Chapter 68 : Unexpected change

9.6K 1.4K 254
                                    

Aku bangun terlalu pagi hari ini.

Dengan langkah mengendap, aku keluar dari kamar, tidak ingin membangunkan Alexander yang baru tidur dua jam yang lalu. Setelah pergi semalam, dia baru pulang ke rumah pukul lima subuh. Sekarang jam menunjukkan pukul enam pagi dan aku sudah berada di dapur dengan serangkaian bahan makanan.

Aku akan membuat pancake dan sandwich untuk sarapan.

"Mam, pagi sekali?" Denise baru saja datang.

"Ya, sesekali." Aku tersenyum.

"Apakah kau butuh bantuan?"

"Mungkin kau bisa mencincang daging?"

"Tentu." Denise meletakkan tasnya di belakang lemari dapur dan mengambil apron dari gantungan.

"Aku sudah lama tidak membuat pancake dan sandwich," kataku sambil menuangkan adonan ke dalam teflon. "Semoga rasanya tidak buruk."

"Tuan Alexander suka dengan lasagnamu, Mam." Denise memberitahu sembari mencincang daging di atas kayu.

"Benarkah?"

"Ya, dia bilang itu terbaik."

Aku tersenyum lebar, merasakan banyak bunga-bunga yang bermekaran di dalam perutku. Walau sebenarnya rasa sedih akibat pertengkaranku dengan Alexander semalam masih belum sepenuhnya hilang, tapi aku akan mencoba mengabaikan segalanya dan fokus pada hal-hal yang lebih penting.

"Apakah menurutmu aku harus buat lasagna saja?" Mendadak aku jadi ragu dengan pancake.

"Tidak, Mam. Pancake saja. Dia harus mencoba sesuatu yang lain. Siapa tau dia juga akan menyukai itu. Dan dia pasti akan menyukainya karena kau yang membuatnya sendiri."

"Bisa saja kau." Aku tertawa pelan. Lalu kuambil spatula dan mengangkat pancake yang sudah matang.

Tiga puluh menit kuhabiskan di dapur sampai semuanya selesai. Aku juga membuatkan jus jeruk untuknya. Dia benar-benar harus banyak konsumsi makanan bergizi jika memang sering bekerja larut malam sekarang.

Dan Alexander menuruni tangga sambil merapikan dasinya beberapa menit kemudian.

"Aku sudah menyiapkan sarapan—"

"Aku tidak sempat, Bella. Aku akan makan di kantor." katanya memotong ucapanku.

Demi iblis, dia menghancurkan semangatku begitu saja.

"Hanya sebentar tidak sempat? Ini masih jam 7.30, kan?" Aku berusaha untuk menjadi gadis lunak.

Alexander mendekat dan menghela napas. "Mungkin lain kali, saat aku tidak sibuk. Dan mulai besok kau tak perlu repot-repot menyiapkanku makanan karena aku tidak akan sering berada di rumah untuk sementara waktu."

Kerongkonganku bagai tercekik. Kebahagiaanku meletus di udara.

"Bella, maafkan aku untuk semalam." Dia berkata dengan nada lelah.

"Ya, aku juga salah. Aku sudah—"

"Jangan lupa susumu, Bella." Dia mengecup puncak kepalaku sekilas sebelum berlalu menuju pintu utama.

Aku tidak tau apa yang dirasakan oleh hatiku sekarang ini. Pertengkaran kami semalam sudah aku lupakan dan aku memang salah karena mencecarnya tidak tau tempat dan waktu. Aku sudah mencampuri urusan yang tidak seharusnya aku urusi.

Aku melepaskan celemekku dan berjalan menaiki tangga dengan tanganku yang tekepal menahan gelombang rasa sesak serta emosi yang kian meledak.

"Mam."

Denise membuatku menoleh. "Jika kau tidak keberatan," Dia memelintir ujung bajunya tanda gugup. "Apakah kau mau makan bersamaku saja? Kau juga harus makan, demi si kembar."

ISOLATEDWhere stories live. Discover now