Chapter 49 : Paranoid

13.1K 1.5K 116
                                    

ALEXANDER POV

Kami sampai dengan selamat di bandara dan jam sudah menunjukkan pukul sebelas kurang. Bella terlihat masih mengantuk. Aku tidak mengerti kenapa dia mengantuk sepanjang hari, tapi yang kulakukan hanyalah tersenyum.

"Kita sampai di kampung halamanmu, apakah kau senang?" Aku bertanya saat kami menunggu Fredo mengantri bagasi.

Bella mengangkat pundaknya sembari menyapu sekeliling. Dia mungkin sedang memutar otak untuk mengingat suasana disini.

"Ya, aku senang." jawabnya.

"Ayah dan ibumu sudah menunggu disini."

Aku bisa melihat bagaimana dia menjadi gugup lagi dan lagi. Dia terus mengkhawatirkan tentang dirinya yang mungkin akan lupa pada ibu dan ayahnya. Aku mencoba untuk tidak percaya. Dia hanya paranoid yang berlebihan. Tidak mungkin dia melupakan wajah orangtuanya secepat ini.

Beberapa saat kemudian, Fredo selesai mengambil barang-barang dan aku kembali berjalan menuju pintu keluar. Tangan Bella tidak boleh lepas dariku. Jika dia tersesat, aku bisa mati.

"Aku takut kalau aku tidak mengenali mereka." Dia memulai kekonyolannya lagi.

"Berhentilah bicara omong kosong." kataku dengan tegas.

"Aku serius, dengar," Bella menatapku lekat-lekat. "Kau harus menyapa mereka lebih dulu agar aku tau bahwa itu adalah mereka."

"Fuck Bella, kau akan mengenali mereka."

"Bagaimana kalau tidak? Ibuku akan menangis."

"Potong jariku."

Bella tidak menjawab sampai kami tiba di gerbang keluar. Aku akan membuktikan padanya bahwa dia salah. Sesungguhnya aku sangat menyesal sudah membongkar rahasia tentang penyakitnya ini dan membuat dia khawatir tentang ini dan itu. Dia seharusnya tidak tau apapun tentang kondisinya. Bella masih 21 dan penyakit alzheimer tidak akan menggerogoti manusia yang berusia kurang dari 40 tahun. Walau dalam kondisi tertentu memang terjadi pada orang-orang berusia muda, misalnya jika mereka punya riwayat genetik dari orang tuanya. Tapi orang tua Bella tak ada satu pun yang menderita penyakit itu.

Bahkan aku sudah memeriksa hingga ke silsilah nenek moyangnya tapi tak ada satu pun yang punya riwayat tersebut. Itulah yang aku coba yakini. Jika itu terjadi, sialan alzheimer. Aku tidak akan membiarkan dia mengambil semua yang dimiliki Bella.

Dari ruang tunggu, aku sudah melihat Xavier dan Sara duduk dengan beberapa penjaga mereka di sekeliling. Aku sengaja tidak akan menyapa mereka sampai Bella melakukannya terlebih dahulu. Aku ingin membuktikan bahwa kekhawatirannya tidak benar. Dia pasti mengenali kedua orang tuanya.

Mataku tetap pada Bella saat kami berjalan semakin dekat tapi dia tidak mengatakan apa-apa.

Itu orang tuamu.

Dia terus berjalan dengan wajah biasa saja, seolah mereka adalah manusia-manusia tidak penting.

Bella, itu mereka.

Masih tidak ada respon.

Sapalah mereka,God damn it!

Masih sama, Bella berjalan seolah tak seorang pun disana ada yang dia kenal. Apa dia sedang mengerjaiku? Atau apakah dia benar-benar lupa?

"Mom!"

Jantungku seolah baru saja ditarik keluar dari rongga dada akibat rasa lega ketika mendengar Bella berteriak memanggil ibunya.

"Dad?"

"Bella sayang! Aku sangat merindukanmu." Sara berlari untuk memeluk putrinya.

Sementara itu Xavier memelukku sambil menepuk pundakku. Kemudian matanya beralih pada Bella. "Anak ayah, apa kabar?"

ISOLATEDWhere stories live. Discover now