Chapter 55 : Lost control

15.4K 1.6K 105
                                    

ALEXANDER POV

"Jadi, apakah aku baik-baik saja?" tanya Bella sembari memasukkan lengannya ke dalam bolongan baju setelah pemeriksaan selesai.

"Kita akan tau hasilnya besok. Kau akan baik-baik saja. Tidak ada yang buruk." jawabku jujur.

Meskipun ada sedikit pengendapan asam amiloid di sarafnya, tapi itu hanya 0.1 % dari sebelumnya. Intinya, itu bukan apa-apa. Pengendapan itu bisa saja terus meningkat seiring dengan kondisi kesehatannya dan waktu hingga akhirnya itu membungkus dan menyumbat seluruh sarafnya. Tapi itu tidak akan terjadi sekarang. Aku tidak akan menjadi dokter yang paranoid dan memusingkan sesuatu yang belum terjadi karena itu akan memperburuk keadaannya dan keadaanku.

"Apakah kau yakin aku baik-baik saja? Tidak ada masalah?"

"Tidak ada."

Bella menatapku dengan curiga. "Kau yakin?"

"Bella, tidak ada yang terjadi padamu. Kau sepenuhnya baik-baik saja. Sekarang ayo keluar dari sini."

Kami keluar dari ruangan itu dan aku meletakkan hasil CT scan yang sudah ku print ke dalam map.

"Tapi kenapa kau terlihat khawatir?"

Sialan apakah aku terlihat khawatir? Yang jelas bukan kondisi kepalanya yang membuatku khawatir.

"Kau menipuku?"

"Tidak, sayang." ujarku berusaha untuk tetap pada ekspresi santai.

"Apakah kau menyembunyikan sesuatu dariku? Aku siap mendengarnya jika penyakitku semakin parah." Dia memelintir ujung bajunya dan bola matanya yang berkaca sedang menatapku seperti dia akan menangis.

"Kau lihat, ini hasil scan otakmu. Tidak ada yang buruk." Aku memperlihatkan lembaran tadi padanya. "Semuanya baik untuk sekarang."

Dia sok meneliti walaupun tau dia tidak akan mengerti cara membacanya.

"Jadi aku baik-baik saja?" Dia mengulangi.

"Ya."

Bella menghela napas dan menopang tubuhnya di meja kerjaku. "Aku merasa kondisiku sudah lebih buruk dari sebelumnya."

"Apa itu?"

"Aku tidak ingat kalau aku pernah ke ruanganmu." Dia menghela napas rendah. "Aku terkadang bisa mengingat hal-hal yang sudah lama terjadi, dan bisa melupakan yang baru saja. Kupikir aku hanya akan melupakan yang sudah lama terjadi. Tapi ternyata tidak. Bukankah itu buruk?"

Aku mendekat dan melingkarkan tanganku di pinggangnya. "Itu normal."

"Normal?"

"Orang melupakan ini dan itu."

Matanya menatap kerah kemejaku yang terbuka. "Aku tidak yakin—"

"Apakah kau juga lupa bahwa kita pernah bercinta di atas meja ini?" Aku berbisik. "Jika kau lupa, aku akan mengingatkannya lagi."

Tanganku kini berada di bokong Bella, merosot ke pahanya hingga aku bisa mengangkat dia ke atas meja. Dia menjerit pelan sambil tertawa sebelum aku menempatkan tubuhku di antara pahanya yang terbuka. Aku suka melihatnya tersenyum begitu dekat di depan wajahku. Itu seperti sebuah penghapus bagi setiap kecemasan yang menyerang aku.

"Tidak, aku tidak lupa." Tangannya mulai membuka kemejaku dan menarik dasiku. "Tapi aku tidak keberatan kalau kau mau mengingatkannya lagi."

Oh fuck. Gadis nakal.

Kemejaku sudah tidak di kancing satupun dan kelebat nakal muncul di wajah cantiknya saat dia membelai bulu-bulu halus di dadaku kemudian melompat turun dari meja dan berjongkok di bawahku.

ISOLATEDWhere stories live. Discover now