Chapter 33 : Addicted

23.7K 2.1K 122
                                    

"Dia sudah pergi?" tanya Alexander yang sedang berdiri di ujung tangga.

"Ya baru saja pergi."

Dia pun berjalan menuruni anak tangga dan berbelok ke dapur. Aku mengikutinya di belakang. Dia selalu seribu kali lebih tampan saat tidak memakai baju hingga aku tidak bisa berhenti mengagumi tubuh atletisnya— bahkan dari belakang.

"Apa yang dia katakan?" Alexander bertanya sambil mengambil roti tawar dan selai kacang.

"Apakah Anda butuh bantuanku, Tuan?" Denise muncul.

"Tidak, kau bisa pulang lebih cepat hari ini."

"Baik." Denise tersenyum padaku lalu masuk kembali ke dalam ruangannya.

"Apa yang dikatakan punk itu?" Dia mengulangi.

"Kau tau, pembahasanku dengan Noah tidak pernah ada yang penting, jadi yah begitu lah." Aku mengangkat bahu.

"Aku tidak suka dia memakimu seperti itu."

"Dia memaki semua orang. Aku tidak ambil pusing dengan perkataannya."

"Dia tidak pernah datang kesini sebelum kau ada." Alexander berusaha untuk menyembunyikan nada cemburu sebaik mungkin.

"Mungkin dia menganggapku teman." ujarku. "Sebenarnya apa yang terjadi pada kalian berdua?"

Alexander tidak mengucapkan sepatah kata untuk beberapa saat. Dia tampak sedang memikirkan sesuatu, jauh di dalam matanya, aku bisa lihat.

"Dia membenciku." sahutnya kemudian. "Dulu aku sering menghajar temannya dan dia benci itu. Jadi, kami tidak akan pernah bisa akur."

"Kenapa kau menghajar temannya?"

"Karena mereka berandalan. Dari dulu pergaulan Noah sangat buruk, aku hanya tidak bisa tahan dengan dia yang terus berusaha merusak diri sendiri."

Aku sedikit bisa mengerti tentang ini sekarang. Tapi aku tidak mau menjadi gadis sok bijak ataupun sok tau. Jadi aku memutuskan untuk memotong topik tentang ini sampai disini saja.

Alexander menyodorkan roti untukku dan aku menerimanya. Ini sangat manis. Aku adalah gadis aneh yang mulai mengagumi setiap hal kecil yang di lakukan oleh pria yang sudah menculikku.

"Apakah kau mau susu?" Aku bertanya sambil membuka kulkas dan mencari susu.

"Susu? Apa maksudnya susu ini?" Dia datang dari belakang untuk meraba payudaraku.

"Apakah kau harus menjadi nakal setiap detik?" Aku berkata sambil tertawa dan berhasil menemukan susu coklat kesukaanku.

Aku berbalik dengan tangan Alexander masih di pinggangku. Aromanya yang memabukkan masuk menyerang indera penciumanku.

"Aku mau susu ini." Dia mengarahkan matanya pada dadaku yang tertutup dengan baju kaos tipis.

"Alexander! Kau punya banyak orang yang mendengarkan." Aku berteriak pelan dengan mata menyapu ruangan, memastikan tidak ada yang menguping omongan seks nya.

"Semua orang, tolong tinggalkan rumah untuk satu jam ke depan. Semua orang." Dia berkata dengan keras, itu ditujukan kepada para penjaga yang ada di sekitar.

Aku menelan ludah ketika melihat satu persatu dari mereka meninggalkan rumah. Bahkan Denise pun pamit untuk pulang. Sekarang di sini hanya ada aku dan dia.

"Apa yang akan kau lakukan?"

Dia tersenyum nakal. Aku cukup paham dengan maksud dari senyuman itu. Alexander pun langsung mengangkat tubuhku ke atas meja makan dan masuk di antara kedua pahaku.

ISOLATEDWhere stories live. Discover now