Chapter 45 : Temptation

20.5K 1.7K 103
                                    

"Bella, apakah kau mau mengunjungi keluargamu di Ohio?" Alexander bertanya saat kami sedang sarapan keesokan paginya.

Aku tersedak. "Ohio?"

"Kota tempat kau lahir dan besar."

"Ya aku tau, tapi kenapa mendadak?"

"Kau sudah lama tidak bertemu dengan keluargamu." Dia memindai wajahku untuk membaca ekspresi yang ada disana.

"Aku memang merindukan mereka, tapi—"

Sudah berapa lama aku tidak melihat dan bicara dengan keluargaku? Pastinya sudah sangat lama. Aku mencoba mengingat kembali kapan terakhir aku berjumpa mereka. Meskipun kenangan itu sudah diselimuti oleh kabut tipis, tapi setidaknya aku tau bahwa waktu itu Mom dan Dad mengantarku ke bandara saat aku terbang ke New Hampshire. Itu adalah hari terakhir aku melihat mereka.

Sudah setahun? Dua tahun? Entahlah.

"Jadi bagaimana?"

"Aku rasa itu ide bagus." sahutku.

"Kita akan berangkat besok pagi."

"Kau akan ikut juga?" Aku mengerutkan dahi.

"Kau berharap tidak?"

"Tidak, tidak. Aku akan sangat senang jika kau bisa ikut." kataku cepat-cepat. Lagipula aku memang senang bisa pergi bersama Alexander pulang ke kampung halaman.

Dia tersenyum tipis sebelum menyuap tumpukan sereal gandum berbentuk bola-bola ke dalam mulutnya.

"Aku akan bekerja setelah ini, apakah kau perlu pergi belanja untuk besok?" tanyanya.

"Kau sudah membelikanku banyak barang dari Las Vegas jadi kupikir aku tidak butuh apapun lagi."

"Bukannya kau tidak suka selera fashionku? Aku beli banyak pakaian untukmu tapi kau tidak pernah menyentuhnya sama sekali."

"Yah, kau membeli pakaian yang terlalu mewah dan ketat. Itu terlalu cantik untuk sekedar pulang kampung, aku akan memakainya di acara formal."

"Begitukah? Jadi kau lebih suka pakaian yang longgar agar aku mudah melepaskannya?" Dia selalu berhasil membuat kilatan indah saat mengatakan sesuatu yang nakal.

"Pakaian longgar memang terasa lebih nyaman, tau? Berhentilah cabul."

Alexander terkekeh pelan "Longgar dan tipis. Tanganku bisa sangat mudah menyusup ke dalamnya."

Aku berdeham sambil menyuap makananku. Berbicara dengan Alexander tidak akan lepas dari seks atau sejenisnya.

"Aku suka pakaian ketat di tubuhmu, Bella. Aku suka saat aku melepaskannya. Tapi, kau hanya boleh memakai sesuatu seperti itu untuk mataku saja."

Aku meletakkan tanganku di pipi yang panas. "Bisakah kau berhenti menggodaku?"

"Dan aku suka melihat cara pipimu berubah dari pink ke merah."

Jantungku mulai gila.

Kemudian dia tertawa melihatku yang semakin salah tingkah. "Jika kau butuh sesuatu, kau boleh pergi. Aku tidak tau mengapa aku selalu membiarkanmu berkeliaran padahal aku sudah sering dikhianati olehmu."

Kata-katanya terlalu berlebihan sampai aku harus memutar mata. "Aku pikir mungkin aku akan ke salon saja bersama Celina kalau dia punya waktu."

"Itu ide bagus."

Setelah menyelesaikan beberapa hal di dapur, aku memutuskan untuk naik ke atas. Aku memang harus ke salon dan memperbaiki rambutku yang tidak terurus ini. Dan akan melakukan spa untuk merilekskan otot-ototku.

ISOLATEDWhere stories live. Discover now