Chapter 50 : Paradise of desire

16.1K 1.9K 107
                                    

BELLA POV

"Kau terlihat bahagia bersama Alexander, Bella." Mom tersenyum padaku saat kami sedang minum teh sambil menonton Dad dan Alexander bermain golf.

"Ya," Aku mengangguk. "Awalnya aku membencinya."

"Yah aku tau." Mom angkat bahu. "Tapi yang terpenting adalah akhirnya, kan?"

Tapi kita tidak pernah tau akhir dari sebuah cerita akan seperti apa. Aku telah melupakan banyak hal. Aku lupa bagaimana rasanya tinggal di rumah ini, aku seperti tidak pernah tinggal disini. Bukan dalam artian lupa selupa-lupanya namun semua itu terlihat sangat buram dan membuat kepalaku berdengung setiap kali aku memaksanya untuk mengingat semuanya.

Setengah diriku merasa seperti aku sedang berada di rumah orang asing tapi separuh diriku yang lain tau bahwa itu rumahku.

Saat aku mengenali orang tua ku di bandara, itu sesungguhnya bukan karena aku seratus persen yakin bahwa itu adalah mereka. Aku melihat wajah mereka dan berpikir sepertinya aku pernah kenal dengan mereka tapi aku lupa dimana. Dan saat Mom melambai, barulah aku yakin kalau itu benar-benar mereka.

Tapi, aku akan baik-baik saja dan akan baik-baik saja. Ini mungkin memang hanya ketakutan yang berlebihan.

"Mom, kenapa kau tidak memberitahuku bahwa aku pernah jatuh dan otakku bermasalah?" tanyaku.

Mom agak terkejut tapi dia berusaha tenang. "Apakah Alexander sudah menceritakan semuanya padamu?"

"Aku jatuh dari pohon apel?"

Mom mengangguk. "Kita sedang melakukan perjalanan bisnis ayahmu di New Hampshire sekaligus berlibur waktu itu." Mom mulai mengingat lagi kenangan tersebut. "Kita menginap di salah satu villa dengan banyak pohon apel di halaman belakangnya. Kau mengatakan bahwa kau ingin apel dan ayahmu bilang dia akan memetiknya untukmu."

Aku tidak ingat tapi aku akan membayangkan gambaran itu.

"Dan tidak lama, kau memanjatnya sendiri. Sampai kau jatuh karena menginjak ranting yang rapuh." Mom berhenti sejenak. "Inti dari semuanya sesungguhnya bukan karena kau menginginkan apel, kau sudah sangat sering makan apel di rumah, tapi kau hanya ingin membuktikan bahwa kau bisa memanjat. Kau sangat ambisius dari kecil, Bella. Aku sangat mengenalmu."

Aku menelan ludah.

"Kami tidak ingin membuatmu khawatir. Dan tidak ada yang mau benar-benar ambil pusing dengan penyakitmu karena kami yakin kau akan baik-baik saja. Jadi kami anggap itu hal biasa, anak-anak akan sering mencoba hal-hal baru dan terjatuh di umur itu." Aku tau Mom hanya tidak mau memperlihatkan kekhawatirannya.

Aku tersenyum kecut.

"Dulu kau sangat hobi memanjat ini dan itu. Kau ingat, kau pernah jatuh ke lantai ketika menaiki meja dapur, kau malah tertawa seolah itu tidak sakit."

"Begitukah?"

Mom tertawa pelan. "Ya, kau selalu membuat gempar rumah dan aku berakhir dengan menangis sejadi-jadinya. Kemudian ayahmu akan memarahiku. Tapi kau tetap tertawa dan menganggap itu lucu."

"Aku terdengar seperti psikopat kecil."

Kami pun tertawa.

"Bella, kau gadis yang kuat dan tidak pantang menyerah. Aku tau kau akan melewati semua ini bersama Alexander." Mom mengelus tanganku.

"Aku hanya takut kalau aku suatu saat akan melupakan semuanya." Aku menelan ludah dan mataku jatuh ke dalam bola mata Mom yang sedih. "Aku takut aku melupakanmu, Dad—"

"Oh sayang! Jangan katakan hal seperti itu. Tidak akan ada yang melupakan siapapun."

"Aku berharap begitu."

ISOLATEDWhere stories live. Discover now