruh siapa lo bebal, susah gue bilangin. Berhenti jadi Iron Woman, alias mondar-mandir kayak setrika rusak. Telen aja omelannya orang bener lo yang salah, diomelin doang, belum dimutilasi lo, cepet sana keburu marah lagi!" Perintah Acha final.
Dan disinilah Shahnaz, memberanikan diri menghadap Bos Baru-nya sesuai instruksi Acha. Setibanya tadi, Shahnaz langsung memperkenalkan diri dan meminta maaf pada pria dihadapannya, namun belum mendapat reaksi apapun.
"Duh diem aja lagi! Ternyata nih orang tipe silent treatment. Batin si Bos lagi ngejudge gue pasti. Udah nggak masuk dua hari, terlambat, eh ternyata tampilan gue juga kayak jalang. Gak ada tuh yang bisa dibagusin." keluh batin Shahnaz gelisah.
"Kali ini saya maafkan—" Suara berat dari pria dihadapannya membuyarkan lamunan Shahnaz, gadis itu mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk dengan takut-takut.
"—Tapi tidak ada lain kali. Sekali saja kamu melakukan kesalahan yang sama, Surat peringatan akan langsung datang menemui kamu. Mengerti?!" Lanjut Bos-nya tegas.
"Mengerti Pak! Terima kasih, Pak." Jawab Shahnaz kelewat semangat. Fuuuh, untung aja, pikirnya. Namun ia harus lebih hati-hati setelah ini, dulu jika memiliki salah, meluluhkan Pak Diman cukup hanya dengan satu kedipan maka pria tua itu akan lupa segalanya. Sedangkan Bos Baru dihadapannya ini.. Jangankan bisa ia berikan kedipan, Shahnaz sedari tadi saja menahan napasnya karena merasa terintimidasi!
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Shahnaz tahu sepanjang meeting dengan utusan PT. Angkasa mata tajam Bos-nya tidak henti memperhatikannya dengan lekat.
Namun bukannya gugup, Shahnaz malah makin bersemangat menjelaskan pada Client. Ya.. sekaligus mencari muka didepan Bos. Bos-nya harus tahu jika karyawannya yang terlambat pagi ini juga professional dan bisa diandalkan! Shahnaz hanya apes saja tadi.
"Baik, Pak. Jika ada revisi untuk detail tertentu bapak bisa hubungi saya." Setelah berdikusi dan mencapai kesepakatan —walau cukup alot karena Clientnya meminta ini dan itu, akhirnya meeting sore itu berakhir.
Setelah melihat Clientnya pergi menghilang dari pandangan, Shahnaz mulai membereskan barangnya.
"Kerja bagus, Nadira." Pujian dari Bosnya menghentikan gerakan Shahnaz yang sedang berkemas memasukkan laptop kedalam case-nya.
"Uh, Huh? Eh, makasih, Pak. Hehe."
Sial. Kenapa gadis itu merasa salah tingkah?! Ia tidak sekali dua kali mendapat pujian. Namun dilihat dari kejadian hari ini, pujian tidak ada dalam bayangannya, apalagi datang dari mulut Bosnya!
Suara berat Bosnya kembali terdengar, "Kamu ikut saya balik lagi ke kantor apa mau langsung pulang?"
"Saya ikut Bapak lagi, boleh? Ada yang ketinggalan di kantor, mobil saya juga masih disana."
"Yasudah, ayo, saya tunggu kamu di parkiran."
"Baik, Pak Radit." Ternyata Bosnya tidak seburuk itu.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Raditya Wirawan Putra
Hehe yang jadi Bosnya Mas yang dua kali jadi sadboy di AU saya akhirnya dapet jodoh ☺️