Chapter 35 : The reason

16.9K 2.2K 178
                                    

Reflek aku bangkit berdiri.

Aku baru saja akan mengejar gadis ular itu tapi Alexander mencegahku. Tangannya segera menangkapku. Sungguh, aku tidak bisa melepaskan Lisa berjalan masuk ke dalam hotel begitu saja. Aku harus memakinya— paling tidak.

"Bella sudahlah."

"Dia menyiramku!"

"Biarkan saja dia, jangan mencari gara-gara."

"Dialah yang mencari gara-gara!"

"Maka abaikan saja."

Dadaku naik turun karena aku sudah sangat terbakar emosi. Tanganku terkepal sementara mataku yang tegang terpaksa mengerjap akibat air yang menetes.

Ini memalukan.

Aku sangat malu pada orang-orang yang menyaksikan pertunjukan itu tapi Alexander hanya mengusap pundakku sambil menuntunku keluar dari kafe sialan itu. Di dalam mobil aku tidak mengatakan apapun.

"Sudah cukup merajukmu." Alexander meletakkan tangannya di tanganku yang sibuk memelintir baju basah. Aku bahkan sempat menciduk sang supit sedang menahan tawa dan langsung berdeham seolah ini sangat lucu.

Ini tidak lucu sama sekali.

Bagaimana mungkin aku yang berencana datang untuk mengibarkan bendera perang malah aku yang berakhir seperti keledai yang kecebur dalam sungai begini? Rasanya aku ingin melemparkan diriku ke jalanan sekarang juga.

"Bella, lihat aku, sayang."

Aku malah memalingkan wajah— sama sekali tak ingin melihat pria menyebalkan itu. Tapi Alexander berusaha menggapai daguku.

Dia menahan tawa sekuat yang dia bisa.

"Apakah ini lucu?!"

"Tidak, sayang. Itu hanya air putih." Dia akhirnya tertawa pelan sambil membawa kepalaku untuk di letakkan di dadanya.

"Ini bukan masalah air putih." Aku berkata ketus. "Tapi masalah harga diriku. Banyak orang yang menonton dan aku sangat malu."

"Persetan dengan orang-orang."

"Kau bisa bicara begitu karena kau bukan orang yang kena siram."

Alexander tidak mengatakan apa-apa selain menggosok bahuku dan terus mengecup kepalaku. Sedangkan otakku mulai membayangkan masa kecil mereka bermain pelosotan dan menangkap belalang. Dia mengingatnya dengan baik, aku bahkan tidak tau bagaimana masa kecilku dan dengan siapa aku bermain.

Bisa kubayangkan kalau sedari kecil Lisa sudah centil dan gemar menggoda Alexander.

Sampai kami tiba di rumah aku masih merasa malu, aku berjalan dengan lutut lemas menuju kamar. Aku harus mandi dan membersihkan air sialan ini. Meskipun ini hanya air putih, rasanya gatal sekali karena disiram pakai tangan Lisa. Alexander tidak naik ke kamar selama aku menghabiskan waktu di kamar mandi. Dia sedang membicarakan sesuatu dengan beberapa temannya yang datang.

Saat aku keluar, dia sudah berada di kamar dengan kemeja yang kancingnya sudah di lepas semua.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" Dia bertanya. "Aku punya banyak waktu sebelum terbang ke Las Vegas besok pagi."

"Las Vegas?"

"Aku punya urusan mendadak."

"Apa kau bakal lama disana?"

"Hanya empat hari."

"Oh."

"Apa itu lama bagimu, Bella?"

"Lumayan."

Dia berjalan mendekat. "Satu jam tanpa mu saja terasa sangat lama bagiku."

Aku menatap lantai dan membayangkan hari-hari tanpa dia selama empat hari. "Apakah aku boleh ikut?"

ISOLATEDWhere stories live. Discover now