Chapter 15 : Hatred

25K 2.7K 106
                                    

"Aku benci harus melihatmu setiap hari." Aku mengatakan dengan sungguh-sungguh meski sesaat aku sedikit merasakan penyesalan.

"Kau benci aku?"

"Kumohon!" Aku mengangkat tanganku di udara. "Aku hanya ingin bicara pada ibuku. Aku berjanji tidak akan memberitahunya perbuatan gilamu terhadapku. Aku hanya merindukannya!"

"Apa kau memang tidak akan berhenti mengoceh?" Dia berjalan keluar sambil mengusap mulutnya— meredam emosi dan kecamuk yang semakin kentara terlihat di wajahnya yang tegang.

Persetan.

Tanpa peduli dia akan menamparku atau apa, aku mengejarnya seperti sedang kesetanan. "Aku ingin tau apapun itu! Apapun yang menyebabkan aku disini, apapun yang menyebabkan kau melakukan perbuatan ini, aku ingin tau. Aku tidak percaya jika kau mengatakan bahwa ada yang hendak memperkosaku. Jika memang benar, tunjukkan padaku buktinya! Aku tidak bisa diam dan tidur dengan mimpi buruk setiap malam jadi aku memohon dengan sangat, jelaskan yang sebenarnya. Aku muak mendengar alasan konyol bahwa kau melakukan ini hanya karena kau menginginkanku!"

"Aku bilang kau aman bersamamu, god damn it!" Dia balas berteriak di depan wajahku.

"Aman? Kau bahkan punya teman mesum yang nyaris—"

"Cukup, aku tidak ingin melanjutkan ini." Dia memejamkan matanya sejenak. "Aku tau itu sebuah kesalahan telah membiarkan orang seperti John masuk ke kapal."

"Dan kau masih berani mengatakan bahwa aku aman bersamamu setelah kejadian ini? Tolong berhentilah menjadi setan."

"Bella," Alexander menghela napas dengan tatapan yang sedikit sendu. "Setelah rapat usai, aku sudah menyuruh John untuk kembali ke New Hampshire. Kapalnya bahkan sudah kusiapkan. Ini jelas kesalahanku tidak benar-benar memastikannya."

"Akhirnya kau sadar ini salahmu."

"Itu tidak akan terjadi lagi, aku berjanji."

Aku ingin mengumpat di depan wajahnya. Berbagai kata makian sudah menumpuk di dalam otakku tapi susah sekali untuk keluar dari mulutku saking marahnya aku.

"Jadi apa yang kau katakan pada ibuku? Beritahu aku apapun yang kalian bicarakan." kataku alih-alih.

"Aku memberitahunya bahwa semuanya baik-baik saja."

"Dan dia percaya?" Aku membelalak, bibirku bergetar.

"Dia percaya." jawabnya.

"Tidak mungkin!"

"Dia percaya."

"Kau benar-benar durjana yang pandai memanipulasi orang." Aku tertawa dengan api yang menyala di dalam otakku.

"Aku mengerti kau marah tapi kata-katamu sudah keterlaluan, Bella."

"Apa kau juga memberitahu ibuku bahwa kau menyentuh payudaraku? Bahwa kau selalu meraba aku? Apakah kau juga mengatakan itu?"

"Kau memakiku begitu banyak hari ini."

"Oh itu belum cukup. Kau tidak bisa menyakitiku jadi aku bebas meludah apa saja yang aku pikirkan."

Mendengar ucapanku, tangannya mulai bergetar. Aku tidak ingin memikirkan perasaannya sama sekali. Persetan apapun yang dia rasakan.

"Mungkin aku memang pelacur yang menyedihkan." tuturku. "Seperti kata John."

"Berhentilah mengatakan hal menjijikkan." Dia menggeram.

Aku lelah. Aku benar-benar lelah. Aku tahu perdebatanku dengan Alexander tak akan pernah menemukan titik terang. Aku hanya menjadi semakin gila jika tak segera menghentikan ini. Jadi kukatakan padanya. "Tolong keluar saja."

ISOLATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang