Chapter 37 : A suggestion

15.5K 2K 137
                                    

Kami pun berjalan menjauh untuk mencari tempat yang lebih sepi dan menemukan sebuah tanah lapang kecil dengan banyak rumput kering dan kerikil. Noah bilang ini cocok digunakan untuk belajar mengendarai motor.

"Ini gas, ini rem, ini kopling. Kau tau cara kerjanya?"

"Tidak."

"Pertama-tama kau harus menekan kopling seperti ini." Dia menunjukkan cara menekan tuas yang ada di tangan. "Setelah itu tekan gas, pelan saja sambil lepaskan kopling perlahan-lahan."

Aku pusing tapi aku tetap mengangguk.

"Cobalah."

Dan aku melakukan apa yang di ajarkan. Mataku menatap lurus ke depan, pada ilalang yang jauh di mata. Jantungku berdegup-degup tanda bahwa aku sangat gugup.

"Jangan lupa tekan rem kalau kau mau berhenti, oke?"

Aku mengangguk lagi.

"Ayo sekarang tekan koplingnya." Dia berkata. "Ingat, kalau kau sampai membuat Lilian rusak, kau tau akibatnya?"

"Aku tidak janji, ini pertama kali bagiku."

Dia menggerutu tapi membiarkanku melanjutkan. "Sekarang lepaskan koplingnya pelan-pelan. Jangan terlalu cepat itu bisa membuat motor melompat."

Sesungguhnya kepalaku tidak fokus pada ini sepenuhnya. Aku menekan gas dan melepaskan kopling terlalu cepat sehingga membuat motor menjerit keras kemudian melompat dan mati.

"Sudah kubilang lepaskan kopling dengan pelan, bodoh." Noah datang dan meletakkan tangannya di atas tanganku. "Seperti ini."

Aku mengangguk-angguk, menelan ludah berulang kali dan menatap ke depan. Dia terkejut saat menyadari tangannya yang masih berada di atas tanganku dan reflek melepaskannya.

"Oke, kau bisa lanjutkan."

Aku lakukan lagi, motor melompat lagi dan mati lagi.

"Motor ini benar-benar burik." Aku menggerutu kesal. "Aku sudah melakukannya dengan benar."

"Apakah kau masih belum paham? Cara kerjanya sangat mudah. Pakai perasaanmu saat melepaskan kopling."

Aku mencoba lagi setelah tarikan napas yang keseribu kali. Ini menantang sekaligus menyebalkan saat motor kembali bereaksi sama dengan yang sebelumnya.

"Hei kenapa bisa susah sekali mengajarkanmu? Sudahlah sebaiknya tidak usah di lanjutkan." Noah menyuruhku turun dari motor.

"Sekali lagi, ajarkan aku sekali lagi." kataku.

"Oke, sekali lagi.

Ayolah aku pasti bisa. Aku pasti bisa. Aku pasti bisa menyingkirkan pikiran tentang anak umur 10 tahun yang Alexander cintai. Aku pasti bisa menganggap bahwa itu memang aku. Dan bukan orang lain.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk fokus dan mengamalkan tata cara melepaskan kopling dengan benar sehingga akhirnya motorpun bergerak dengan baik tanpa melompat menjerit ataupun mati. Aku sedikit terkejut dengan pencapaian ini dan tertawa puas setelahnya.

Aku berkeliling mengitari padang rumput di sekitar dengan wajah Noah yang terlihat waspada. Ini menyenangkan bisa mengendari motor. Aku pun menambah kecepatan.

"Kau lihat? Akhirnya aku berhasil!" seruku.

"Pelan-pelan saja, kau bisa menabrak pohon!"

Mencoba sesuatu yang baru seperti ini selalu bisa membuat suasana hatiku menjadi lebih baik. Dan menerobos angin di padang rumput yang lapang benar-benar seperti membuat diriku bebas dari semua pikiran buruk yang masuk. Tapi kemudian pikiran tentang kemungkinan pahit cerita masa lalu Alexander masuk lagi. Bagaimana kalau dia salah orang? Bagaimana kalau aku tidak pernah tidur seperti orang mati di rumah sakit?

ISOLATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang