Chapter 14 : Just one day

30.1K 2.9K 166
                                    

"Bagaimana keadaan John?" tanyaku ketika Alexander masuk ke kamar beberapa jam setelah John di bawa ke ruangannya. Kututup majalah yang sedang kubaca dan menunggunya menjawab.

"Kenapa kau mengkhawatirkan dia?"

"Aku hanya penasaran."

Dia berjalan mengitari tempat tidur untuk mengambil baju kaos yang lain di dalam lemari karena yang sedang dia pakai sudah berlepotan dengan noda darah.

"Aku tidak tau kenapa kau berani membuka bajumu terus menerus di depanku." Aku menyipitkan mata mengamati laki-laki itu kembali bertelanjang dada dan sebagian dari diriku entah kenapa ikut menunggu dia membuka bawahannya.

"Kenapa? Kupikir kau suka karena aku sering mencidukmu mencuri pandang saat aku telanjang."

"Jadi bagaimana keadaan si bajingan mesum itu?" Aku mengulangi dengan kikuk, berusaha untuk tidak melirik Alexander yang sedang melepaskan celananya.

"Baik-baik saja."

"Syukurlah, aku tidak perlu disalahkan."

"Kau memang tidak salah. Otaknya penuh dengan vagina."

Kata-kata kotornya lama-lama menjadi makanan sehari-hariku.

"Kenapa kau malah mandi di kamar mandi umum, Bella?" Kini Alexander berdiri di depanku dengan celana jogger panjang tapi tanpa mengenakan baju sehingga mataku kembali dimanjakan oleh otot-otot perutnya yang tanpa lemak. "Apakah karena ada aku di dalam ?"

"Ya, tentu saja. Apa kau pikir aku mau mandi denganmu?"

"Kenapa tidak? Hanya mandi. Aku menunggumu di dalam sana."

"Apakah kau pernah berpikir kalau kau dan John sebenarnya sama saja?"

Mendengar ucapanku, matanya menyipit, seolah mengatakan bahwa apa yang aku katakan barusan membuatnya tersinggung.

"Sama bagaimana?" tanyanya datar.

"Kau pikir saja sendiri kelakuanmu dengan John."

"Tidak," Dia menggeleng. "Aku berbeda dengan John. Jangan pernah samakan aku dengan dia."

"Begitukah? Dimana bedanya?" Aku memutar mata.

"Apakah kau baru saja mengejekku, Bella? Setelah aku lagi-lagi menyelamatkanmu?" Ekspresinya mulai dingin.

"Jika kau menganggap bicara fakta adalah tindakan mengejek, maka, ya, aku mengejekmu." Aku meniru wajah dinginnya.

Kami berperang dalam diam untuk beberapa saat.

"Aku tidak menggoda wanita secara acak seperti John." Dia mengatakan dengan nada yang semakin dingin. "Dan aku menghajarnya karena dia menyentuh sesuatu yang bukan miliknya."

"Lalu aku bukan wanita acak, begitu? Kita bahkan tak pernah bertemu satu sama lain selain di acara ulang tahun Celina!"

"Setelah kejadian ini, aku berharap kau mengerti dengan alasan aku menahanmu tetap bersamaku." Kata-katanya mengambang di udara saat dia berjalan ke pintu samping dan menatap lautan.

Aku tidak tau bagaimana harus mengekspresikan diriku saat ini. Aku bukannya ingin terus membahas perkara penculikan ini— meskipun itu memang satu-satunya alasan mengapa aku menjadi gila. Tapi setidaknya sekarang aku tidak mau menggila dulu untuk sesaat.

Jadi dengan berat hati aku berjalan menyusulnya.

"Terimakasih untuk tadi." Aku mengucapkan dengan susah payah.

Namun Alexander tidak mengucapkan sepatah katapun. Dan aku hanya bisa mengikuti arah pandangannya ke laut lepas yang terus bergerak di bawah kapal.

"Aku senang kau mengandalkanku saat kau dalam masalah." Akhirnya dia bicara.

ISOLATEDOn viuen les histories. Descobreix ara