Chapter 43 : Eternal

16.6K 2K 94
                                    

BELLA POV

"Ketika aku mengatakan aku menginginkanmu, itu memang karena aku menginginkanmu. Itu bukan omong kosong." Alexander mengakhiri ceritanya.

"Lalu kenapa kau tidak mau menyapaku saat melihatku malam itu di pesta ulang tahun Celina?" Kami berbaring di kasur. Aku menoleh untuk melihat ekspresinya.

Dia sedang menatap ke dalam bola mataku. Dan betapa beruntungnya aku di cintai oleh seseorang seperti ini.

Aku sama sekali tidak membencinya karena telah mengambil fotoku diam-diam. Atau menyembunyikan kenyataan bahwa aku pernah terbentur sehingga mengalami gangguan memori di otakku. Sebaliknya, aku semakin mencintainya.

Jatuh cinta berkali-kali lipat dari sebelumnya.

"Aku tidak menyangka kau akan ada di rumah kami dan itu membuatku sedikit terkejut." Dia menjawab.

"Kau berlagak sangat sombong. Padahal malam itu aku benar-benar berharap kau menyapaku, tau?"

Kami berdua tertawa kecil. Aku tidur di atas lengannya yang terbentang sambil menatap bola lampu di langit-langit kamar. Sekarang aku menjadi sangat lega bahwa ternyata gadis yang dicintai Alexander benar-benar aku.

Tapi soal penyakitku—

"Apakah aku akan baik-baik saja?" tanyaku.

Dia tampak kesulitan dalam menjawab. "Kau hanya kesulitan dalam mengingat beberapa hal. Selebihnya kau baik-baik saja, Bella."

"Pantas saja, aku sering melupakan sesuatu." Aku tertawa saat menyadarinya. "Ternyata karena benturan itu. Aku penasaran aku jatuh darimana sampai separah itu."

"Ibumu mengatakan kau anak yang rewel dan tidak bisa diam. Kau memanjat pohon apel dan menginjak ranting yang rapuh."

"Begitukah?"

"Kau memang sudah keras kepala dari dulu."

"Apakah kau sudah mengenal orang tua ku dengan baik?" Aku bertanya. "Aku sempat bingung kenapa mereka tidak mencariku saat aku menghilang diculik olehmu."

Alexander masih menatap langit-langit untuk beberapa detik sebelum dia mengangkat bahunya dengan sombong. "Mereka menyukaiku. Bagi ayahmu aku adalah seseorang yang bisa diandalkan dalam urusan bisnis. Bagi ibumu aku adalah kekasih yang sempurna."

"Kekasih? Apakah ibuku bahkan tau kita berpacaran."

Kerutan dahinya terlihat sangat tipis. "Jauh sebelum kau datang ke kota ini aku sudah mengungkapkan cintaku padamu di hadapan mereka."

Mulutku menganga, mencoba membayangkan bagaimana reaksi ayahku.

"Aku kena pukul." Alexander terkekeh. "Ayahmu sangat temperamental pada awalnya. Tapi, itu bukan masalah besar bagiku. Pada akhirnya dia bisa kujinakkan."

"Bahasamu sangat tidak sopan. Kau pikir ayahku hewan liar?" Aku memutar mata.

Dan dia kembali terkekeh pelan.

"Dan ayahmu? Kenapa ayahmu tidak bisa mengingat aku?" Aku menatapnya. "Saat aku bertanya apakah aku dulu pernah dirawat olehnya, dia bilang dia tidak ingat."

"Dia ingat." Alexander menjawab. "Dia sangat ingat. Tidak ada yang mau membuatmu khawatir dengan kenyataan ini, Bella. Bahkan aku tidak mau memberitahumu tentang ini. Aku ingin kau terus hidup layaknya orang yang sehat dan bahagia bersamaku."

Dia mencoba menarik napas.

"Tapi aku tidak mau kau terus menerus mengkhawatirkan tentang aku yang akan meninggalkanmu, atau aku sudah salah mencintai orang. Aku tidak mau kau melihatku seperti itu, karena aku mencintaimu lebih dari apapun." Suaranya terdengar sangat lembut dan halus.

ISOLATEDWhere stories live. Discover now