Chapter 66 : Bad feelings

9.2K 1.4K 71
                                    

"Bella, bisakah kau pulang lebih dulu?" Alexander berkata padaku setelah hampir tiga puluh menit dia meninggalkanku tadi. "Aku sepertinya akan lama disini."

"Aku bisa menunggu—"

"Tidak, Bella. Ini akan lama. Aku akan pulang tengah malam mungkin jika urusannya sudah beres."

Mataku menyapu seluruh wajahnya dan merasakan dinginnya tanganku saat ini.

"Federic," Alexander memanggil Federic yang sedang berdiri tak jauh dari kami. "Tolong antarkan Bella pulang. Aku akan pulang dengan Fredo."

"Baik, Sir."

"Alexander—"

"Bella, tidurlah dan jangan menungguku." Dia menyentuh pipiku sambil tersenyum singkat sebelum kembali pada kelompok bisnisnya dengan Anastasya yang juga ada disana.

"Mam, kita pulang sekarang?" tanya Federic.

Tanpa menyahut, aku langsung melangkahkan kakiku keluar dari rumah itu.

Ini sangat konyol. Aku pergi berdua dengan Alexander tapi dia malah menyuruhku pulang duluan. Aku bisa menunggu sampai pagi jika memang dia menyuruhku untuk menunggu. Dan aku tidak sanggup memikirkan apapun yang mengacaukan mood ku sekarang ini. Di mobil, aku melepaskan heelsku dan melemparkannya ke jok sebelah dengan jengkel.

Entah sudah berapa ribu kali aku menghela napas keras, mencoba menghilangkan semua kekesalan dan kecemasan yang tertimbun di balik kepalaku.

Sesampai di rumah, aku memutuskan untuk menyelesaikan tugas kuliahku di depan laptop sampai tak sadar jam sudah menunjukkan angka 01.00 lewat tengah malam.

Dan Alexander belum pulang juga.

Jam 02.00 pagi kini. Dia belum muncul.

Sekarang jam 03.00.

Mungkin itu memang bisnis yang sangat besar sampai mereka harus membahasnya selarut ini. Aku berjalan mondar mandir di kamar sambil menggigit kuku. Apa yang sebenarnya mereka bicarkan? Dan kenapa Alexander tak menghubungiku bahwa dia akan pulang selarut ini? Saat dia bilang akan pulang larut, kupikir itu hanya sebatas pukul 01.00. Tidak sadar aku tertidur dan terbangun oleh suara alarm sialan yang terlalu keras. Aku meraih jam di nakas dan mematikannya dengan sekali tekan.

Pukul 07.00 pagi.

Dan Alexander tidak ada di sebelahku. Tidak ada tanda-tanda dia pulang.

Hatiku semakin tidak tenang ketika bangkit dari tempat tidur untuk bergerak ke kamar mandi dan membersihkan diriku secepat yang aku bisa. Memutar musik dari ponsel dengan volume keras untuk meredam pikiran aneh yang menggerogoti leherku.

Dia hanya sedang menyelesaikan pekerjaannya. Ayahku bahkan pernah tidak pulang dua hari. Itu adalah hal paling biasa untuk seorang bos besar.

Jadi aku berangkat kuliah di jam 08.00.

"Selamat pagi, Mam." Federic menyapa dari ruang tamu.

"Selamat pagi, Fed." balasku. "Apakah Alexander pulang semalam?"

"Sepertinya tidak."

"Oh." Aku mengangguk-angguk.

"Mungkin sedang ada urusan bisnis, Mam."

"Siapapun juga tau itu." Aku berjalan melewatinya dan masuk ke dalam mobilku.

Aku harus berhenti sejenak untuk memompa jantungku yang berhenti beberapa detik. Bisnis apa yang sebenarnya sedang mereka kerjakan? Meskipun fokusku ada di depan monitor di kelasku, aku tetap tidak bisa menghentikan tanganku yang bergetar. Aku tidak fokus, sial.

ISOLATEDWhere stories live. Discover now